Kopi TIMES

Generasi Muda dan Literasi Digital di Era Pandemi: Peluang dan Tantangan

Kamis, 18 November 2021 - 00:22 | 136.39k
Nurul Khasanah, Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo.
Nurul Khasanah, Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo.

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Sebelum memulai penjabaran tentang peluang dan tantangan literasi digital di era pandemi bagi generasi muda, mari kita perjelas terlebih dahulu apa dan siapa sih generasi muda itu.

Budiawan (2020) mengatakan bahwa generasi muda adalah suatu generasi yang disematkan kepada mereka yang berusia muda. Dari sini muncul pertanyaan berikutnya. Rentang usia berapa sampai berapakah yang dikategorikan muda karena sering kita dengar seorang pengusaha atau pemimpin yang berusia di atas 40 tahun disebut dengan pengusaha muda atau pemimpin muda. 

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan, yang disebut pemuda adalah setiap warga negara yang berusia mulai dari 16 tahun sampai dengan 30 tahun. Jadi, jika merujuk kepada UU RI No. 40 tahun 2009, seorang disebut pemuda ketika berada di rentang usia 16-30 tahun. 

Generasi muda wajib mempunyai kecakapan akan literasi digital di era pandemi covid-19 seperti sekarang ini. Menurut situs Gerakan Literasi Nasiona milik Kemendikbud, literasi digital adalah kecakapan seseorang dalam menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab baik untuk tujuan memperoleh dan membagikan informasi maupun berkomunikasi dengan orang lain.

Adanya wabah virus corona 2019 atau yang lebih dikenal dengan istilah pandemic covid-19 dan juga perkembangan teknologi informasi dan komunikasi Indonesia membuat cara beraktifitas dan bekerja seseorang, terutama generasi muda bergeser. Dalam hal aktifitas, generasi muda yang pada kondisi normal lebih suka berkegiatan dari luar rumah, karena kondisi pandemic mau tidak mau mereka harus beraktifitas dari dalam rumah.

Begitu juga dalam melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan dengan datang langsung ke tempat kerja, dengan adanya pandemic harus digeser dengan bekerja dari rumah yang secara otomatis memerlukan sebuah kecakapan digital dalam melakukan dan menyelesaikan pekerjaan. 

Walaupun pandemic covid-19 memberi dampak yang cukup berat bagi hampir setiap orang, tetapi sebagai manusia kita harus menjalankan kehidupan ini dengan penuh rasa syukur karena di setiap musibah yang dihadapi pasti aka nada hikmah yang luar biasa yang akan didapatkan terutama dalam hal memanfaatkan teknologi yang sudah ada.

Generasi muda adalah salah satu aset berharga dari sebuah bangsa karena di tangan mereka lah diletakkan nasib bangsa kedepannya. Oleh karena itu, terutama di masa pandemi ini, generasi muda harus meningkatkan kualitas diri terutama dalam hal penggunaan teknologi sehingga memiliki literasi digital yang mumpuni. Dengan memiliki literasi digital yang baik, generasi muda mampu memanfaatkan perkembangan teknologi terutama dalam bidang informasi dan komunikasi sehingga menciptakan interaksi dan komunikasi secara positif. 

Dengan modal kemampuan literasi digital yang mumpuni, generasi muda memiliki beberapa peluang yang bisa diambil sesuai dengan ketertarikannya. Di era pandemi yang pergerakan sosial setiap orang tidak selonggar kondisi normal, membuat orang lebih suka berbelanja melalui e-commerce. Hal ini merupakan sebuah peluang yang bisa dimafaatkan oleh generasi muda untuk memasarkan dagangannya secara lebih luas, cepat, dan rendah biaya operasional.

Selain itu, pekerjaan baru yang berbasis digital seperti YouTuber atau content creator juga merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan pula mengingat banyak orang yang mencari hiburan atau mengisi kebosanan di tengah pembatasan sosial. 

Selain peluang-peluang yang tersedia yang ada di depan mata, beberapa tantangan juga mengikuti dalam penerapan literasi digital. Yang pertama adalah kesiapan sumber daya manusia terutama soft skill dan hard skill manusia tersebut. Soft skill adalah kepribadian, atribut personal, dan kemampuan berkomunikasi seseorang. Contoh dari soft skill di antaranya kemampuan bernegosiasi, kelancaran presentasi, kreativitas, kemauan belajar hal baru dan lain sebagainya.

Sedangkan hard skill adalah kemampuan tertentu yang harus dimiliki untuk sebuah pekerjaan. Contohnya, desain web, programming computer, menerjemahkan bahasa asing, dan lain lain. Selain kesiapan SDM, tantangan lainnya adalah banyaknya arus informasi yang ada. Dalam sehari, arus informasi di dunia digital tidak terhitung jumlahnya.

Hal ini berarti bahwa masyarakat menerima informasi yang sangat banyak dalam waktu bersamaan dan belum tentu informasi yang diterima adalah berita yang baik dan benar. Oleh karena itu, literasi digital harus mampu berperan sebagai pencari, penemu, dan pemilah dari banyaknya infomasi yang beredar. 

***

*) Oleh: Nurul Khasanah, Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Semarang, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES