Peristiwa Nasional

Januari-November, Kemenkominfo RI Temukan 1999 Hoaks Terkait Covid-19

Jumat, 26 November 2021 - 11:35 | 52.79k
Juru Bicara Kominfo, Dedy Permadi saat memberikan keterangan pers di Jakarta. (foto: Dokumen/Kemenkominfo)
Juru Bicara Kominfo, Dedy Permadi saat memberikan keterangan pers di Jakarta. (foto: Dokumen/Kemenkominfo)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo RI) terus bertekad memerangi hoaks khususnya terkait pandemi covid-19. Untuk itu, Kemenkominfo menguatkan program literasi digital untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat.

Juru Bicara Kemenkominfo, Dedy Permadi mengatakan, sejak Januari 2020 hingga 25 November 2021, Kominfo menemukan 1.999 hoaks dari 5.162 unggahan yang ada di media sosial. Kementerian sudah memutus akses terhadap 5.031 unggahan, sementara 131 lainnya masih dalam proses.

Facebook masih menjadi tempat terbanyak dalam penyebaran hoaks tentang Covid-19, yaitu 4.463 unggahan dari total yang ada. Jumlah tersebut sangat besar dan bisa merusak pola pikiran masyarakat yang sedang menghadapi masa pemulihan, akibat trauma selama pandemi.

"Sejumlah hoaks yang masih terus menyebar di sekitar kita, dan menjadi salah satu kendala penanganan Covid-19 di Indonesia. Persebaran hoaks harus kita tangkal," kata Dedy Permadi di Jakarta, Jumat (26/11/2021).

Dedy menambahkan, Kemenkominfo juga menemukan hoaks tentang vaksinasi Covid-19, yang secara total berjumlah 395 isu pada 2.449 unggahan di media sosial. Kominfo sudah memutus akses untuk seluruh unggahan ini.

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat juga tidak luput menjadi sasaran hoaks, ada 48 isu dari 1.194 unggahan di media sosial. Unggahan hoaks soal ini paling banyak ditemukan di Facebook, yaitu 1.176.

Kemenkominfo sudah menutup 1.038 unggahan hoaks seputar PPKM, 156 sisanya masih ditindaklanjuti. Hal ini memberikan pelajaran bagi masyarakat agar semakin berhati-hati dan tidak terpancing secara emosi.

"Hoaks yang beredar seminggu terakhir antara lain CEO Pfizer ditangkap FBI karena pemalsuan data vaksin, Aliansi Dokter Dunia menyatakan virus corona varian Delta tidak ada dan mandi dengan ramuan soda kue, garam, epsom dan boraks untuk menghilangkan kandungan vaksin covid-19," imbuhnya.

Dedy menjelaskan, hoaks berkaitan dengan virus corona dan lainnya menjadi masalah global.  Dalam hal ini, anak-anak dilaporkan banyak meneruskan informasi hoaks tersebut. Laporan UNICEF tahun ini, merujuk pada studi di Jerman pada 2020, menunjukkan 76 persen dari 2.000 anak usia 14-24 tahun setidaknya terpapar hoaks sekali dalam seminggu.

Survei lainnya dari UNICEF pada 2019 menunjukkan tiga perempat dari 14.000 responden di 10 negara tidak bisa menentukan kebenaran dari informasi yang mereka terima.

"Dalam laporan yang sama ditemukan bahwa penyebaran hoaks oleh mahasiswa di Indonesia bertujuan menyenangkan diri sendiri atau tanpa alasan tertentu. Jadi mari tangkal informasi hoaks dengan edukasi-edukasi yang menarik," kata Dedy Permadi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES