Peristiwa Internasional

NASA Luncurkan Pesawat Ruang Angkasa untuk Menabrak Asteroid

Rabu, 24 November 2021 - 21:30 | 26.11k
Roket SpaceX yang membawa DART diluncurkan dari Vandenberg Space Force Base di California, Amerika Serikat. (FOTO : NASA)
Roket SpaceX yang membawa DART diluncurkan dari Vandenberg Space Force Base di California, Amerika Serikat. (FOTO : NASA)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, Rabu pukul 01:21 EST meluncurkan pesawat ruang angkasa dengan misi menabrak sebuah asteroid untuk bergeser dari orbitnya agar tidak menabrak bumi.

Pesawat ruang angkasa, Probe DART seukuran mobil itu diluncurkan di atas roket SpaceX dari Vandenberg Space Force Base di California, Amerika Serikat.

Dilansir Al Jazeera, Probe DART akan menabrak 'moonlet' Dimorphos dengan kecepatan lebih dari 24.000 kilometer/jam dalam upayanya mengeluarkan asteroid itu dari orbitnya.

NASA sengaja mengorbankan pesawat ruang angkasa itu untuk menggeser batu ruang angkasa raksasa yang bisa memusnahkan kehidupan di Bumi itu.

Terdengar seperti fiksi ilmiah, namun DART menjadi tes pengalihan asteroid ganda, dan benar-benar eksperimen pembuktian konsep nyata.

Dimorphos adalah sebuah "bulan kecil" dengan lebar sekitar 160 meter (525 kaki) yang mengelilingi asteroid yang jauh lebih besar yang disebut Didymos dengan diameter 762 meter (2.500 kaki). Pasangan ini mengorbit Matahari bersama-sama.

Hasilnya akan terlihat pada kuartal ketiga tahun 2022,  ketika sistem asteroid biner berjarak 11 juta kilometer (6,8 juta mil) dari Bumi, titik terdekat yang pernah mereka peroleh.

"Apa yang kami coba pelajari adalah bagaimana menangkis ancaman," kata ilmuwan top NASA,  Thomas Zuburchen tentang proyek senilai $330 juta, yang pertama dari jenisnya ini.

Asteroid yang dimaksudkan itu sebenarnya tidak menimbulkan ancaman bagi planet bumi. Tapi mereka termasuk dalam kelas benda yang dikenal sebagai Near-Earth Objects (NEOs), yang mendekat dalam jarak 48 juta kilometer (30 juta mil).

Kantor Koordinasi Pertahanan Planet NASA paling tertarik dengan yang berukuran lebih dari 140 meter (460 kaki), yang memiliki potensi untuk meratakan sebuah kota atau wilayah dengan energi berkali-kali lipat dari bom nuklir rata-rata.

Ada 10.000 asteroid dekat Bumi yang diketahui berukuran dari yang kecil sampai besar, tetapi tidak ada yang memiliki peluang signifikan untuk menabrak dalam 100 tahun ke depan.

Namun para ilmuwan berpikir masih ada 15.000 objek seperti itu yang menunggu untuk ditemukan.

Ilmuwan planet, Essam Heggy mengatakan, meski misi NASA terdengar seperti fiksi ilmiah, ancaman terhadap planet ini nyata mengingat nasib dinosaurus 80 juta tahun lalu.

"Peluang tertabrak asteroid lagi jauh dari fiksi ilmiah," katanya kepada Al Jazeera.

"Asteroid 100 meter dan yang lebih besar merupakan ancaman bagi Bumi, dan kita perlu mengukur kemampuan defleksi kita terhadap ancaman ini," ujarnya.

Ilmuwan planet bisa membuat dampak miniatur di laboratorium dan menggunakan hasilnya untuk membuat model canggih tentang cara mengalihkan asteroid, tetapi model selalu kalah dengan tes dunia nyata.

Para ilmuwan mengatakan sistem Didymos-Dimorphos adalah "laboratorium alam yang ideal" karena teleskop berbasis Bumi bisa dengan mudah mengukur variasi kecerahan pasangan dan menilai waktu yang dibutuhkan bulan untuk mengorbit

Karena periode orbit saat ini diketahui, perubahan itu akan mengungkapkan efek tabrakan, yang dijadwalkan terjadi antara 26 September sampai 1 Oktober 2022.

Terlebih lagi, karena orbit asteroid tidak pernah memotong Bumi, mereka dianggap lebih aman untuk dipelajari.

Probe DART, yang merupakan kotak seukuran lemari es besar dengan panel surya seukuran limusin di kedua sisinya, akan menabrak Dimorphos dengan kecepatan lebih dari 24.000 kilometer/jam (15.000 mil/jam).

Andy Rivkin, ketua tim investigasi DART mengatakan periode orbit saat ini adalah 11 jam dan 55 menit, dan tim mengharapkan tabrakan akan memangkas 10 menit dari waktu itu.

Ada beberapa ketidakpastian tentang berapa banyak energi yang akan ditransfer oleh dampak karena komposisi internal dan porositas moonlet tidak diketahui.

Semakin banyak puing yang dihasilkan, semakin banyak dorongan yang akan diberikan pada Dimorphos.

"Setiap kali kami muncul di asteroid, kami menemukan hal-hal yang tidak kami harapkan," kata Rivkin.

Pesawat ruang angkasa DART juga berisi instrumen canggih untuk navigasi dan pencitraan, termasuk Light Italian CubeSat for Imaging of Asteroids (LICIACube) dari Badan Antariksa Italia (LICIACube) untuk menyaksikan kecelakaan dan efek sampingnya.

"CubeSat akan memberi kita. Kami harap, tabrakan gambar paling spektakuler dari dampak DART dan semburan ejecta yang keluar dari asteroid. Itu akan menjadi gambar yang benar-benar bersejarah dan spektakuler,” kata Tom Statler, ilmuwan program DART.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES