Peristiwa Internasional

Presiden Afrika Selatan Menyerukan Pencabutan Larangan Perjalanan karena Omicron

Senin, 29 November 2021 - 13:50 | 40.95k
Ramaphosa mengatakan pemerintahnya sedang mempertimbangkan untuk membuat vaksin wajib untuk kegiatan dan lokasi tertentu dalam upaya untuk meningkatkan penyerapan. (FOTO: Net)
Ramaphosa mengatakan pemerintahnya sedang mempertimbangkan untuk membuat vaksin wajib untuk kegiatan dan lokasi tertentu dalam upaya untuk meningkatkan penyerapan. (FOTO: Net)

TIMESINDONESIA, JAKARTAPresiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa menyerukan agar negara-negara di dunia yang membatasi perjalanan ke dan dari Afrika Selatan, untuk mencabut keputusannya itu.

"Pembatasan perjalanan tidak dapat dibenarkan secara ilmiah karena lebih banyak negara melaporkan kasus varian baru yang sangat bermutasi," katanya

Cyril Ramaphosa meminta negara-negara untuk segera membalikkan keputusan pembatasan perjalanan yang "tidak dapat dibenarkan secara ilmiah" terkait dengan penemuan varian baru virus corona, Omicron.

Komentarnya itu disampaikan pada hari Minggu saat varian yang sangat bermutasi, Omicron  itu terus menyebar ke seluruh dunia, dengan kasus baru diidentifikasi di Belanda, Denmark dan Australia.

Lusinan negara telah memasukkan Afrika Selatan dan tetangganya ke daftar hitam sejak ilmuwan Afrika Selatan minggu ini menandai varian baru tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menetapkan Omicron sebagai "varian perhatian" yang berpotensi lebih menular daripada varian sebelumnya.

"Kami menyerukan kepada semua negara yang telah memberlakukan larangan perjalanan di negara kami dan negara-negara saudara kami di Afrika selatan untuk segera membalikkan keputusan mereka," kata Ramaphosa, dalam pidato pertamanya kepada negara itu sejak deteksi Omicron, seperti dilansir Al Jazeera.

Selain Presiden Afrika Selatan menyerukan pencabutan larangan perjalanan itu, pemimpin Malawi juga mengkritik atas pembatasan perjalanan yang dinilainya 'tidak dapat dibenarkan' secara ilmiah.

Dilansir media Virus Corona, larangan itu juga  telah membuat marah beberapa pemimpin Afrika.

Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan Omicron sebagai varian yang mengkhawatirkan, sementara para ilmuwan masih menilai virulensinya.

Ramaphosa yang sangat kecewa itu mengatakan, larangan itu tidak diinformasikan oleh sains.

Negara-negara yang telah memberlakukan pembatasan perjalanan dari Afrika Selatan termasuk Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Amerika Srrikat, Inggris, dan Belanda.

Sebelumnya pada hari Minggu, Presiden Malawi Lazarus Chakwera, menuduh negara-negara barat "Afrofobia" karena menutup perbatasan mereka.

Dan di Botswana, negara Afrika selatan lainnya untuk mendeteksi ketegangan, di antara sekelompok pengunjung diplomatik asing pada contoh pertama, dua menteri memperingatkan agar tidak mempolitisasi virus ini secara geo.

"Kami khawatir ada upaya untuk menstigmatisasi negara di mana terdeteksi," kata Menteri Kesehatan Edwin Dikoloti, Minggu.

Kepala WHO di Afrika juga sama khawatirnya.

"Dengan varian Omicron yang sekarang terdeteksi di beberapa wilayah di dunia, memberlakukan larangan perjalanan yang menargetkan Afrika menyerang solidaritas global," ujar direktur jenderal regional WHO Matshidiso Moeti.

Ramaphosa mengatakan larangan perjalanan akan lebih merusak ekonomi dan melemahkan kemampuan mereka untuk menanggapi dan pulih dari pandemi.

Afrika Selatan, negara paling maju di benua itu, sedang berjuang dengan pertumbuhan ekonomi yang lambat dan tingkat pengangguran lebih dari 34 persen.

Pembatasan perjalanan merupakan pukulan besar lainnya bagi industri pariwisata utamanya, yang memiliki harapan tinggi untuk musim panas belahan bumi selatan yang akan datang.

Ramaphosa mengecam negara-negara G20 karena mengabaikan komitmen yang dibuat pada pertemuan di Roma bulan lalu untuk mendukung pemulihan sektor pariwisata di negara-negara berkembang.

"Alih-alih melarang perjalanan, negara-negara kaya di dunia perlu mendukung upaya ekonomi berkembang untuk mengakses dan memproduksi dosis vaksin yang cukup untuk rakyat mereka tanpa penundaan," katanya.

"Pembatasan ini tidak dapat dibenarkan," katanya lagi.

Ramaphosa meminta negara-negara kaya untuk berhenti memicu ketidaksetaraan vaksin, menggambarkan suntikan sebagai "alat paling ampuh" untuk membatasi penularan Omicron.

Dia mengimbau Afrika Selatan untuk divaksinasi dan mengatakan pemerintahnya sedang mempertimbangkan untuk membuat vaksin wajib untuk beberapa kegiatan dan lokasi untuk meningkatkan penyerapan.

"Vaksin berhasil," kata Ramaphosa. "Vaksin menyelamatkan nyawa," katanya.

Hanya lebih dari 35 persen orang dewasa di Afrika Selatan telah sepenuhnya diinokulasi setelah awal yang lambat untuk kampanye vaksin, dengan keraguan meluas.

Negara ini adalah yang paling parah dilanda Covid-19 di Afrika, dengan sekitar 2,9 juta kasus dan 89.797 kematian dilaporkan.

Omicron diyakini memicu peningkatan infeksi, dengan 1.600 kasus baru tercatat rata-rata dalam tujuh hari terakhir, dibandingkan dengan 500 per hari pada minggu sebelumnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES