Kopi TIMES

Program “Ayo Kursus” sebagai Penekan Pengangguran

Kamis, 11 November 2021 - 11:20 | 83.31k
Nanang Qosim, M.Pd.
Nanang Qosim, M.Pd.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Hingga saat ini, kaum muda di negeri ini sedang menghadapi tantangan-tantangan sosial dan ekonomi yang luar biasa. Tantangan tersebut, tidak lain mengenai masalah pengangguran yang masih dirasakan oleh kebanyakan pemuda di negeri ini. 

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan situasi terkini perekonomian, termasuk di dalamnya masalah ketenagakerjaan, bahwa terjadi peningkatan jumlah penganggur sebanyak 3,67 juta orang sehingga secara keseluruhan  jumlahnya menjadi 9,77 juta per Agustus 2020. Implikasinya, angka pengangguran naik dari 5,23 persen (Agustus 2019) menjadi 7,07 persen. (Kompas, 30 /10/2021).

Selain itu, hasil Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) mencatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) penduduk usia muda mencapai 18,03% pada Februari 2021. Angka itu mengalami kenaikan 1,72% dibandingkan Februari 2020, tapi turun 2,43% dibandingkan Agustus 2020. 

Usia muda yang dimaksud angkatan kerja antara 15-24 tahun TPT tersebut menunjukkan, dari 100 orang angatan kerja usia muda terdapat 18 orang yang menganggur. Data dari Sakernas, total angkatan kerja usia 15-24 tahun mencapai 21,20 juta. Artinya, terdapat 3,82 juta penduduk di rentang usia tersebut yang sedang tidak bekerja. 
Jumlah tersebut hampir setengah dari total TPT nasional yang mencapai 8,75 juta atau sebesar 6,26% pada Februari 2021. Jika dipresentasikan maka TPT usia muda mencapai 43,7% dari total TPT nasional. 

Berdasarkan jenis kelamin, TPT penduduk usia muda laki-laki pada Februari 2021 sebesar 19,31%. Jumlahnya lebih tinggi daripada TPT penduduk perempuan yang sebesar 16,65%. Pola yang sama juga tampak pada Februari 2020 dan Agustus 2020. TPT penduduk usia muda baik laki-laki dan perempuan pada Februari 2021 menunjukkan adanya perbaikan dibandingkan Agustus 2020. 
 
Sementara berdasarkan daerah tempat tinggal, TPT kelompok usia muda daerah perkotaan lebih tinggi daripada perdesaan. Pada Februari 2021, TPT Usia muda perkotaan mencapai 20,66% sementara perdesaan 1,47%.
Dari data di atas, poinya adalah bahwa Indonesia meninggalkan persoalan utama ketenagakerjaan nasional, yakni tingginya jumlah pengangguran dari kalangan pemuda. 

Faktor Pengangguran

Banyak faktor yang menyebabkan tingginya pengangguran di kalangan usia produktif. Diantaranya besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja. Ketidakseimbangan ini terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Namun dalam kenyataannya, jumlah angkatan kerja yang jumlahnya sama dengan kesempatan kerja pun tidak menjamin tidak ada pengangguran. Hal ini dapat terjadi akibat tidak adanya kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Akibatnya, sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja.

Di tambah lagi, Indonesia termasuk negara di dunia yang terkena dampak yang sangat serius akibat Covid-19.  Sebab di awal tahun 2020 adanya pandemi Covid-19 telah memperburuk kodisi ekonomi Indonesia. Akibat pandemi covid19 pada tahun 2020 juga semakin menyebabkan semakin bertambahnya angka pengangguran, banyak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap pekerja karena banyak perusahaan yang terpaksa tutup akibat terus menerus mengalami kerugian. 

Selain karena faktor di atas, penyebab tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada usia muda adalah kurang terjalinnya link and match antara dunia pendidikan dengan dunia kerja, sehingga kompetensi lulusan satuan pendidikan tidak sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Tantangan

Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pendidikan di Indonesia pada umumnya dan dunia pendidikan vokasi pada khususnya, yakni dengan hadirnya bidang pekerjaan baru di “era normal baru” dan di dunia usaha dan dunia industri beriringan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Saat ini muncul berbagai jenis pekerjaan yang menuntut sumber daya manusia yang ada saat ini untuk tanggap dan memiliki kesiapan dalam baik dari sisi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude), kemampuan berinovasi serta mampu mengikuti dinamika perkembangan teknologi informasi terkini, sebagai contoh beragam profesi baru yang muncul saat ini antara lain: kreator konten, spesialis sosial media (social media specialist), video creator , dan perancang web (web designer). 

Era disrupsi dan situasi pandemi Covid-19, menghadirkan kesempatan baru bagi bidang-bidang usaha tertentu yang tetap memerlukan penanganan khusus bagi para ahli seperti jasa kesehatan, kuliner, fesyen, dan sebagainya untuk tetap beroperasional, antara lain pekerjaan di hotel, restoran (tata boga), fesyen (tata busana), spa therapist, care giver, dan banyak pekerjaan lainnya. Pekerjaan dan profesi tersebut tidak mungkin dilayani secara daring (online) dan pastinya memerlukan tenaga-tenaga terampil, kompeten dan berkarakter yang dapat  dihasilkan melalui kursus dan pelatihan keterampilan dengan format baru di era “normal baru”.

Ayo Kursus

Berangkat dari problematika tersebut, penulis mengapresiasi pemerintah merespon cepat, dengan meluncurkan “Program Ayo Kursus” yang terintegrasi dengan Program Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) yang digawangi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). (Media Indonesia, 22/9/2021)
Menyitir dari penyataan Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto,bahwa melalui program ini, Kemendikbudristek memberikan kesempatan pada masyarakat untuk mengikuti kursus dan pelatihan selama 100 jam hingga 400 jam pembelajaran dengan bantuan pemerintah.

Dengan berbagai jenis keterampilan sesuai kebutuhan dan minat mereka di daerah masing-masing,
Sasaran program “Ayo Kursus” merupakan anak usia sekolah yang tidak bersekolah, tidak sedang berkuliah, tidak sedang bekerja dan berusia di bawah 25 tahun. Peserta program diutamakan bagi pemegang Kartu Indonesia Pintar (KIP), tidak sedang terdaftar sebagai penerima Kartu Pra-Kerja, dan tidak sedang terdaftar sebagai peserta didik PKK dan PKW yang sedang berjalan. 

Pendaftaran peserta Ayo Kursus secara daring di laman https://banper.kemendikbudristek.go.id/ayo_kursus. (Jawa Pos, 3/10/2021)
Selain itu, program “Ayo Kursus” menarget sebanyak-banyaknya peserta didik sesuai kuota yang masih disediakan oleh program PKK/PKW, yaitu lebih dari 24.500 peserta di tahun 2021 dengan anggaran sekitar Rp100 miliar untuk LKP di seluruh Indonesia. (TribunNews.com, 1/10/2021). 

Ikhtiar pemerintah ini merupakan solusi untuk meningkatkan kompetensi di tengah kompetisi persaingan global, dan dapat menekan angka pengangguran, meningkatkan jumlah wirausaha, dan memperbanyak lulusan siap kerja. Maka melalui program “Ayo Kursus”, kita harapkan akan bisa mendorong dan mewujudkan gerakan “Merdeka Belajar” melalui keterampilan tambahan yaitu kecakapan kerja dan kecakapan wirausaha. Untuk itu, mari kita dorong dan ikuti peningkatan kompetensi masyarakat usia dibawah 25 tahun melalui program “Ayo Kursus” karena program ini merupakan solusi di masa revolusi industri 4.0. (*)

***

*) Penulis adalah Nanang Qosim, M.Pd. Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang. Peneliti di Lembaga Lajnah Ta'lif wan Nasyr NU Kota Semarang

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES