Gaya Hidup

Coffee vs Mixologi, Tumbuhkan Minat Milenial Menjadi Petani Kopi

Senin, 08 November 2021 - 00:53 | 60.22k
Rini Elisa Wijayanti, dari Alore Organizer, saat menjadi acara Talkshow Coffee Vs Mixology, di Malang Town Square, Minggu (7/11/2021). (Foto: Cyntia Agustina Girsang/TIMES Indonesia)
Rini Elisa Wijayanti, dari Alore Organizer, saat menjadi acara Talkshow Coffee Vs Mixology, di Malang Town Square, Minggu (7/11/2021). (Foto: Cyntia Agustina Girsang/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Minat anak muda untuk bergelut dalam sektor pertanian memang cukup minim. Padahal sektor pertanian sangat berpengaruh besar untuk menunjang ketahanan pangan dan stabilitas nasional.

Pada Coffee vs Mixologi, festival kopi tahunan yang diadakan oleh Malang Town Square (Matos), Minggu (7/11/2021), Rini Elisa Wijayanti, selaku owner Alore Organizer mengatakan, kurangnya minat generasi muda untuk menjadi petani karena bayak faktor. Salah satunya, bertani memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

Pada talkshow ini, beliau bercerita tentang salah satu petani kopi milenial yang sukses menoreh prestasi di kancah nasional, yakni Muhammad Sukron asal Desa Taji, Kabupaten Malang yang berhasil memenangkan lomba pemuda pelopor yang diadakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jawa Timur. 

Sukron mengawali usahanya dibidang kopi dengan menanam 10 batang kopi hingga akhirnya sekarang telah memiliki 2 hektar lahan pribadinya untuk memproduksi kopi.

Talkshow Coffee Vs Mixology a

Rini pertama kali bertemu dengan Sukron pada 2018 di salah satu event kopi dalam rangka HUT Kota Malang dan berlanjut membantu Sukron dalam persiapan kompetisi, mulai dari urusan administrasi proposal dan lainnya. Dia bahkan tidak menyangka bahwa Sukron bisa maju ke tingkat provinsi Jawa Timur hingga tingkat nasional karena tingkat Pendidikan Sukrong yang tidak sebanding dengan pesaing lainnya.

“Sekolah dia hanya SD, kalau SMP mengambil paket C, dan belum mempunyai ijazah SMA. Cara dia berbicara luar biasa berjuang sendiri padahal pesaing ada sampai sarjana bahkan ada yg sampai S2,” ujar Rini. 

Rini juga beranggapan bahwa kunci keberhasilan yang menghantarkan Sukron pada kesuksesan adalah tidak mudah menyerah, disiplin, dan tepat waktu. Tentu hal ini juga berlaku untuk para pemuda yang ingin memulai karirnya dari pertanian. 

"Seperti Sukron, dia bisa masuk 7 besar di bidang pangan Nasional. Padahal pesaing lainnya itu sampai jenjang S2," ungkapnya.

Rini sangat menyayangkan sulitnya menemukan anak muda yang berminat menggeluti pertanian, khususnya kopi. anak muda yang orang tuanya juga bertani juga banyak yang enggan mengeluti kopi meski mempunyai lahan orang tua yang bisa digarap. Terkait hal ini, Rni bersama komunitasnya mencoba membuat program terbaru yaitu membina anak muda khususnya di desa-desa-desa untuk jadi petani kopi. 

"Jadi belajar dari Sukron, kedepan akan ada proyek terbaru untuk membina anak-anak muda, khususnya di desa untuk menjadi petani kopi," tegasnya.

Tak lupa juga mengajak para hadirin talkshow Coffee vs Mixologi, festival kopi tahunan di Matos merupakan untuk tertarik menekuni dunia pertanian, khususnya pertanian kopi dan menghapus stigma bahwa petani bukanlah merupakan pekerjaan yang keren. "Ini yang kita gaungkan, ayo jadi petani. Itu keren loh!," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES