Kopi TIMES

Umrah Anti Ribet, Sertifikat Vaksin Covid-19 Dicetak Manual?

Jumat, 05 November 2021 - 11:14 | 101.82k
H. Soenarwoto, Pimpinan Ladima Tour & Travel Madiun
H. Soenarwoto, Pimpinan Ladima Tour & Travel Madiun

TIMESINDONESIA, MADIUN – Kami sering dimintai tolong jemaah tentang cara penggunaan atau pengoperasian handphone (HP) saat di Tanah Suci. HP memang sangat penting dalam perjalanan ibadah haji atau umrah. Dengan membawa HP dan tahu cara penggunaannya, jemaah bisa aktif bersilaturahmi dengan sesama anggota rombongan selama di Tanah Suci, bisa berhubungan dengan petugas travel, dan tetap bisa menjalin komunikasi dengan keluarga yang ditinggalkan di rumah (tanah air). Rangkaian ibadah pun jadi lancar. 

Saat di Tanah Suci, jemaah ada yang minta tolong tentang cara pemakaian nomor lokal atau kartu yang baru dibelinya di Saudi Arabia. Terbentur petunjuknya bahasa Arab, akhirnya jemaah tak bisa mengoperasikannya. Jamaah tergoda beli kartu baru atau nomor Arab itu hanya karena ingin biaya murah jika menelepon keluarganya di tanah air, selain ingin punya memiliki koleksi nomor Arab. Juga sebagai kenang-kenangan bahwa dirinya pernah pergi haji atau umrah. 

Namun, yang paling banyak jemaah mengeluhkan HP-nya mendadak ngadat atau tak bisa digunakan saat di Tanah Suci.  Padahal, sudah dibelikan pulsa harga mahal "Paket Umrah" atau sudah dilakulan roaming di tanah air. Selain itu ada jamaah tak membawa HP,  tapi ingin dihubungkan dengan keluarganya di tanah air. Kami sebagai orang travel pun mafhum. 

Ini yang bikin kami tertawa. Ada seorang jemaah yang "digawani" HP oleh anaknya, tapi tak diajari cara penggunaannya dan tak diisi pulsa. "Digawani" HP tak diisi pulsa, ya sampai kiamat pun tak bisa digunakan. Jika sudah begini, kami selaku tour leader ada pemimpin rombongan umrah, harus rela memenuhi keinginan jemaah. Menghubungkan keluarganya di tanah air agar tetap bisa berkomunikasi. 

Ini dulu, kisah perjalanan ibadah haji atau umrah sebelum terjadi pandemi Covid-19. Kini, seluruh jemaah haji dan umrah harus bawa HP dan bisa menggunakannya. Tidak terkecuali kaum lanjut usia (lansia) juga "wajib" melek teknologi. Setidaknya, mampu mengoperasikan gadget atau HP. Sebab saat tiba di bandara, otoritas Saudia Arabia sudah akan memverifikasi sertifikat vaksin Covid-19 melalui aplikasi PeduliLindungi (Indonesia) yang terkoneksi dengan aplikasi Tawakalna (Saudi) di HP milik jamaah. 

Itu, bisa dipastikan tambah ribet nanti di bandara kedatangan di Saudi. Mengingat, petugas atau otoritas Saudi kini tak hanya mengecek paspor dan visa umrah jemaah, tapi juga wajib memverifikasi vaksi Covid-19. Memindai. Dengan begitu otoritas Saudi akan berhadapan dengan jemaah sepuh dan tak cakap mengopesikan HP untuk membuka aplikasi PeduliLindungi. Untuk itu, semoga sebelum berangkat umrah ada "manasik" penggunaan HP khususnya membuka aplikasi PeduliLindungi bagi jemaah kaum lansia. 

Beruntung, kini aplikasi PeduliLindungi belum bisa dibuka di Saudi. Karena aplikasi PeduliLindungi tak bisa dibuka itu,  otoritas Saudi pun konon belum menerima kedatangan rombongan jemaah umrah dari Indonesia. Menunggu aplikasi PeduliLindungi sudah bisa dibuka oleh otoritas Saudi.

Namun, seyogyanya aplikasi PeduliLindungi tak perlu "dipaksakan" terkoneksi atau bisa dibuka di Saudi. Sebab jika bisa dibuka pun, maaf, jemaah sepuh dari Indonesia belum tentu bisa membuka aplikasi PeduliLindungi dan mengoperasikan HP yang dibawanya. Sedang peserta jamaah umrah Indonesia mayoritas lansia. 

Gangguan sinyal juga kerap terjadi di sekitar Masjidilharam. Ini akan membingungkan jemaah tua. Sedang setiap hendak masuk Masjidilharam untuk menunaikan shalat lima waktu, jemaah harus diperiksa barcode sertifikasi vaksin Covid-19 oleh otoritas Saudi. Gegara tak bisa menggunakan HP itu jamaah pun terancam tak bisa masuk Masjidilharam. Betapa sedih hati jemaah datang ke tanah suci cuma bisa umrah tanpa bisa shalat lima waktu di Masjidilharam. 

Untuk itu, kami sangat setuju dengan langkah alternatif Kemenag dan Kemenkes, yakni usul data sertifikasi vaksin Covid-19 dicetak manual. Dengan cetak manual itu tidak menjadikan ribet perjalanan haji atau umrah bagi jemaah Indonesia, khususnya yang sepuh dan tak cakap menggunakan gadget atau HP. 

Cetakan manual itu bisa dirupakan seperti KTP atau ID-Card yang bisa dibuat kalung jemaah. Dengan data sertifikasi Covid-19 dicetak manual itu jemaah bisa membawanya ke mana-mana. Jemaah tidak perlu berat-berat membawa HP. Otoritas Saudi pun mudah untuk memverifikasi vaksin Covid-19 itu dari cetak manual yang dibawa jemaah. Kini, doa kami semoga pemerintah Saudi Arabia menyetujui usulan itu. Amin. (*) 

***

*) Oleh: H. Soenarwoto, Pimpinan Ladima Tour & Travel Madiun.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES