TIMESINDONESIA, PAMULANG – Dampak dari pandemi covid-19 terhadap dunia industri sangat besar. Tidak sedikit perusahaan lebih memilih menutup usaha dan merumahkan karyawan. Hanya industri tertentu yang bisa bertahan. Namun bagi perusahaan yang memiliki hutang kepada pihak ketiga, tentu akan lebih merasakan dampaknya.
Secara infrastruktur Garuda Indonesia merupakan badan usaha milik negara yang ikut merasakan dampak dari pandemic covid-19. Terlepas dari adanya miss management serta kepentingan pribadi pimpinan Garuda di masa lalu.
Seandainya dari awal Garuda dikelola dengan manajemen yang baik tentu tidak akan mengalami kerugian besar seperti sekarang. Sangat disayangkan jika pada akhirnya pemerintah harus mengganti nama Garuda dengan nama perusahaan penerbangan lain.
Indonesia sebagai negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya dan memiliki ribuan pulau ternyata tidak bisa dimanfaatkan secara maksimum oleh manajemen Garuda untuk menjadi pemimpin pasar di dalam negeri dengan monopoli rute domestik, manajemen lebih memilih membuka jalur internasional dimana secara bisnis tidak menguntungkan. Akhirnya rute domestik lebih banyak dilayani oleh penerbangan swasta seperti Lion Air Group.
Untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi Garuda, pemerintah melalui Kementerian BUMN akan melakukan negosiasi ulang dengan lessor pesawat. Karena utang Garuda sebesar Rp140 triliun, sebagian sebesar dari pinjaman tersebut 91.4 persen atau Rp128 triliun merupakan utang sewa pesawat.
Seperti yang disampaikan oleh wakil menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo ketika melakukan rapat dengan komisi VI DPR RI, bahwa Garuda memiliki kewajiban sebesar Rp140 triliun, sementara asset yang dimiliki Garuda hanya mencapai Rp99 triliun. Artinya Garuda secara teori sudah bangkrut. Dimana per September 2021 ekuitas Garuda negative 2,8 miliar dollar AS atau setara dengan Rp40 triliun
Untuk menjadi perusahaan penerbangan yang sehat, idealnya setiap perusahaan penerbangan hanya memiliki 3 - 4 jenis pesawat, tujuannya untuk menekan biaya perawatan dan pengadaan spare part .
Sekarang Garuda memiliki 13 jenis pesawat, akan dikurangi menjadi 7 jenis pesawat, sebagai upaya pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan. Pemerintah melalui kementerian BUMN akan melakukan penutupan beberapa rute internasional yang tidak produktif, dari 237 rute penerbangan, akan dipangkas menjadi 140 rute, kemudian dari 202 pesawat yang dimiliki, hanya134 pesawat yang akan digunakan , sisanya dikembalikan kepada lessor.
Jelas sekali usaha pemerintah untuk menyelamatkan Garuda. Melalui kementerian keuangan tahun 2022 pemerintah akan mencadangkan Rp. 7,5 triliun melalui PT Aviasi Pariwisata Indonesia. Jumlah yang tidak sedikit, ada baiknya dana tersebut digunakan untuk pembangunan lainnya yang lebih produktif dan lebih bermanfaat untuk rakyat.
Secara brand sebenarnya masyarakat Indonesia sangat percaya dengan Garuda, namun manajemen tidak mampu mengelola kepercayaan tersebut sebagai modal dan nilai tambah bagi bisis Garuda.
Dalam bisnis, mendapatkan keuntungan kecil dalam jangka panjang itu lebih itu lebih baik daripada memperoleh keuntungan besar tapi hanya sesaat. Fokus pada jalur penerbangan domestik yang sudah jelas pasarnya lebih baik dibandingkan membuka rute Internasional yang tidak produktif.
Perlu dibangun kerjasama dengan pemerintah daerah yang memiliki objek wisata alam seperti Labuan Bajo, Raja Ampat, bisa digarap secara maksimal akan menguntungkan semua pihak.
Alam yang indah di negara ini belum semua dikunjungi oleh wisatawan lokal karena terkendala mahalnya biaya penerbangan. Jika harga tiket terjangkau, akan terjadi peningkatan minat masyarakat terbang menuju objek wisata idaman. Dengan cara seperti ini jalur penerbangan domestik akan penuh.
Secara bersamaan pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan kementerian pariwisata untuk mempromosikan potensi objek wisata alam didaerah untuk dijadikan tujuan wisata. Alokasi penggunaan anggaran daerah mulai ditingkatkan untuk membangun objek wisata alam atau wisata kuliner yang sudah ada dikembangkan. Pemerintah daerah atau kementerian pariwisata bisa mengundang Youtuber Indonesia yang memiliki follower minimal 500K untuk membuat liputan, sebagai media promosi.
Diharapkan dengan adanya kerjasama lintas instansi dengan kemenetrian BUMN bisa menyelamatkan Garuda l agar tidak berganti nama, walaupun tugas itu sangat berat. (*)
***
*) Oleh: Sugiyarto, S.E., M.M., Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
***
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |