Kopi TIMES

Apa Jamaah Perlu Manasik?

Jumat, 19 November 2021 - 09:00 | 82.77k
H. Soenarwoto, Pimpinan Ladima Tour and Travel Madiun.
H. Soenarwoto, Pimpinan Ladima Tour and Travel Madiun.

TIMESINDONESIA, MADIUN – DI TENGAH kencangnya kabar pemberangkatan umrah bakal dibuka untuk Indonesia, setelah hampir dua tahun ditutup gegara pandemi Covid-19, selain hati senang saya jadi teringat rutinitas manasik. Maklum, hampir tiap bulan travel kami memang menggelar manasik untuk jamaah umrah atau haji. Namun, sejak umrah dan haji ditutup atau tidak ada pemberangkatan, sejak itu pula saya absen menjalankan manasik.

Dalam manasik, biasanya setelah uluk salam saya selalu mengajak jamaah untuk memperbanyak syukur kepada Allah SWT.  "Alhamdulillah, jamaah telah diberi ketetapan hati untuk memiliki niat menjalankan ibadah haji atau umrah. Ini keberkahan yang luar biasa," ucap saya dan tidak lupa mengajak jamaah untuk bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Pergi haji dan umrah memang keberkahan yang luar biasa. Tidak semua orang muslim diberi kesempatan menjalankan ibadah suci ini. Faktanya, banyak muslim kaya tidak diberi ketetapan hati untuk memiliki niat pergi haji atau umrah. Padahal, untuk bayar ongkos haji atau umrah bagi mereka bukanlah hal yang sulit. Tapi, mereka tak bergegas atau cepat menjalankannya. Itu karena mereka belum "terpanggil" hatinya.

"Untuk itu kita wajib bersyukur. Kita telah diberi ketetapan hati dan kesempatan pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji atau umrah. Haji dan umrah itu hakikatnya panggilan Allah sebelum nanti kita benar-benar dipanggil kehadirat-Nya," ungkap saya menukil buku panduan manasik tentang hakikat talbiyah.

Kemudian saya membuka dan melihat buku daftar nama jamaah peserta manasik. Oh,  ternyata tidak sedikit dari jamaah yang sudah pergi haji dan umrah. Tidak sekali, mereka ada yang sudah berkali-kali pergi ke tanah suci. Ini, tentunya, para jamaah pasti sudah tahu rangkaian ibadah dan hafal doa-doanya. Jadi, sebenarnya, mereka tidak perlu lagi diberi manasik.

"Apa masih perlu jamaah diberi manasik," tanya saya menelisik. Sejumlah peserta manasik pun tersenyum. Tak lama kemudian ada sejumlah jamaah yang menjawab. "Perlu, Cak. Karena ada jamaah yang belum pernah pergi haji maupun umrah. Saya dan isteri ini belum pernah ke tanah suci," jawab seorang jamaah dengan serius.

Meskipun ada yang mengaku belum pernah pergi haji dan umrah, saya tetap yakin bahwa jamaah sudah menguasai ilmu manasik. Begitu daftar haji atau umrah, jamaah pasti sudah mencari buku panduan manasik haji dan umrah, untuk dipelajari sebelum pergi ke tanah suci. Apalagi, buku panduan manasik haji dan umrah sekarang juga gampang didapatkan.

Materi manasik pun sekarang bertebaran di internet atau jagad media sosial (medsos). Tinggal "klik" dari hand phone (HP), materi apa saja tentang materi manasik haji dan umrah semua akan muncul. Calon jamaah bisa dengan mudah mempelajari materi manasik dari medsos itu sebelum mendapatkan buku manasik dari travel. Malah, bisa jadi jamaah lebih luas pengetahuannya daripada pemateri manasik dari travel.

"Saya yakin jamaah sudah mempelajari manasik haji dan umrah. Jadi, saya yakin jamaah sudah hafal dengan rangkaian ibadah dan doa-doanya. Malah bukan hanya fahal, tapi sudah nglonthok," tandas saya menegaskan.

Pernyataan ini dianggap oleh sebagian jamaah saya tidak ingin meneruskan manasik. "Pokoknya tetap manasik, Cak. Biar kita tambah ilmu manasiknya. Baca buku kan cuma teori. Saya butuh pengalaman-pengalaman orang yang sering ke tanah suci, seperti sampean yang sudah bertahun-tahun dan tiap bulan mengantar rombongan umrah," desak seorang jamaah yang belum pernah pergi ke tanah suci dengan serius.

"Betul, cak. Meskipun saya sudah haji dan sering umrah, saya juga ingin manasik tetap dilakukan. Sebab pengalaman masing-masing jamaah, beda waktu keberangkatan dan beda rombongan, tentu berbeda kisah spiritualnya. Siapa tahu ada pelajaran yang bisa saya petik dari manasik ini," ujar jamaah yang sudah berkali-kali pergi ke tanah suci dengan travel lain.

Manasik memang harus dilakukan. Kalau travel tak mengadakan manasik malah tidak benar. Manasik itu hak jamaah yang sudah daftar haji atau umrah. Berdasarkan UU 11/2020 tentang Cipta Kerja, jikalau pihak travel atau penyelengara perjalanan ibadah umrah (PPIU) dan penyelenggara ibadah haji khusus (PPHK) tak memberikan manasik, nanti malah bisa kena denda. Itu Karena dianggap tidak memberikan bimbingan dan pembinaan jamaah sebelum berangkat haji atau umrah. Dendanya sebesar Rp150 ribu per jamaah.

Jadi, manasik itu sangat penting. Penting untuk jamaah sebagai bekal pengetahuan dalam menjalankan ibadah di tanah suci. Begitu pula pihak travel terhindar dari denda. "Tapi, jamaah saat diberi manasik nanti jangan ngantuk dan tidur ya. Harus disimak baik-baik. Jangan ngobrol dan main HP sendiri," pinta saya biasanya dan peserta manasik pun tersenyum.(*)

***

*) Oleh: H Soenarwoto, Pimpinan Ladima Tour and Travel Madiun.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES