Kesehatan

Riset AMRO Institute Ungkap Makna Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati

Jumat, 17 Desember 2021 - 09:52 | 39.93k
Ilustrasi (Foto: IG proem 1)
Ilustrasi (Foto: IG proem 1)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Peneliti dan founder AMRO Institute Ge Recta Geson mengungkapkan hasil riset menarik tentang terma mencegah lebih baik daripada mengobati. Terma ini jamak dipakai oleh dunia kedokteran untuk kampanye hidup sehat.

Apa maknanya? Recta menyampaikan, sebelum masuk ke riset itu, ia mengatakan bahwa dalam tubuh manusia memiliki alarm jika akan terkena penyakit. Alarm itu berupa munculnya radang. 

"Radang merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap jejas atau cedera dalam tubuh. Biasanya ditandai dengan beberapa gejala," ucap Recta.

Apa gejalanya? Ada beberapa gejala keradangan yang terjadi dalam tubuh kita. 

Pertama, munculnya calor atau demam. Demam dibarengu dengan suhu tubuh naik untuk meningkatkan metabolisme pada organ yang cedera. 

Kedua, Rubor atau merah. Itu terjadi karena mobilisasi dan konsentrasi sel darah merah ke organ yang cedera supaya mendapat asupan oksigen lebih banyak. 

Ketiga, Tumor atau bengkak. Terjadi penumpukan plasma yang keluar dari pembuluh darah yang melebar pada organ yang cedera agar mendapat asupan nutrisi lebih banyak. Di samping plasma terjadi pula konsentrasi sel darah putih untuk menghancurkan benda asing dan melawan infeksi patogen termasuk virus. 

Keempat, Dolor atau sakit. "Di sini ada mediator inflamasi dilepas pada organ yang cedera, menimbulkan rasa nyeri sebagai isyarat dari tubuh," jelas Recta.

Tanda kelima adalah munculnya Functio Laesae atau gangguan fungsi organ apabila terjadi gejala-gejala berat tersebut di atas. Gejala-gejala itu menjadi isyarat tubuh atau organ memerlukan istirahat. 

Ada beberapa macam jejas (cidera) yang dialami tubuh. Ada jejas fisik seperti terpukul, teriris, tergores, dan terbakar. 

Lalu ada jejas kimiawi seperti zat kimia beracun, iritatif, radikal bebas dan metabolit patogen. Kemudian ada jejas biologi dari patogen seperti bakteri, jamur dan virus. Juga ada jejas psikologis seperti stres dan depresi. 

"Ada jejas itu merupakan bentuk proses keradangan di mana adanya isyarat dari tubuh bahwa ada jejas pada organ tertentu dan menjadi jembatan menuju proses healing atau pemulihan," jelas Recta.

Jadi, intinya, radang menjadi sangat penting sebagai pertahanan tubuh dan pemulihan masalah kesehatan. "Tapi tidak boleh berlebihan yang bisa berakibat kerusakan organ karena keradangan parah yang populer dikenal sebagai badai sitokin," ucapnya. 

Keradangan derajad rendah, sistemik atau seluruh tubuh dan berlangsung lama menimbulkan keradangan kronis penyebab penyakit-penyakit kronis. Di antaranya gastritis, hipertensi, dan diabetes type 2. 

Penyebab keradangan kronis terbanyak adalah metabolit dari patogen. Seperti LPS, TMAO dan akumulasi radikal bebas. Stres merupakan hiperaktivitas pikiran berakibat terbunuhnya probiotik dalam usus, sehingga proporsi patogen bertambah.

"Berkurangnya proporsi probiotik diiringi berkurangnya antioksidan yang merupakan salah satu metabolitnya," ucapnya. 

Pada gilirannya kekurangan antioksidan menyebabkan akumulasi radikal bebas, yang merupakan produk sampingan proses memproduksi energi dalam sel. Sebaliknya metabolit probiotik bisa meredakan keradangan kronis akibat metabolit patogen. Antioksidan dapat menetralisir radikal bebas. 

Dalam riset AMRO Institute terungkap bahwa kultur jaringan sel makrofag tikus tanah mengalami keradangan hebat setelah dipapar dengan LPS escherichia colii. Terjadi kenaikan signifikan sitokin proinflamasi dan penurunan sitokin antiinflamasi. 

Namun setelah diberi ekstrak metabolit probiotik multistrain, keradangan mereda. Itu ditandai dengan penurunan sitokin proinflamasi dan kenaikan sitokin antiinflasi sampai homeostasis atau seimbang. 

Yang menarik dari luaran penelitian di atas adalah setelah kultur jaringan sel makrofag tikus tanah diberi ekstrak metabolit probiotik multistrain tidak mengalami keradangan ketika dipapar dengan LPS escherichia colii. "Tidak ada kenaikan yang signifikan sitokin proinflamasi dan tidak terjadi penurunan yang signifikan sitokin antiinflamasi," ungkap Recta.

Apa kesimpulannya? Kata Recta, kesimpulan dari penelitian ini adalah suplementasi probiotik multistrain yang hidup dan aktif mampu mencegah dan memulihkan penyakit infeksi dan penyakit kronis dengan membangun keseimbangan respon imun atau sitokin. Dan yang terpenting adalah mencegah lebih baik daripada mengobati.

"Di sinilah PRO EM-1 berisi multistrain probiotik yang hidup dan metabolit aktif yang berguna untuk membangun kesehatan tubuh," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES