Ekonomi

Harga Minyak Goreng Melejit, Produsen Kerupuk di Ngawi Kurangi Isi dalam Kemasan

Selasa, 16 November 2021 - 15:35 | 42.39k
Suwar, salah satu produsen kerupuk di Ngawi. (Foto: M.Miftakul/TIMES Indonesia)Alternatif mengurangi jumlah kerupuk dalam kemasan imbas naiknya harga minyak goreng curah. (Foto: M.Miftakul/TIMES Indonesia)
Suwar, salah satu produsen kerupuk di Ngawi. (Foto: M.Miftakul/TIMES Indonesia)Alternatif mengurangi jumlah kerupuk dalam kemasan imbas naiknya harga minyak goreng curah. (Foto: M.Miftakul/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, NGAWI – Produsen kerupuk di Kabupaten Ngawi terpaksa mengurangi jumlah kerupuk dalam setiap kemasan. Cara itu ditempuh, agar produsen tidak terlalu merugi, di tengah harga minyak goreng naik beberapa pekan terakhir ini.

Salah satunya Suwar, warga Desa Sambiroto, Padas, Ngawi. Agar usahanya tetap jalan, Suwar mengaku mengurangi jumlah kerupuk dalam kemasan, ketimbang menaikkan harga jualnya.

"Sebelum harga minyak naik, biasanya kita isi 12 biji dalam satu plastik. Sekarang, rata-rata cuma 9 biji. Supaya tetap bisa jalan," katanya kepada TIMES Indonesia, Selasa (16/11/21).

Suwar mengaku sudah memproduksi kerupuk sejak 6 tahun silam. Selama kurun waktu itu, dia hanya menggunakan minyak goreng curah untuk menjalankan usahanya. Sedangkan harga minyak goreng curah, saat ini mencapai Rp18 ribu per kilogram. Padahal saat normal, hanya berkisar Rp15 ribu.

Dalam satu kali produksi, Suwar biasa menggoreng kerupuk mentah sebanyak 10-15 kilogram. Sementara untuk minyak, membutuhkan sebanyak 10 kilogram minyak goreng curah. "Minyak hanya kita gunakan sekali untuk menggoreng kerupuk. Karena kita ingin tetap menjaga kualitas produk," ucapnya.

Saat ini Suwar memproduksi 4 jenis kerupuk. Dia merinci di antaranya, kerupuk bandung, rambak, semprong, dan kerupuk kulit. Sementara untuk harga satu bungkus kerupuk produksinya hanya dijual Rp2 ribu saja.

Suwar menyebut, konsumennya tidak mempermasalahkan berkurangnya jumlah kerupuk dalam kemasan. Menurutnya, saat ini masyarakat sudah menyadari jika harga minyak goreng melambung tinggi. "Konsumen sepertinya sudah menyadari kalau harga minyak tinggi. Jadi tidak masalah, omzetnya juga masih sama," pungkasnya.

Sementara itu, Suranti, salah satu pemilik warung di desa setempat, menyebut bahwa, meskipun harga minyak goreng naik, minat beli masyarakat masih tetap sama. "Minyak goreng karena kebutuhan pokok, tetap banyak yang cari meskipun harganya naik," ucapnya.

Dia menambahkan, masyarakat biasanya memilih minyak goreng kemasan yang paling murah. Selain itu, tingkat pembelian minyak goreng di warungnya juga masih normal. "Karena harga minyak goreng naik, kebanyakan yang dicari, kemasan yang paling murah," kata Suranti, pemilik warung di Kabupaten Ngawi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES