Kopi TIMES

Bawean sebagai Pulau Pendidikan

Selasa, 21 Desember 2021 - 18:30 | 164.79k
Achmad Faiz MN Abdalla merupakan Pemuda Pelopor Provinsi Jatim; Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Unair 2020
Achmad Faiz MN Abdalla merupakan Pemuda Pelopor Provinsi Jatim; Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Unair 2020

TIMESINDONESIA, SURABAYAHARUS diakui. Bawean merupakan pulau yang sangat potensial untuk digarap kepariwisataannya. Dari ujung ke ujung. Bila bukan hamparan pantai indah yang ditemui, maka bukit-bukit menjulang berderet yang memadui. Menyebut beberapa contoh di antaranya ialah Pantai Tanjung Ge'eng dan Gili Noko. Bahkan, untuk mengilustrasikan banyaknya bukit, Bawean juga dijuluki pulau 99 bukit. Yang sekaligus deskripsi relijiusitas masyarakat di pulau ini. 

Akan tetapi, yang perlu dipahami. Pariwisata merupakan sektor yang mempersyarat inklusifitas. Minimal, akan banyak pengunjung yang datang. Bila menilik modal alamnya, pastinya bukan hanya wisatawan dari lokal Gresik yang akan gandrung, tapi bahkan traveller tanah air dan mancanegara. Yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Belum lagi peluang serbuan investor yang terbuka. Sehingga secara sosiologis, pariwisata merupakan kawasan yang bersaing dan sarat heterogen. 

Oleh sebab itu, kultur dan struktur masyarakat setempat harus diperkuat terlebih dahulu. Bukan, bukan berarti masyarakat Bawean terbelakang atau tertinggal. Tapi, pemerintah memang harus mengkonfirmasi bahwa produk kebijakannya benar-benar prioritas menyasar dan dirasakan masyarakat lokal. Agar nantinya masyarakat tidak menjadi penonton di tempatnya sendiri. 

Untuk itu, sebelum bicara lebih jauh perihal infrastruktur dan pengembangan pariwisata di Pulau Bawean, satu hal yang pemerintah harus jaminkan. Apa itu? Yaitu memangkas kesenjangan pembangunan antara Pulau Bawean dengan daratan. Setidaknya, hal ini bisa diukur bagaimana pelayanan dasar dihadirkan pemerintah di Bawean. Yakni, satu misal, agar warga Bawean tidak perlu lagi ke daratan mengakses layanan adminduk. Lalu, bagaimana layanan kesehatan Bawean kian ditingkatkan. Serta konektivitas "tol laut" antara Bawean dan daratan yang kian memudahkan. 

Sembari itu, mengisi keterpautan itu, relevan kiranya bila Gus Yani - Bu Min mengintrodusir gagasan Bawean sebagai rintisan pulau pendidikan. Gagasan yang sebenarnya merupakan akomodir aspirasi tokoh-tokoh lokal Bawean saat beraudiensi dengan Gus Yani - Bu Min di masa kampanye setahun silam. Hal ini mempertegas, bahwa Nawakarsa yang diusung Gus Yani - Bu Min bukanlah konsepsi idiil yang berada di ruang kosong. Melainkan refleksi pemikiran yang sarat interaksi sosial, utamanya untuk merespon kondisi Gresik dewasa ini. 

Nah, merujuk data Dispendik Gresik. Tak berlebihan rasanya bila sektor pendidikan memang memiliki keterkaitan erat dengan Bawean. Total, terdapat 483 lembaga pendidikan yang tersebar di Bawean. Mulai kelompok bermain, TK, madrasah, diniyah, TPQ, SMA, dan pondok pesantren. Sementara, sebagai rasio sebaran, total desa di Bawean sebanyak 30 desa, terdiri dari 17 desa di Sangkapura dan 13 desa di Tambak. Memperhati kondisi eksisting ini, maka sekali lagi, masuk akal bila sektor pendidikan memang mendapat tempat tersendiri di tengah kultur masyarakat Bawean. 

Lantas, seperti apakah wujud rintisan pulau pendidikan itu? 

Merujuk konsepsi Nawakarsa Gus Yani - Bu Min, terdapat dua topik yang menjadi sandaran gagasan Bawean sebagai pulau pendidikan. Yang keduanya berada dalam rumpun Gresik Cerdas. Yaitu topik peningkatan potensi dan infrastruktur pendidikan di Bawean, dan topik community college. Dibahasnya Bawean secara khusus di Nawakarsa sengaja dilakukan sebagai bukti keseriusan Gus Yani - Bu Min membangun pulau Bawean. 

Lalu, apa community college itu? Dalam konteks Indonesia, contoh konkret apa itu community college yang mudah dicerna adalah Kampung Inggris Pare. Pembedanya bukan hanya soal formal atau informal. Tapi yang lebih krusial adalah kontinuitas dan budaya belajar yang dibangun oleh community college. Apakah mereka yang belajar di Pare mendapat ijazah layaknya kuliah? Tentu tidak. Paling notok cuma dapat sertifikat. Tapi, efektifitas serta daya dukung lingkungan yang dihadirkan Pare menjadikannya ekosistem pembelajaran yang menarik. Kira-kira inilah definisi yang kontekstual untuk menjelaskan apa itu community college. 

Nah kemudian, konkretnya seperti apa pulau pendidikan itu? Yang paling dekat ya mencari satu titik untuk dijadikan Pare-nya Gresik. Kampung Inggrisnya Gresik. Kenapa harus Inggris? Ada dua alasan minimal yang bisa diajukan. Pertama, Bawean telah masuk dalam agenda Sail Indonesia yang pesertanya merupakan para turis. Hal itu tentu mempersyarat guide lokal untuk berinteraksi dengan mereka, mengenalkan segala seluk-beluk Bawean. Kedua, masyarakat Bawean sebagian besar merupakan pekerja migran. Sehingga ada baiknya dibekali bahasa asing untuk meningkatkan grade mereka sebagai pendulang devisa. 

Oleh sebab itu, tidak ada salahnya bila Pemkab Gresik berproyeksi memiliki kampung Inggris. Sehingga menambah variasi opsi di Jawa Timur selain Pare. Terlebih untuk menjawab tantangan pasar bahwa belajar bahasa Inggris secara efektif dan terekosistem semakin hari memang semakin diperlukan seiring terbukanya era digitalisasi. Nilai plusnya, Bawean tidak hanya asri dan pedesaan layaknya Pare yang cocok untuk suasana belajar. Tapi juga didukung pemandangan alam luar biasa yang disuguhkan kian menjadi daya tarik Bawean bila diproyeksikan sebagai Pare-nya Gresik. 

Selanjutnya, dimanakah tempat yang cocok? Ada yang mengusulkan, ditempatkan di penangkaran rusa. Atau dimana pun nanti, silahkan. Menunggu hasil kajian lebih lanjut. Yang jelas, tempat yang terbuka dengan alam dan memberi jarak dengan kesan formal. Lalu, tenaga pengajarnya darimana? Nah, ini tentu peluang Pemkab bisa mengajak duduk bersama semua perguruan tinggi yang ada di Gresik. Berkolaborasi. Bagaimana kemudian program pendidikan di kampus disinergikan dengan program terapannya pemerintah.

Sebagai misal. Pemerintah dan kampus bisa memberdayakan mahasiswa akhir untuk program pengabdian di Bawean. Atau, Pemkab juga bisa menggandeng pemerintah pusat terkait program mengajar di pulau terpencil. Dengan begitu, ketika semakin banyak kaum terpelajar datang ke Bawean, akan semakin banyak agen yang memperkenalkan pulau Bawean. Maka secara tidak langsung, telah terjadi branding dini sebelum akhirnya pulau Bawean dibuka secara lebih massif seiring siapnya infrastruktur pariwisata di sana.

Terakhir, saya teringat ucapan Kiai Fauzi Raud, Ketua Tanfidz PCNU Bawean. Beliau mengungkapkan kegelisahannya perihal pergeseran fungsi dari bangunan Dhurung Bawean. Kata beliau, dulu Dhurung Bawean digunakan masyarakat Bawean untuk beristirahat sebelum masuk rumah setelah berpergian. Atau, untuk berguyub dengan tamu dan tetangga sebagai tempat bersilaturahmi yang positif. Tapi kini, menurutnya, fungsi yang arif itu telah bergeser. Sekarang justru sering digunakan anak-anak muda bermain game online. 

Untuk itu, kiranya, warisan arsitektur berupa Dhurung Bawean itu perlu menjadi inspirasi untuk arsitektur bangunan-bangun terbuka di Pare-nya Gresik ini. Dengan begitu, nilai-nilai dasar yang diwariskan leluhur Bawean kembali teruri-uri melalui gagasan pulau pendidikan. Ini pun sekaligus menjawab harapan Bupati Gus Yani agar segala kegiatan pelatihan di lingkungan Pemkab Gresik yang sebelum ini cenderung diarahkan ke luar kota, bisa mulai didorong ke Bawean. Seiring terbangunnya infrastruktur Kampung Inggris di Bawean. Sehingga terjadi perputaran ekonomi signifikan di sana. 

***

 

* Penulis Achmad Faiz MN Abdalla merupakan Pemuda Pelopor Provinsi Jatim; Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Unair 2020

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES