Kopi TIMES

Makrifat Selfie

Jumat, 10 Desember 2021 - 07:30 | 53.13k
H. Soenarwoto, Pimpinan Ladima Tour &  Travel Madiun.
H. Soenarwoto, Pimpinan Ladima Tour &  Travel Madiun.

TIMESINDONESIA, MADIUNJAMAAH Indonesia dikenal memiliki dua "kegemaran" saat di Tanah Suci. Sebagai ahli belanja dan ahli selfie. Tapi, tentunya, juga ahli ibadah. Saat di tanah suci, seusai melaksanakan rangkaian ibadah umrah atau haji, jamaah Indonesia bisa dipastikan mendatangi pertokoan atau mal. Belanja.

Malah, tak sedikit dari mereka belum rampung menuntaskan rangkaian ibadahnya sudah belanja. Maka acap terlihat di antara jamaah kita terseok-seok jalannya saat turun dari bus seusai ambil miqat --ketika menuju hotel atau Masjidilharam-- karena saking beratnya membawa barang belanjaan.

Niat jamaah belanja semata untuk oleh-oleh keluarga, kerabat, tetangga dan teman di tanah air. Niatnya sungguh baik, menyenangkan lain. Oleh-oleh dari tanah suci pun diyakini punya "barokah" dibanding tempat lain. Maka, saat di tanah suci jamaah Indonesia suka memborong apa saja yang bisa dibawa pulang untuk oleh-oleh, selain membeli kurma dan membawa air zamzam.

Bahkan, jamaah Indonesia hirau terhadap barang-barang yang dibelinya dengan harga tinggi. Perlu diketahui, pemerintah Saudi Arabia kini mengenakan pajak untuk semua barang dan jasa yang berkaitan dengan haji dan umrah. Termasuk oleh-oleh haji dan umrah. Meskipun begitu jamaah Indonesia tetap beli.

"Kalau pulang dari tanah suci cuma yang diberatkan pahalanya, itu rasanya kita egois. Mementingkan diri sendiri. Hakikat haji atau umrah itu untuk berkurban. Jadi, pulang dari tanah suci juga harus diberatkan oleh-olehnya. Itu namanya ingat akhirat, tak lupa dunia," canda seorang jamaah "ahli belanja".

Kegemaran belanja jamaah Indonesia pun mendatangkan keberkahan tersendiri bagi para pedagang di Saudi. Buktinya, saat pandemi Covid-19 masih berlangsung, banyak toko di sekitar Masjid Nabawi gulung tikar. Itu karena sepi pembeli, di antaranya akibat jamaah Indonesia masih di-lockdown. Belum diizinkan datang di tanah suci untuk melaksanakan haji dan umrah.

Selain suka berbelanja, jamaah Indonesia juga gemar selfie lalu mengunggahnya di media sosial (medsos). Hampir di setiap saat dan momen selalu melakukan selfie. Dalam rangkaian ibadah umrah atau haji--seperti saat miqat, tawaf, sai, dan tahalul-- banyak di antara jamaah melalukan selfie, foto, dan video. Ironisnya, ada jamaah Indonesia saat selfie tak peduli terhadap jamaah lain sedang menjalankan ibadah. Pokoknya selfie.

Tak hanya di kawasan Masjidilharam, pelataran Kakbah, Masjid Nabawi dan tempat-tempat ziarah jamaah melakukan selfie. Bahkan begitu turun dari pesawat atau kali pertama menginjakkan kakinya di Saudi pun sudah sibuk melakukan selfie, foto, dan video. Begitu pula mau naik dan turun bis, keluar masuk hotel, makan, berjalan menuju masjid melakukan selfie. Beragam gaya pun bermacam alasan jamaah melakukan selfie.

"Selfie, foto, dan video itu bukan sekadar narsis lho. Tapi juga dalam rangka dakwah. Memperlihatkan suasana ibadah haji atau umrah kepada lain. Memperlihatkan tempat-tempat suci seperti Kakbah, Masjidilharam, dan Masjid Nabawi. Siapa tahu ada orang dapat hidayah pergi haji atau umrah setelah melihat foto dan video yang kami unggah di medsos," kata seorang jamaah "ahli selfie" dengan yakin.

Tapi tak bisa dimungkiri banyak jamaah melakukan selfie itu hanya untuk narsis. Riya atau pamer. Terselip niat menunjukkan dirinya orang saleh atau punya uang bisa pergi haji atau umrah. Tak disadari itu bisa mencipta "syirik khafi" (sirik tersembunyi). Naudzubillah. Karenanya, jamaah perlu menghindari selfie dengan niat seperti itu.

Tapi, tak sedikit jamaah melakukan selfie, foto dan video itu sebagai upaya "dakwah". Maka selfie itu malah menjadi bagian dari ibadah mereka saat di tanah suci. Bahkan ada yang mengganggap selfie itu sebagai "makrifat"-nya. Jalan mereka untuk mendatangi tanah suci. Mendatangi tanah suci itu hakikatnya mendatangi Yang Maha Suci. Allah. Sesuai arti talbiyah; aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu (Labbaik Allahuma Labbaik..)

"Saat di tanah suci, kami harus dan wajib selfie. Kami memang penganut "makrifat selfie". Dari hasil selfie itu lalu kami unggah di medsos untuk menarik lain. Promo. Biar ada jamaah daftar haji atau umrah di travel kami," canda seorang tour leader kami menanggapi rencana pemerintah Saudi Arabia akan melarang jamaah haji dan umrah melakukan selfie, foto, dan mengambil video di Masjidilharam dan Masjid Nabawi demi menjaga martabat dan kesucian sesuai esensinya. (*)

***

*) Oleh: H. Soenarwoto, Pimpinan Ladima Tour &  Travel Madiun.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES