Kopi TIMES

Kesetaraan Pendidikan Bagi Kaum Hawa

Rabu, 08 Desember 2021 - 14:38 | 49.37k
Anisa Rahmawati, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar serta Guru TPQ Al-mustawi Universitas Peradaban.
Anisa Rahmawati, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar serta Guru TPQ Al-mustawi Universitas Peradaban.

TIMESINDONESIA, BREBES – Pendidikan berasal dari kata Paedagogie yang bermakna Pendidikan, dan Paedagogie, yaitu ilmu pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah usaha di dalam hidup manusia sebagai upaya untuk memberikan pengalaman-pengalaman belajar baik dalam bentuk pendidikan formal, non formal dan informal. Dari dalam sekolah maupun di luar sekolah, baik perempuan ataupun laki.

Banyak prespektif masyarakat sosial terhadap pendidikan perempuan, yang beragapan "Buat apa sekolah tinggi-tinggi, pasti ujung-ujungnya ngusrus rumah dan momong anak (Mengasuh anak)."

Dan tak lain tugas perempuan hanya 3 hal yaitu dapur, kasur dan sumur. Munculnya stigma tersebut acap kali membuat motivasi perempuan untuk melanjutkan pendidikannya putus di tengah jalan, karena merasa tidak ada dukungan yang membuatnya bangkit dan bersemangat untuk melanjutkan pendidikan.

Sebagaimana dalam Islam baik laki-laki maupun perempuan sama-sama mempunyai hak dan kewajiban untuk mencari ilmu, karena hukumnya wajib. Tidak memandang laki-laki ataupun perempuan semuanya berkah untuk menuntut ilmu. Seperti yang dijelaskan oleh hadist "Tholabul Ilmi faridhotun ala kulli muslimin wal muslimat"

Artinya: Mencari Ilmu Itu wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan.

Dari hadis di atas dapat kita ketahui bahwa, Ilmu dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) adalah pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri didefinisikan secara etimologis berasal dari kata “Ilmu”. Jadi ilmu dalam bahasa Arab dan juga dalam bahasa Indonesia adalah “pengetahuan”.

Bisa berarti ilmu jenis apa saja selama memberi manfaat bagi umat. Mensejahterakan dan memudahkan proses. Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan, tidak memandang gender laki-laki yang wajib menuntut ilmu, namun perempuan pun memiliki kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam menuntut ilmu sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan soft skill baik dalam ilmu agama maupun ilmu umum. 

Sebagai umat muslim, banyak kewajiban yang harus dilakukan satunya adalah ibadah, dalam ibadah tentunya harus didasari dengan ilmu yang tepat agar sholat atau ibadah kita benar-benar diterima, jangankan ibadah memasak pun harus ada ilmunya, memasak harus didasari dengan ilmu memasak (resep) agar masakan yang disajikan bisa dimakan, menanak nasi harus mengetahui seberapa banyaknya air yang diperlukan agar nasi matang dengan sempurna. 

Apalagi sebagai seorang perempuan yang dipercayai sebagai madrasah pertama bagi anak-anak kelak, baiknya ibu dalam mendidik akan ditiru oleh anaknya, dan begitupun sebaliknya. Harus didasari dengan ilmu-ilmu yang baik dan sesui dengan syariat Islam.

Dalam beberapa ayat Al-Qur'an, Allah mengangkat orang yang berderajat dan berilmu, baik kaum laki-laki maupun perempuan. Allah berfirman: "Hai, orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, 'Berlapang-lapanglah dalam majelis', maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan, apabila dikatakan, 'Berdirilah kamu', maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS Al Mujadilah, [58]:11)

Melihat tingginya kedudukan yang diberikan Islam kepada perempuan, maka Islam menekankan pentingnya pendidikan bagi perempuan, Islam tidak melarang perempuan dalam menuntut ilmu asalkan tidak meninggalkan kedudukan mulianya yang telah diberikan Allah kepdanya, penekanan Islam terhadap pendidikan perempuan dapat dilihat, pertama pada masa periode Nabi SAW ini perempuan mendapatkan kedudukan yang terhormat dan setara dengan laki-laki, karena sebelumnya kaum perempuan mendapatkan kedudukan yang sangat rendah dan hina. Hina, hingga kelahiran seorang anak perempuan dianggap suatu aib dan harus membunuh anak itu semasa bayi.

Oleh karena itu, maka niscaya bahwa perempuan sebagaimana laki-laki dituntut untuk belajar dan memeroleh ilmu pengetahuan yang sama dalam bidang apapun yang diperlukan bagi upaya-upaya transformasi tersebut. Meningkatkan mutu atau kualitas keturunan, dalam firmanNya Allah meningkatkan derajat baik di dunia maupun diakhirat bagi orang-orang yang berilmu. Sebuah hadits Nabi menyatakan bahwa setiap orang Islam dituntut mengaji dan menggali ilmu  lengetahuan.

Ibnu Rusyd menyatakan: “Maka adalah jelas, bahwa perempuan perlu terlibat (berperan serta) bersama laki-laki dalam perang dan sejenisnya. Adalah layak pula bagi kita memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja pada bidang-bidang sebagaimana yang dikerjakan laki-laki. Hal itu bisa terjadi hanya manakala mereka memiliki akses yang sama dengan laki-laki (antara lain) dalam bidang seni musik dan matematika.
Utlubul ilma minal mahdi ilal lahdi". Artinya “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahat”

Dari hadis di atas, dapat kita petik bahwa tuntunlah ilmu itu sejak di kecil sampai kita mati/ajal menjemput kita, dengan kata lain hendaklah menuntut ilmu sepanjang hayat, dan sedini mungkin sampai ajal menjemput, karena pengetahuan atau ilmu penting untuk muslim dan muslimah, tidak ada batasan umur, gender dan lainnya semua berhak dan wajib untuk menuntut ilmu.

Jadilah perempuan tangguh yang tidak gampang mengeluh, jadilah wanita cerdas agar tak selalu ditindas, jadilah wanita tegar agar tak mudah mencar (tidak dalam pendirian). Jangan takut untuk berkarya, karena keturunanmu tidak butuh omongan tetangga, namun ilmu yang ada dalam otak ibundanya.

***

*) Oleh:  Anisa Rahmawati, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar serta Guru TPQ Al-mustawi Universitas Peradaban.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES