Pendidikan

Hari Guru Nasional, Melirik Nasib Guru Honorer yang Makin Mengenaskan

Kamis, 25 November 2021 - 14:51 | 45.29k
Aris Setiawan salah satu guru honorer yang mengajar di SDIT Al-Azhaar Wonosalam, Jombang (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Aris Setiawan salah satu guru honorer yang mengajar di SDIT Al-Azhaar Wonosalam, Jombang (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Setiap tanggal 25 November masyarakat Indonesia memperingatinya sebagai Hari Guru Nasional. Lantas bagaimana kesejahteraan pahlawan tanpa tanda jasa di Indonesia saat ini, terutama yang berstatus guru honorer?

Apakah kehidupan mereka sudah bisa dikatakan dari kata kelayakan. Kali ini Junalis TIMES Indonesia menjumpai perjuangan seorang guru honorer yang mengajar di ujung selatan Kabupaten Jombang, tepatnya di daerah pegunungan Anjasmoro, Kecamatan Wonosalam.

Guru Honorer tersebut bernama Aris Setiawan (23) yang kesehariannya mengajar di SDIT Al-Azhaar, Desa/Kecamatan Wonosalam. Sejak masih di bangku kuliah 2017 lalu dirinya sudah mulai berkarir menjadi guru honorer hingga saat ini.

Menurut pria kelahiran Blitar, 24 Oktober 1998 ini, profesi Guru merupakan pencetak generasi muda bangsa yang akan meneruskan perjuangan orang-orang tua, mendidik calon pemimpin bangsa ini. "Bisa dikatakan guru adalah penentu bagaimana kondisi bangsa ini ke depan," ujarnya.

Aris menjelaskan, sebab sudah mendarah daging dalam dirinya menjadi seorang guru. Gaji menjadi seorang guru honorer yang kecil tak membuat patah semangatnya untuk mengabdikan diri sebagai guru.

"Menjadi guru membuat saya selalu belajar hal-hal baru, karena zaman yang terus berubah, sehingga bagaimana kita bisa mentransformasikam ilmu kepada anak-anak sesuai dengan tuntutan zaman," jelas Alumni STIT UW Jombang ini.

Pria yang sekarang tinggal di Dusun Tukum RT/RW 003/003 Desa/Kecamatan Wonosalam ini juga sangat mengapresiasi rekan-rekan guru honorer yang rela mengabdikan hidupnya untuk mendidik anak bangsa meskipun gaji tidak seberapa.

Apalagi ditambah persoalan yang baru saja dihadapi tentang PPPK dengan regulasi yang dirasa memberatkan bagi guru-guru honorer terutama yang sudah usia 50 lebih.

Gaji guru honorer di Jombang yang hanya kisaran Rp 300 ribu per bulan, tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Melihat kondisi ini, pihaknya berharap nasib guru honorer segera bisa ditangani oleh pemerintah.

"Persolan guru honorer ini sudah menjadi PR lama pemerintah yang tak kunjung selesai. Semoga pemerintah bisa memperhatikan kesejahteraan guru honorer," harapnya di momen Hari Guru Nasional kali ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES