Peristiwa Daerah

Pakai Tangga Bambu, Warga Banyuwangi Nekat Menyeberangi Jembatan Ambruk

Selasa, 14 Desember 2021 - 09:17 | 57.27k
Tangga bambu yang digunakan warga Glenmore Banyuwangi untuk pergi ke pasar dengan nekat melintasi jembatan ambruk. (FOTO: Fatmathul Hoiriyah Sagita/ TIMES Indonesia)
Tangga bambu yang digunakan warga Glenmore Banyuwangi untuk pergi ke pasar dengan nekat melintasi jembatan ambruk. (FOTO: Fatmathul Hoiriyah Sagita/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Sudah 3 pekan berlalu jembatan penghubung Desa Tegalharjo dan Karangharho di Kecamatan Glenmore, Kabupaten Banyuwangi, ambruk. Untuk berangkat bekerja atau membeli kebutuhan di pasar, warga sekitar nekat melintasi jembatan ambruk dengan memasang tangga bambu.

Tidak hanya masyarakat yang terdampak, puluhan murid SDN 7 Tegalharjo pun juga terisolir. Saat ini, proses belajar mengajar terpaksa dialihkan sementara di Kantor Camat setempat.

Ambruknya jembatan ini disebabkan oleh bencana alam yang terjadi pada pertengahan November bulan lalu. Hujan deras menyebabkan banjir yang mengikis tebing jembatan dan mengakibatkan ujung jembatan ambruk.

Pembangunan ulang jembatan tersebut juga sudah masuk kedalam rencana APBD Pemkab Banyuwangi tahun 2022. Diproyeksikan, pembangunan ulang jembatan tersebut membutuhkan estimasi biaya sampai Rp650 juta.

Sambil menunggu realisasi tersebut, sebelumnya masyarakat yang terisolir harus mengandalkan sebuah tali yang diikat melintang diatas sungai untuk mendistribusikan kebutuhan pokok sehari-hari. Baik itu sembako atau bahkan untuk membeli gas LPG. Barang yang dibutukan diikat di tali yang melintang kemudian ditarik dari salah satu sisi.

Meski beresiko barang kebutuhan jatuh dan hanyut di sungai, namun cara ini terpaksa dilakukan karena paling mudah. Masyarakat yang terisolir sebanarnya bisa memilih rute darat. Namun mereka harus memutar dan melalui medan sulit yang cukup jauh.

Namun baru-baru ini, pantauan TIMES Indonesia di lapangan menemukan ada sebuah tangga susun dari bambu yang terpasang di sisi jembatan yang ambruk. Rupanya, tangga tersebut dibuat oleh warga yang terisolir untuk mengakses keramaian sekitar.

Mereka nekat melintasi jembatan ambruk untuk bekerja atau pergi ke pasar. Alternatif ini terpaksa dilakukan karena rute inilah yang paling dekat untuk mereka mengakses keramaian.

Untuk menjaga keseimbangan melintas bangkai jembatan yang miring, warga harus berjalan pelan-pelan dengan bantuan seutas tali.

Diujung atas tangga bambu, masyarakat juga membangun sebuah pagar dari bahan serupa. Persis di samping jembatan ambruk, ada sebuah jalan darurat yang dibuat untuk menghubungkan tangga bambu tersebut.

"Iya tangga ini dibuat untuk memperpendek akses. Disampingnya itu kan ada jalan alternatif yang dibuat sementara. Jadi panjat tangga lalu lewat sampingnya jembatan," kata Yusan, warga sekitar, Selasa (14/12/2021).

Menurutnya, setiap pagi mayoritas warga yang terisolir menggunakan jembatan tersebut. Agar tidak terjadi kelebihan muatan, masyarakat secara bergantian antri menunggu giliran memanjat.

Namun, alternatif tangga bambu ini tidak digunakan ketika sedang hujan. Meskipun terpaksa, namun kondisi medan saat hujan jauh lebih berbahaya untuk dilalui. Selain licin juga rawan longsor.

Sementara itu, sebanyak 46 murid yang terisolir dari sekolahnya lebih memilih bertahan di Kantor Camat setempat. Para guru lebih mengutamakan keselamatan mereka dan menunggu hingga jembatan dibangun ulang.

"Kalau belajar tetap di sekolah. Tangga bambu itu khusus hanya digunakan warga saja. Untuk mencari kebutuhan rumahtangga di luar," kata Yami, Kepala SDN 7 Tegalharjo, sekolah di Kecamatan Glenmore Banyuwangi yang terisolir sementara akibat jembatan ambruk. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES