Kopi TIMES

Pelatihan Kewirausahaan Berbasis Potensi Lokal Bagi UMKM di Era New Normal

Rabu, 01 Desember 2021 - 00:28 | 95.09k
Ronald Chernenko; Mahasiswa pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
Ronald Chernenko; Mahasiswa pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Untuk mengurangi angka penularan Covid-19, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan seperti, kebijakan lock down, social distancing, dan sekarang dikenal dengan istilah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Akibat kebijakan tersebut perekonomian Indonesia dari hulu hingga hilir porak poranda. Masa ini merupakan masa yang cukup sulit karena sebagian besar perusahaan, mulai UMKM sampai perusahaan besar mengalami penurunan penjualan yang signifikan.

Kondisi ini mendorong sejumlah perusahaan untuk melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah tenaga kerja. Badan Pusat Statistik (BPS) melansir bahwa tingkat pengangguran terbuka selama masa pandemi mengalami peningkatan dari 5,28 persen per Agustus 2019 atau sebelum masa pandemi menjadi 6,49 persen per Agustus 2021 atau meningkat sebesar 1,17 persen. 

Dampak pandemi ini bukan hanya berdampak pada perusahaan berskala besar tetapi juga berdampak pada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Hasil survei oleh Bank Indonesia menyebutkan bahwa sebanyak 87,5 persen pelaku UMKM terdampak akibat Covid 19 dan sekitar 93,2 persen mereka mengalami penurunan pendapatan. Sedangkan hasil survei oleh Kata Data melaporkan bahwa mayoritas UMKM yang mengalami dampak negatif dari pandemi ini sebanyak 82,9%, sedangkan yang mengalami dampak positif hanya 5,9%. Pandemi ini bahkan menyebabkan 63,9% dari UMKM yang terdampak mengalami penurunan pendapatan lebih dari 30% dan hanya 3,8% UMKM yang mengalami peningkatan pendapatan.

Penurunan pendapatan ini disebabkan karena sebagian besar konsumen mengalami perubahan perilaku selama masa pandemi. Konsumen lebih memilih berbelanja secara online dibandingkan secara offline. Kondisi ini menjadi kendala bagi sebagian besar pelaku UMKM karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan teknologi digital dalam melakukan pemasaran.

Oleh karena itu, UMKM perlu didorong untuk turut memajukan perekonomian di Indonesia melalui pengembangan potensi lokal dengan pemberian pelatihan dan pendampingan yang diberikan oleh pemerintah.

Dessler (2014) mengatakan bahwa pelatihan merupakan akuisisi pengetahuan keterampilan, dan kompetensi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas, kemampuan, kinerja, dan produktivitas seseorang.

Keberadaan pelaku UMKM memiliki pengaruh yang cukup besar karena dapat membuka lapangan pekerjaan baru, pengentasan kemiskinan, dan dapat memperkenalkan produk unggulan daerahnya masing-masing. Disamping itu, peranan UMKM juga dapat memajukan perekonomian Indonesia. Data BPS melaporkan bahwa pada tahun 2017 UMKM berkontribusi pada PDB Indonesia sebesar 60,34%. Artinya sebagian besar perekonomian Indonesia didorong oleh keberadaan UMKM. Oleh karena itu, sektor ini harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah di tengah masa pandemi ini agar pelaku UMKM dapat keluar dari keterpurukan.  

Peran Pemerintah Dalam Peningkatan Pelaku UMKM Selama Masa Pandemi

Untuk membangkitkan kembali peran dan peningkatan jumlah UMKM, pemerintah telah menggelontorkan dana bantuan sebesar 191,13 triliun pada tahun 2021. Dana tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM sebagai suntikan modal agar dapat berwirausaha kembali di tengah pandemi. Tak hanya itu, pemerintah juga memiliki program kartu pra kerja. Kartu pra kerja diberikan kepada masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan berupa bantuan biaya untuk program pengembangan kompetensi kerja dan kewirausahaan.

Dalam situasi pandemi ini, pemerintah terus gencar mengadakan pelatihan secara online bekerjasama dengan beberapa pihak seperti Ruang Guru. Melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop), pemerintah bekerjasama dengan Ruang Guru untuk mempercepat skala usaha para pelaku UMKM melalui digitalisasi. Pelatihan tersebut dilakukan secara daring, Ruang Guru menyediakan tutorial materi yang berkaitan dengan tutorial itu bisa meliputi cara memulai usaha, akses pembiayaan, mencari market, menciptakan produk, hingga mendistribusikannya. 

Disamping itu, pemerintah juga mendorong pelaku UMKM untuk mengembangkan dan menciptakan produk unggulan berbasis potensi lokal. Pengembangan ini sebagai cara untuk memanfaatkan sumber daya yang ada di setiap daerahnya masing-masing untuk mendorong ekonomi nasional. Dengan pemberian pelatihan ini diharapkan pelaku UMKM dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kreatifitas untuk menciptakan inovasi produk berbasis potensi lokal.

Kemenkop telah meluncurkan sekaligus meresmikan portal UMKM Nasional SMEsta.id (Small and Medium Enterprises Station) untuk membantu pemasaran secara internasional. SMEsta.id merupakan portal UMKM Nasional berbasis website/katalog digital yang menyediakan informasi lengkap mengenai program pelatihan UMKM, pembiayaan, perluasan pasar, perizinan dan standardisasi, persyaratan dan kriteria ekspor impor, market intelligence, serta peluang usaha di beberapa negara yang terintegrasi secara regional dengan portal ASEAN Access.

Dampak Penggunaan Internet Untuk Pelaku UMKM

Penggunaan internet memang dirasa membantu UMKM untuk menjalankan usaha, terutama di masa pandemi. Hasil survei dari Kata Data melaporkan bahwa pelaku UMKM yang merasa terbantu dengan menggunakan teknologi digital di era pendemi sebanyak 80,6%. Kemenkop merilis bahwa sebanyak 16,4 juta atau 25,6% pelaku UMKM telah bergabung ekosistem lokapasar daring. Angka ini tumbuh lebih dari 100% sejak pandemi bermula. 

Menurut Kemenkop pengaruh digitalisasi sangat luar biasa untuk meningkatkan pendapatan para pelaku UMKM melalui produk unggulan berbasis potensi lokal. Hal ini terlihat dari transaksi e-commerce yang juga naik 54 persen atau lebih dari 3 juta transaksi per hari. Tercatat pendapatan e-commerce mencapai 44 miliar dolar AS atau setara Rp640 triliun selama pandemi dan diproyeksi mencapai 124 miliar dolar AS atau setara Rp1.700 triliun pada 2025. Dengan adanya pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah ini berdampak positif untuk keberlangsungan menghidupkan kembali usaha pelaku UMKM di Indonesia.

Kesimpulan

UMKM merupakan ujung tombak untuk mendongkrak perekonomian nasional. Oleh karena itu, ditengah pandemi ini pelaku UMKM harus mendapat perhatian. Untuk membantu agar mereka tetap bertahan pada situasi yang serba sulit, program yang telah dijalankan oleh pemerintah melalui bantuan pra kerja, pelatihan, dan pendampingan sangat berpengaruh terhadap peningkatan penjualan mereka terutama melalui teknologi digital. Program pelatihan diharapkan terus berlanjut dan mampu melahirkan para pelaku UMKM baru dengan produk unggulan berbasis potensi lokal, sehingga dapat memperkenalkan identitas daerahnya masing-masing ke kanca nasional hingga internasional

***

*) Oleh: Ronald Chernenko; Mahasiswa pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES