Peristiwa Internasional

Dunia Berkomitmen Menghindari, Jepang Malah Membangun PLT Batubara Baru

Senin, 06 Desember 2021 - 15:14 | 45.45k
Teluk Tokyo sejauh mata memandang kini terhalang oleh pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru.(FOTO : BBC)
Teluk Tokyo sejauh mata memandang kini terhalang oleh pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru.(FOTO : BBC)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Di saat negara-negara di dunia berkomitmen untuk menghindari bahan bakar batubara (fosil) dalam KTT Iklim COP26, Jepang kini justru membangun pembangkit listrik tenaga batubara anyar di Teluk Tokyo.

Batubara adalah penghasil  sekitar 37% dari listrik dunia pada tahun 2019. Saat ini dunia sedang khawatir tentang dampak batubara terhadap iklim.

Warga Jepang marah atas kenyataan itu. "Ini benar-benar lelucon," katanya, dalam bahasa Inggris yang sempurna. "Hanya konyol!," kata Saiki San seperti dilansir BBC.

Pria 70 tahun itu marah karena melihat sebuah  konstruksi raksasa yang menghalangi pandangannya  ke seberang teluk, yakni sebuah pembangkit listrik tenaga batubara 1,3 gigawatt sedang dalam pembangunan.

"Saya tidak mengerti mengapa kita masih harus membakar batubara untuk menghasilkan listrik," tambah teman Saiki-San, Rikuro Suzuki. "Pabrik ini saja akan mengeluarkan lebih dari tujuh juta ton karbon dioksida setiap tahun!," ujarnya.

Memang dilema bagi negeri Sakura ini. Mengapa harus batubara? Jawabannya adalah : karena bencana nuklir Fukushima 2011. Pada tahun 2010 sekitar sepertiga listrik Jepang berasal dari tenaga nuklir, dan ada rencana untuk membangun lebih banyak lagi.

Tapi kemudian terjadi bencana 2011. Sehingga semua pembangkit listrik tenaga nuklir Jepang ditutup. Sepuluh tahun kemudian, bahkan sebagian besar tetap ditutup, masih  banyak penolakan untuk memulai kembali membangun tenaga nuklir lagi.

Sebagai gantinya, pembangkit listrik berbahan bakar gas Jepang telah melakukan banyak lembur. Tapi, seperti yang diketahui Inggris baru-baru ini, gas alam itu mahal.

Jadi, pemerintah Jepang memutuskan untuk membangun 22 pembangkit listrik tenaga batubara baru, untuk menggunakan batubara murah yang diimpor dari Australia. Secara ekonomi itu masuk akal. Secara lingkungan, tidak begitu banyak. Jepang sekarang berada di bawah tekanan kuat untuk berhenti menggunakan batubara.

Alih-alih menutup PLTU tua dan beralih ke energi terbarukan, jawaban Jepang adalah beralih ke pembakaran hidrogen atau amonia.

"Investasi yang dilakukan oleh perusahaan tenaga listrik di pembangkit listrik tenaga batubara tiba-tiba akan sia-sia tanpa nilai dalam neraca mereka," kata Prof Tomas Kaberger, pakar kebijakan energi di Universitas Chalmers di Swedia.

"Dan itu akan menciptakan kesulitan keuangan bagi perusahaan tenaga listrik dan kemudian bagi bank dan dana pensiun. Dan itulah tantangan bagi Jepang," katanya.

Tanaman bisa dengan mudah diubah menjadi hidrogen atau amonia yang terbakar, dan keduanya tidak menghasilkan karbon dioksida. Jadi ini sepertinya solusi yang bagus.

Meskipun masih membangun PLT batubara baru, tapi pemerintah Jepang memiliki ambisi yang jauh lebih besar dari itu, yaitu ingin menjadi "ekonomi hidrogen" pertama di dunia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES