Kopi TIMES

Mungkinkah Garuda Berganti Nama?

Sabtu, 27 November 2021 - 17:05 | 87.67k
Sugiyarto, S.E., M.M., Dosen Fakultas  Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.
Sugiyarto, S.E., M.M., Dosen Fakultas  Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.

TIMESINDONESIA, PAMULANG – Dampak dari pandemi covid-19 terhadap dunia industri sangat besar. Tidak sedikit  perusahaan lebih memilih menutup usaha  dan merumahkan karyawan. Hanya industri tertentu  yang bisa bertahan. Namun bagi perusahaan yang memiliki  hutang kepada pihak ketiga, tentu akan lebih  merasakan dampaknya.    

Secara  infrastruktur Garuda Indonesia merupakan badan usaha milik negara  yang ikut merasakan  dampak dari pandemic covid-19. Terlepas dari adanya miss management serta kepentingan pribadi pimpinan Garuda di masa lalu.

Seandainya dari awal Garuda dikelola  dengan  manajemen yang baik  tentu   tidak akan mengalami kerugian besar  seperti  sekarang. Sangat disayangkan jika pada akhirnya pemerintah harus   mengganti nama Garuda dengan nama  perusahaan penerbangan lain.

Indonesia sebagai negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya dan memiliki ribuan pulau ternyata tidak bisa dimanfaatkan secara maksimum oleh manajemen Garuda untuk menjadi pemimpin pasar di dalam negeri dengan  monopoli rute domestik, manajemen  lebih memilih membuka jalur internasional  dimana secara bisnis tidak  menguntungkan. Akhirnya rute domestik lebih banyak dilayani  oleh  penerbangan swasta seperti Lion Air Group.

Untuk menyelesaikan permasalahan  yang  sedang dihadapi Garuda, pemerintah  melalui Kementerian BUMN akan melakukan negosiasi ulang dengan lessor pesawat. Karena utang Garuda sebesar   Rp140  triliun, sebagian sebesar dari pinjaman tersebut 91.4 persen atau Rp128  triliun merupakan utang  sewa  pesawat.  

Seperti yang disampaikan oleh wakil menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo ketika melakukan rapat dengan komisi VI  DPR RI, bahwa Garuda memiliki kewajiban    sebesar Rp140 triliun, sementara  asset yang dimiliki Garuda hanya mencapai Rp99  triliun. Artinya Garuda secara teori  sudah  bangkrut. Dimana per September 2021 ekuitas Garuda negative 2,8 miliar dollar AS  atau setara  dengan  Rp40  triliun 

Untuk menjadi perusahaan penerbangan yang sehat,  idealnya setiap perusahaan penerbangan hanya memiliki 3 - 4 jenis pesawat,  tujuannya  untuk menekan  biaya  perawatan dan pengadaan spare part . 

Sekarang Garuda  memiliki 13  jenis pesawat,  akan dikurangi  menjadi 7 jenis pesawat, sebagai upaya pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan. Pemerintah melalui kementerian BUMN akan melakukan penutupan  beberapa  rute internasional yang tidak produktif, dari 237 rute penerbangan,  akan dipangkas menjadi 140 rute,  kemudian dari 202  pesawat  yang dimiliki, hanya134  pesawat  yang  akan digunakan , sisanya dikembalikan kepada lessor.

Jelas sekali usaha pemerintah untuk menyelamatkan Garuda. Melalui kementerian keuangan tahun 2022 pemerintah akan mencadangkan Rp. 7,5 triliun melalui PT Aviasi Pariwisata  Indonesia. Jumlah yang tidak sedikit,  ada  baiknya dana tersebut digunakan untuk pembangunan lainnya yang lebih produktif dan lebih bermanfaat untuk  rakyat.

Secara brand sebenarnya masyarakat Indonesia sangat percaya dengan Garuda, namun manajemen tidak mampu mengelola  kepercayaan tersebut sebagai modal dan nilai tambah bagi bisis  Garuda.

Dalam bisnis,  mendapatkan keuntungan kecil dalam  jangka panjang itu  lebih  itu lebih baik daripada memperoleh  keuntungan besar tapi hanya sesaat. Fokus pada jalur penerbangan domestik   yang sudah jelas pasarnya lebih  baik dibandingkan membuka rute Internasional yang tidak produktif.

Perlu dibangun kerjasama dengan pemerintah daerah yang memiliki  objek wisata alam seperti Labuan Bajo, Raja Ampat, bisa digarap secara maksimal akan menguntungkan  semua pihak. 

Alam yang indah di negara ini belum semua dikunjungi  oleh wisatawan lokal   karena terkendala mahalnya biaya penerbangan. Jika harga tiket  terjangkau, akan terjadi peningkatan minat masyarakat  terbang menuju objek wisata  idaman. Dengan cara seperti ini jalur penerbangan domestik akan penuh. 

Secara bersamaan pemerintah daerah melakukan kerjasama dengan   kementerian pariwisata untuk mempromosikan potensi  objek wisata alam  didaerah untuk dijadikan  tujuan wisata. Alokasi penggunaan anggaran  daerah mulai ditingkatkan untuk membangun  objek wisata alam atau  wisata kuliner yang sudah ada dikembangkan. Pemerintah daerah atau kementerian pariwisata bisa mengundang Youtuber Indonesia yang memiliki  follower minimal  500K  untuk membuat  liputan, sebagai  media promosi.  

Diharapkan dengan adanya kerjasama lintas instansi  dengan kemenetrian BUMN   bisa menyelamatkan Garuda l agar tidak berganti nama, walaupun tugas itu sangat berat.  (*)

***

*) Oleh: Sugiyarto, S.E., M.M., Dosen Fakultas  Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES