Peristiwa Daerah Indonesia Herd Immunity

Bahasa Pengantar Jadi Faktor Rendahnya Capaian Vaksin Lansia

Rabu, 24 November 2021 - 16:22 | 42.70k
Capaian vaksinasi lansia di Kota Probolinggo masih sekitar 45 persen, sejumlah kendala menghadang. (FOTO: Ryan/TIMES Indonesia)
Capaian vaksinasi lansia di Kota Probolinggo masih sekitar 45 persen, sejumlah kendala menghadang. (FOTO: Ryan/TIMES Indonesia)
FOKUS

Indonesia Herd Immunity

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Capaian vaksin Covid-19 di kelompok lansia di Kota Probolinggo, Jawa Timur masih setengah dari target 70 persen. Ada sejumlah kendala, yang dihadapi vaksinator di lapangan. Mengejar ketertinggalan capain vaksin di sektor itu, Pemkot Probolinggo akan rajin turun ke masyarakat.

Vaksinator lapangan di Kota Probolinggo, dokter Sisca menyebut, ada sejumlah kendala dalam proses vaksinasi untuk lansia ini. Mulai dari kendala bahasa pengantar, sampai dengan riwayat kesehatan.

“Sebelum vaksin, kami harus lakukan skrinning terlebih dahulu. Termasuk mengetahui riwayat kesehatan calon penerima vaksin. Nah, di sini, kadang kami terkendala bahasa. Mereka tidak bisa bahasa Indonesia, sementara kami juga tidak bisa bahasa daerah (madura),” kata Sisca, Rabu (24/11/2021).

Sebelum-menerima-vaksin-lansia-harus-menjelaskan-penyakit-penyerta.jpgSebelum menerima vaksin, lansia harus menjelaskan penyakit penyerta (komorbid) dan riwayat kesehatan. (FOTO: Ryan/TIMES Indonesia)

Untuk menyiasati itu, dirinya bersama nakes lain, harus meminta pendampingan warga lokal atau translator agar kendala komunikasi bisa diatasi. Namun tak sampai di situ, kendala lain yang lebih krusial muncul.

“Setelah beres masalah bahasa, kini masalah lainnya muncul. Soal riwayat kesehatan calon penerima vaksin ini,” imbuh dokter di Puskesmas Ketapang ini.

Bagi lansia yang diantar sanak saudara atau kerabat, rata-rata bisa menjelaskan penyakit apa saja yang diderita selama minimal kurun waktu enam bulan terakhir. Tapi banyak juga lansia yang datang seorang diri.

Ketika vaksinator menanyakan soal riwayat kesehatan, banyak yang sudah lupa. Atau kesulitan menjelaskan penyakitnya apa. Ini membuat tim vaksinator harus bisa menakar dan menentukan apakah calon penerima vaksin ini bisa disuntik vaksin atau tidak.

Belum lagi persoalan lain. Seperti bayang-bayang ketakutan yang disebar orang tak bertanggung jawab soal vaksin. Berita hoaks soal vaksin, dan informasi yang tak utuh soal vaksin itu sendiri.

Karenanya, Pemkot Probolinggo pun turun langsung ke pelosok. Untuk merangkul, mengedukasi dan memberikan informasi yang tepat bagi para lansia ini.

Dari audensi yang dilakukan langsung Wali Kota Probolinggo, Hadi Zainal Abidin, tak dipungkiri, sebagian masyarakat memang masih banyak yang menolak vaksinasi Covid-19. Kebanyakan dari mereka takut divaksin karena ada kasus warga meninggal dunia usai menerima vaksin.

“Ketakutan warga terhadap vaksin Covid-19 merupakan buntut dari isu-isu hoaks yang tidak dapat dipertangungjawabkan kebenarannya. Vaksinasi adalah salah satu bentuk ikhtiar untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Agar tidak terpapar virus corona dan terbukti aman bagi semua kalangan,” terang wali kota.

Wali Kota juga berpesan pada para lansia, untuk meneruskan informasi yang benar terkait vaksinasi ini, ke masyarakat sekitar. Khususnya yang belum melakukan vaksin.

Partisipasi vaksinasi lansia di Kota Probolinggo saat ini masih mencapai 45 persen untuk tahap 1. Jumlah ini masih jauh dari target 70 persen. Sedangkan vaksin tahap 2 lansia, masih di angka 27 persen. Salah satu penyebab sulitnya lansia mendapatkan suntikan vaksin yakni komorbid atau penyakit bawaan yang tidak mungkin untuk dilakukan vaksinasi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES