Peristiwa Internasional

Kepergian Desmond Tutu, Sang Kompas Moral Bangsa

Senin, 27 Desember 2021 - 13:32 | 76.81k
Desmond Tutu meninggal dunia pada usia 90 tahun. (Foto: Mike Hutchings/Reuters)
Desmond Tutu meninggal dunia pada usia 90 tahun. (Foto: Mike Hutchings/Reuters)

TIMESINDONESIA, JAKARTADesmond Tutu meninggal dunia, Minggu, 26 Desember 2021. Aktivis antirasisme itu telah pergi setelah menjalani kehidupan dunia selama 90 tahun. Ia meninggalkan jejak positif, terutama bagi kebebasan di Afrika Selatan, negeri tempatnya lahir dan bertumbuh. Ia pun dijuluki kompas moral bangsa.  

Desmond Tutu dikenal sebagai pejuang anti apartheid, suatu sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan waktu itu. Atas perjuangannya melawan apartheid tanpa kekerasan, Tutu memenangkan Nobel Perdamaian tahun 1984. 

Bahkan setelah rezim apartheid tumbang, Desmond Tutu tetap berjuang melawan ketidakadilan di negeri Afrika Selatan. Ia memimpin Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, yang dibentuk untuk mengungkap kekejaman rezim apartheid masa itu. Tutu adalah suara hati bangsa Afrika. Ia menjadi rupa gerakan anti apartheid di luar negeri.

Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa menyebut Desmond Tutu telah meninggalkan warisan kebebasan. "Meninggalnya Uskup Agung Emeritus Desmond Tutu adalah babak lain dari duka dalam perpisahan bangsa kita dengan generasi Afrika Selatan yang luar biasa," ucap Presiden Afrika Selatan itu, dilansir AFP dan BBC, Minggu (26/12/2021).

Ragam kata penghormatan dan pujian diungkapkan Ramaphosa bukan sekadarnya. Desmond Tutu telah memberi keteladanan dalam perjuangan kebebasan. Tutu dinilai sosok cerdas dan berintegritas dalam melawan apartheid. Ia juga disebut sebagai sosok lembut dan penuh belas kasih bagi mereka yang mengalami penindasan, ketidakadilan, dan kekerasan.

Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengenang Desmond Tutu sebagai seorang pemimpin spiritual, aktivis, dan aktivis HAM dunia. Dalam laporan BBC, Barack Obama menilai Desmond Tutu menaruh perhatian terhadap ketidakadilan di segala tempat.

Sejarah mencatat, pada 2009, Barrack Obama pernah menyematkan medali penghargaan kepada Desmond Tutu, yang saat itu menerima US Presidential Medal of Freedom.

Ratu Inggris Elizabeth II menyebut Tutu sebagai sosok tak kenal lelah dalam memperjuangkan hak asasi manusia di Afrika Selatan dan seluruh dunia.

"Saya ingat dengan kasih sayang pertemuan saya dengan dia dan kehangatan dan humornya yang luar biasa," ujarnya dikutip dari AFP, Senin (27/12/2021).

Desmond Tutu, Kompas Moral Bangsa
Dunia mengenal Desmond Tutut karena getolnya menyuarakan masyarakat demokratis dan adil tanpa perpecahan ras. Di Afrika Selatan, Tutu konsisten menyuarakan tuntutan terkait beberapa hal, yakni kesamaan hak sipil, penghapusan undang-undang paspor, sistem pendidikan bersama, dan penghentian deportasi paksa.

Desmond Tutu 2Desmond Tutu bersama Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa. (Foto: Twitter @CyrilRamaphosa)

Desmond Tutu dijuluki kompas moral bangsa. Ia senantiasa lantang menyuaran pembelaaan demi keadilan sosial. Bahkan, dia merelakan dirinya sebagai korban demi perjuangan melawan ketidakadilan.

Catatan sejarah menunjukkan, Desmond Tutu kerap berselisih soal mengatasi kemiskinan dan ketidaksetaraan. Itu yang terjadi antara Tutu dengan mantan sekutunya di partai Kongres Nasional Afrika yang berkuasa. Partai tersebut dinilai gagal memberantas kemiskinan dan ketidaksetaraan, seperti yang dijanjikan.

Tepat kiranya bila Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Gutteres menyebut Desmond Tutu sebagai inspirasi bagi generasi di seluruh dunia. "Uskup Agung Tutu adalah tokoh global yang menjulang untuk perdamaian dan inspirasi bagi generasi di seluruh dunia," kata dia.

Guterres menyebut Tutu sebagai mercusuar yang bersinar untuk keadilan sosial, kebebasan dan perlawanan tanpa kekerasan.

Perjalanan Hidup Desmond Tutu
Pria bernama lengkap Desmond Mpilo Tutu lahir pada 7 Oktober 1931. Tutu dari latar ayah seorang guru, Ia pun sempat mengenyam profesi yang sama dengan ayahnya di Pretoria Bantu Normal College. Setelahnya, Tutu memutuskan melanjutkan studi dan lulus dari Universitas Afrika Selatan pada 1954. 

Desmond Tutu 3Desmond Tutu dan mantan Presiden AS, Barrack Obama, saling berpelukan. (Foto: Twitter @BarrackObama)

Ia belajar teologi dan beberapa waktu kemudian, pada 1960, Tutu ditahbiskan menjadi imam. Ia melanjutkan studi teologinya di Inggris dan meraih Master of Theology pada 1966.

Selama lima tahun, 1966 - 1972 Tutu mengajar teologi di Afrika. Lalu kembali ke Inggris selama tiga tahun dan melayani di institut teologi di London.

Sejarah baru lahir saat Desmond Tutu diangkat menjadi Dekan Anglican St. Mary's Cathedral di Johannesburg, Afrika Selatan, pada 1975. Ia menjadi orang berkulit hitam pertama yang menduduki jabatan tersebut. 
  
Desmond Tutu diangkat sebagai Uskup Agung untuk Afrika Selatan, Botswana, Namibia, Swaziland, dan Lesotho. Pada 1978, ia menjabat Sekjen Dewan Gereja Afrika Selatan. Jabatan yang juga baru pertama kali diduduki orang kulit hitam.

Beberapa universitas terkemuka di sejumlah negara maju seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman, menganugerahinya doktor kehormatan.

Sebagai Uskup Agung waktu itu, tahun 1986, Desmon Tutu menggunakan posisinya untuk melakukan advokasi sanksi internasional terhadap apartheid. Ia melanjutkan dengan melobi hak-hak secara global.

Sebelas tahun kemudian, Desmond Tutu harus menjalani perawatan karena kanker prostat yang diidapnya. Pada 1998, Tutu mendirikan yayasan bernama Desmond Tutu Peace Trust.

Ia sempat muncul ke publik pada Mei 2021. Saat itu, dengan kursi roda, pria kelahiran Klerksdorp, Transvaal ini menerima vaksin covid-19.

Desmond Tutu adalah simbol perlawanan dengan damai membela kaum tertindas di seluruh dunia. Rest in Peace, Desmond Mpilo Tutu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES