Peristiwa Daerah

Kiai Muda Satukan Persepsi Jelang Satu Abad NU

Minggu, 05 Desember 2021 - 17:36 | 46.03k
Para Kiai muda berusaha menyatukan persepsi jelang muktamar ke-34 NU di Pondok Pesantren Al Anwar Maron Loano asuhan KHR Mahfudz Hamid, di Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu (4/12/2021) sore.
Para Kiai muda berusaha menyatukan persepsi jelang muktamar ke-34 NU di Pondok Pesantren Al Anwar Maron Loano asuhan KHR Mahfudz Hamid, di Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu (4/12/2021) sore.

TIMESINDONESIA, PURWOREJO – Para Kiai Muda di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menyatukan persepsi dan usulan menghadapi Muktamar ke-34 NU di Lampung pada 17 Desember mendatang. Penyatuan persepsi ini untuk menyambut satu abad Nahdlatul Ulama pada 2026 mendatang.

Mereka berkumpul di Pondok Pesantren Al Anwar Maron Loano asuhan KHR Mahfudz Hamid, di Purworejo, Jawa Tengah, Sabtu (4/12/2021) sore.

Beberapa kiai muda yang hadir di antaranya KH Adib  Sholeh Anwar Mansur Lirboyo Kediri, KH Nadhif Abdul Mujib Tayu Pati, KH Irwan Masduki Mlangi Yogyakarta, KH Nilzam Yahya Krapyak Yogyakarta, KH Latif Malik Tambakberas Jombang.

Kemudian KH Luthfi Thomafi Lasem Rembang, KH Aunullah A'la Habib Doglo Boyolali, KH Chakimuddin Tegalrejo Magelang, dan KH Zar'anuddin Mlangi Yogyakarta. Serta ada tujuh puluh kyai muda lainnya.

KH Irwan Masduki atau Gus Irwan mengungkapkan, saat ini NU menghadapi tantangan solidaritas organisasi. Padahal ini merupakan modal untuk mewujudkan solidaritas global. Untuk mewujudkannya, perlu gagasan-gagasan besar yang kompleks kemudian diterapkan secara mendasar, strategis, kolektif dan terstruktur.

"Saya percaya bahwa NU mampu melakukan solidaritas organisasi dan solidaritas global. Maka, penting bagi NU untuk melakukan regenerasi,” ungkap Gus Irwan yang juga menjabat Ketua Aswaja Center Provinsi DIY.

Pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatuttholibin Tayu Pati, KH Ahmad Nadhief Abdul Mujib atau Gus Nadhif menyamoaikan menghadapi satu abad Nahdlatul Ulama perlu melakukan pembaharuan pola pikir dan pengelolaan organisasi. Maka diperlukan kaderisasi dan reorganisasi kepengurusan dan organisasi.

“NU harus taat kepada pimpinan tertingginya dalam hal ini, Rois Aam. Maka penting dalam agenda Muktamar ini patuh pada dawuh dan kebijakan Rois Aam,” tegasnya.

Sementara KH Aunullah A'la Habib atau Gus Aun dari Doglo Boyolali, menegaskan, NU mempunyai banyak kiai yang memiliki kapasitas. Tetapi untuk menahkodai NU yang penuh dengan tantangan, baik dalam sekala nasional maupun internasional butuh pemimpin yang mumpuni.

“Kita butuh pemimpin yang muda, berwawasan luas, enerjik, visioner, memahami pentingnya kaderisasi dan mampu mengorganisir. Seperti sosok Kiai Yahya Cholil Staquf misalnya,” katanya.

KH Luthfi Thomafi Lasem Rembang menambahkan, acara ini dilaksanakan dalam rangka menyambut Muktamar Ke-34 NU di Lampung sebagai bentuk kegembiraan para kiai muda pesantren.

"Selain itu, para kiai muda berharap Muktamar NU sebagai ajang membicarakan ide, program dan gagasan-gagasan besar, bukan arena saling menyerang dan menghina. Mengingat NU adalah jam'iyah terbesar di Indonesia, maka memiliki tugas yang kompleks termasuk menjaga keutuhan NKRI," ujarnya. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES