Kopi TIMES

Mengenal Anggrek, Flora Identitas Bangsa

Rabu, 24 November 2021 - 19:40 | 96.71k
Nova Anggraeni, Mahasiswa Magister Agribisnis Direktorat Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
Nova Anggraeni, Mahasiswa Magister Agribisnis Direktorat Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, MALANGAnggrek adalah nama umum untuk tumbuhan dari famili orchidaceae (anggrek-anggrekan). Famili ini merupakan salah satu kelompok terbesar dalam tumbuhan berbunga di seluruh dunia. Belum ada data resmi mengenai berapa total spesies anggrek yang ada di dunia. Hal ini dikarenakan perkembangan kajian tentang anggrek yang selalu berkembang, sehingga ada beberapa spesies baru yang diterima sebagai anggrek pun dikeluarkan dari familin anggrek.

Beberapa ahli memperkirakan saat ini terdapat 20.000-35.000 spesies anggrek di dunia. Indonesia sendiri memiliki sekitar 5.000 spesies (Andiani, 2018). Tersebar dari Sabang-Merauke. Dari dataran rendah, menengah hingga tinggi. Anggrek mampu tumbuh disana. Keunikan inilah yang membuat banyak ilmuwan  tertarik mempelajari anggrek.

Secara umum anggrek dibagai menjadi 4 berdasar cara hidupnya. Pertama epifit, yaitu anggrek yang hidup dan menumpang pada pohon tanpa tanpa merugikan inangnya. Kedua litofit, yakni anggrek yang hidup pada bebatuan atau tanah berbatu. Ketiga teresterial, anggrek yang hidup pada tanah yang berhumus atau berada dibawah pohon. Keempat saprofit, yaitu anggrek yang tidak memiliki klorofil sendiri dan membentuk hubungan ectomycorrhizal dengan jamur yang hidup ditanah atau dedaunan.

Secara kebiasaan pertumbuhan anggrek dibagi menjadi dua. Pertama anggrek monopodial. Sesuai namanya anggrek inihanya memiliki satu batang utama, bunganya tumbuh dari ujung batang utama. Kedua anggrek simpodial, yakni anggrek yang berbatang ganda atau selalu tumbuh tunas baru disetiap  batang.

Anggrek monopodial seperti  anggrek bulan (phalaenopsis) dan vanda. Anggrek simpodial meliputi jenis anggrek dendrobium, cattleya, grammatophhylum dan bulbophyllum.

Anggrek Puspa Bangsa

Sebagai tanaman yang bisa tumbuh adaptif terhadap lingkungan, plasma nutfah anggrek tersebar hampir di seluruh nusantara. Salah satu jenis yang paling banyak tersebar adalah anggrek bulan putih atau phalaenopsis amabilis. Anggrek ini berwarna putih bersih, berlidah kuning, menempel pada pepohonan dan mampu berbunga 3- 25 kuntum per tanaman.

Karena keunikan inilah anggrek bulan dinobatkan sebagai Puspa Pesona Nasional Indonesia. Penetapan ini berdasar pada Keputusan Presiden no 4 tahun 1993 tanggal  9 Januari 1993.

Selain anggrek bulan putih, hampir setiap pulau memiliki anggrek unggulan. Misal di Pulau Sumatera ada Phalaenopsis sumatrana, di Pulau Jawa ada Phalaenopsis javanica, di Kalimantan ada Phalaenopsis borneensis, di Pulau Sulawesi terdapat Phalaenopsis celebica, di Nusa Tenggara ada Phalaenopsis floresensis, di Maluku ada Phalaenopsis amboinensis. Penamaan ini biasanya didasarkan pada awal penemuan pertama kali spesies di daerah tersebut, meski dalam kajian botani persebaran tanaman dengan nama sama juga terdapat di daerah lain.

Apakah di Papua tidak ada anggrek? Salah besar jika demikian. Dari 5000 spesies anggrek Indonesia, ada sekitar 3000 spesies terdapat di Papua. Genus anggrek dendrobium dan bulbophyllum yang paling banyak ditemukan disana. Misal dendrobium spectabille, dendrobium lasianthera, dendrobium odoardii, bulbophyllum phalaenopsis dan bulbophyllum macrobulbum (Handoyo, 2021).

Selain dinikmati kecantikan bunganya, anggrek juga dimanfaatkan untuk produk lain. Diantaranya untuk tambahan makanan dan minuman seperti vanili (Vanila planifolia). Sebagai obat misal anggrek ekor tupai (Rhyncostylis retusa) untuk diabetes. Juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar parfum misal Vanda tricolor.

Anggrek Identitas Bangsa

Sebagai negara yang kaya akan plasma nutfah, kita seharusnya malu jika tidak mempelajari anggrek. Ilmuwan luar negeri saja berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk mengenal dan mendeskripsikan anggrek.

Misal J.B.Comber berhasil menerbitkan buku Orchid of Java (1990). Didalamnya terdeskripsi 731 spesies yang ada di Pulau Jawa. Buku tersebut hasil kajian selama 15  tahun berkeliling Pulau Jawa.  J.B.Comber sendiri tertarik karena membaca buku The History of Java karya T. S Rafles yang menyebutkan ada banyak tanaman beragam di Pulau Jawa.

Dewasa ini, kalangan penghobi anggrek nasional mulai menjadikan anggrek sebagai ikon nasional melalui pemberian nama hibrida baru. Pemberian nama ini harus didaftarkan secara internasional di The Royal Horticultultural Society di London Inggris. Misal dendrobium Indonesia Raya, Phalaenopsis Indonesia Jaya, Dendrobium Indonesia Bersatu, Dendrobium Indonesia Damai dan masih banyak contoh lainya.

Maka sebagai identitas bangsa, anggrek harus selalu dijaga kelestarianya. Plasma nutfah yang beragam harus diimbangi dengan kajian ilmiah mengenai perbanyakan secara modern dan tertsruktur. Pengetatatn dan pelarangan pelepasan anggrek spesies hutan ke luar negeri. Jangan sampai kita yang kaya akan spesies ini malah menjadi pengimpor anggrek dari luar.

***

*) Oleh: Nova Anggraeni, Mahasiswa Magister Agribisnis Direktorat Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES