Kopi TIMES

Komitmen Kebangsaan, PMII dan Gerakan Anti Paham Radikalisme

Senin, 06 Desember 2021 - 13:32 | 66.65k
Muh. Rifky Syaiful Rasyid (Kabiro Pengkajian dan Pengembangan Potensi Kader PKC PMII Sulawesi Tenggara)
Muh. Rifky Syaiful Rasyid (Kabiro Pengkajian dan Pengembangan Potensi Kader PKC PMII Sulawesi Tenggara)

TIMESINDONESIA, SULAWESI – Paham Radikalisme merupakan hasil berpikir yang sangat tidak diinginkan oleh bangsa ini. Mengapa demikian? karena dari paham tersebut merupakan awal dari hadirnya gerakan terorisme. Radikalisme sendiri adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan. Paham ini juga mengacu pada sikap ekstrem dalam aliran politik.

Belakangan ini kita kerap disuguhkan dengan pemahaman-pemahaman anti Pancasila dan demokrasi dari sekelompok orang. Pancasila sepertinya selalu diteror oleh mereka yang kurang memahami sejarah terbentuknya negara ini. Meskipun penulis tak banyak memahami sejarah lengkap terbentuknya Indonesia dan Pancasila, namun ada satu garis besar yang tak boleh kita lupakan, yaitu perjuangan para pahlawan yang tidak saja dari ummat islam, melainkan dari  ummat beragama lainnya.

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang sejak hadirnya dinobatkan sebagai falsafah bangsa. Sejak saatnya disebut sebagai pemersatu bangsa, Pancasila pun diakui oleh banyak negara-negara berkembang yang di  belahan dunia. Meskipun sebagian kelompok di Indonesia menolak dan kini mengancam eksistensinya, tapi tetap saja Pancasila banyak mendapatkan pujian dari banyak negara-negara tetangga.

Sebagai negara yang merawat kebhinekaan, tentunya pancasila menjadi tepat keberadaannya. Dari satu sampai dengan sila kelima, nilai-nilainya tak ada yang bertentangan dengan ajaran agama. Bahkan, bila kita mencermati lebih dalam, semua sila-sila yang ada, pasti selalu mengacu pada prinsip mempersatukan dan mendamaikan. 

Namun, seperti disampaikan sebelumnya bahwa eksistensi ideologi bangsa ini sedang diserang oleh paham-paham anti kebhinekaan. Pancasila diserang dengan peluru yang dibungkus dengan agama tertentu yang bertujuan untuk menjadikannya sebagai produk haram. Tentu ini menjadi gambaran bahwa anak-anak muda mesti mempersiapkan diri untuk terus mempertahankan Pancasila yang dititipkan para pahlawan.

Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kader-kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tentu harus mengambil peran dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terutama pancasila. Meskipun terbukti dan tak dapat lagi diragukan cinta tanah airnya, tetapi tetap saja kader-kader PMII tidak boleh berdiam diri menyaksikan gerakan-gerakan anti pancasila yang terus terjadi secara massif.

PMII merupakan salah satu organisasi mahasiswa ekstra kampus yang memposisikan Pancasila sebagai asas daripada organisasi. Tentu ini menjadi suatu yang menggembirakan bagi negara Indonesia, bahwa ada wadah yang menyatukan mahasiswa untuk terus mencintai dan menjaga pancasila sebagaimana pesan Presiden ke-7 Joko Widodo ketika membuka acara kongres XX. Sepertinya, kita semua kader PMII menjadi harapan Presiden untuk terus merawat Pancasila agar terus menjadi semboyan negara ini.

Belum lagi, demisioner ketua umum PB PMII, Aminuddin Ma'ruf pernah menegaskan "Kami (PMII) menganggap penting untuk membumikan nilai-nilai Pancasila sebagai sebuah konsensus kebangsaan". Ini menandakan bahwa PMII tak pernah bermain-main dengan komitmen kebangsaan. Bukan saja karena sebagai anak Nahdlatul Ulama, tetapi dari awal saat dibentuknya, PMII  memang berkomitmen untuk menjaga cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Oleh karenanya juga, sebagai kaum pergerakan yang lahir dari rahim PMII, tentu harus menjunjungtinggi tujuan organisasi adalah merupakan suatu kewajiban bagi setiap kader PMII. Dalam tujuan PMII yang kita kenal dengan hapalan satu nafas, memberikan penegasan khusus bahwa kader-kader PMII harus memiliki komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Tentunya ini menjadi pedoman kita semua bahwa inilah alasan mengapa kader-kader PMII selalu sigap dalam menghadapi pemahaman-pemahaman yang diperkirakan dapat merubah citra diri bangsa Indonesia.

Sebagai bagian yang lahir dari rahim PMII, penulis juga tentu tak lupa dengan kalimat yang termaktub dalam tujuan berdirinya PMII. Bukan saja karena kader PMII, tetapi sebagai warga negara yang memegang teguh jargon Hubbul Wathon Minal Iman, menjadi sebab mengapa penulis terus sigap menghadapi paham-paham radikalisme yang mencoba merongrong persatuan dan kesatuan bangsa. 

Dalam sigap membentengi masyarakat dari pemahaman Radikalisme, ada banyak cara yang kini telah dilakukan, guna memberikan pemahaman kepada masyarakat, yakni dengan mengelilingi masjid-masjid disekitar dengan memberikan jemaah muslim karya-karya tulis yang mengajak untuk terus menjaga persatuan dan selalu berusaha mengedepankan perdamaian. Meskipun tidak begitu efisien bila dipandang oleh orang lain, tetapi dengan cara tersebut, perlahan demi perlahan memberikan  dapat menhadirkan pemahaman kepada pembaca bahwa perdamaian adalah hal yang begitu diinginkan oleh negara.

Bukan saja melalui karya-karya tulis, tetapi ada banyak hal yang telah dilakukan oleh kader-kader PMII dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai bahaya dari paham-paham Radikalisme, mulai dari seminar, deklarasi anti radikalisme, dan memberikan edukasi secara langsung kepada masyarakat tentang bahaya memiliki pemahaman  Radikalisme yang anti kepada pancasila. Meskipun bukan saja kader PMII yang berperan, tetapi PMII mengambil posisi atau ikut serta dalam bagian anti paham radikalisme.

Kita tentu tahu, bahwa negara ini dibentuk dengan pemikiran  da tenaga yang cukup dari para leluhur pendiri bangsa Indonesia yang kita kenal dengan sebutan pahlawan. Oleh karenanya, untuk menghidupkan kembali  para pahlawan, maka yang perlu kita lakukan adalah bagaimana gagasan-gagasan mereka tentang komitmen menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia terus kita gaungkan. 

Seorang kader PMII seharusnya, secara moril harus memiliki rasa tanggungjawab mencintai tanah air Indonesia, sebagaimana pesan yang digaungkan oleh Pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari "Cinta tanah air adalah bagian dari iman". Pesan tersebut bila kita maknai, tentunya dapat menyadarkan bangsa  mengenai tanggungjawab dalam mempertahankan tanah air Indonesia.

***

*) Oleh: Muh. Rifky Syaiful Rasyid (Kabiro Pengkajian dan Pengembangan Potensi Kader PKC PMII Sulawesi Tenggara)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES