Kopi TIMES

Mengukuhkan dan Mengembangkan Jalur Rempah Indonesia

Rabu, 03 November 2021 - 17:41 | 49.37k
Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.
Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Secara geografis, Indonesia merupakan satu-satunya negara Asia Tenggara yang dilewati garis khatulistiwa dengan wilayah yang berada diantara Benua Asia dan Australia, diapit Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Dengan iklim tropis dan terdiri dari ribuan pulau, maka menjadikan Indonesia kaya akan keanegaramanan flora dan fauna. 

Indonesia dikenal memiliki tanah yang subur yang memungkinkan tumbuhan endemik tumbuh subur dan tidak dimiliki oleh negara lain. Di antara tumbuhan-tumbuhan endimik itu, salah satunya, yakni rempah-rempah. Rempah-rempah merupakan bagian tanaman yang berasal dari bagian dahan, kulit, bungan, akar, biji, kulit kayu, umbi, dan bagian tumbuhan lainnya. Rempah asli Indonesia, salah satunya pala yang berasal dari Kepulauan Banda dan cengkih yang berasal dari Ternate.

Sejak jaman dahulu kala Indonesia memang telah dikenal sebagai negara penghasil rempah dunia. Rempah merupakan komuditas pertama yang telah diperdagangkan secara global. Dahulu kala, rempah-rempah dianggap memiliki khasiat sehingga dijadikan obat. Selain itu, rempah-rempah juga digunakan untuk bumbu masakan. Maka tak heran, apabila rempah-rempah merupakan komuditas paling diburu di dunia dulu kala. Hal inilah yang memicu bangsa-bangsa Eropa melakukan pelayaran menemukan pulau rempah, yakni Colombus (1492, Spanyol), John Cabot (1497, Inggris), Vasco de Gama (1497, Portugis), dan Magellan (1519, Spanyol).

Mengembangkan Jalur Rempah 

Jalur rempah nusantara pada masa lalu turut membangun peradapan dunia. Dengan fakta sejarah yang menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia adalah pelaut menunjukkan bahwa laut telah lama menjadi sahabat bagi Indonesia. Saat ini, berdasarkan situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut menyebutkan bahwa luas laut Indonesia  3,25 juta km2. Hal ini turut mempertegas bahwa laut merupakan jalur perdagangan di masa lampau. 

Jauh berabad-abad yang lalu melalui pelabuhan-pelabuhan di nusantaralah rempah Indonesia dikenal dunia. Tak hanya itu, budaya bangsa kita juga turut dikenal bangsa lain melalui perdagangan yang dimulai dari lalu lintas laut. Berdasarkan data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa data tahun 2016 saja terdapat 278 pelabuhan penyeberangan. Hal ini turut menegaskan bahwa pelabuhan merupakan lokasi strategis Indonesia dalam berbagai sektor.    

Lewat pelabuhan inilah dahulu kala jalur perdagangan rempah tumbuh subur. Sudah sepantasnya pelabuhan-pelabuhan dibangun dengan infrastruktur kelas dunia. Hal ini bertujuan untuk menarik wisatawan lokal maupun manca negara. Selain itu, pelabuhan juga dapat di desain dengan mencirikan jenis rempah, misal pelabuhan di Aceh didesain dan dibangun dengan mencirikan pala. 

Pembangunan museum-museum di jalur rempah juga perlu dicanangkan. Museum bisa dibangun di lokasi strategis yang dapat dengan mudah dikunjungi wisatawan, misalnya di tengah kota-kota besar. Selain itu, museum juga dapat dibangun di dekat pelabuhan jalur rempah agar ketika wisatawan berkunjung di pelabuhan dapat langsung belajar di museum-museum. 

Pembangunan museum-museum ini dianggap penting karena lewat museumlah sejarah dapat dipelajari. Masyarakat akan lebih tertarik belajar sejarah jika ada museum yang didesain menarik. Selain itu, museum juga dapat dimanfaatkan bagi bidang pendidikan. Pelajar dapat melakukan pengamatan langsung di museum. Keberadaan museum dapat menarik wisawatan lokal maupun mencanegara untuk memperoleh pengetahuan terkait jalur rempah. Terlebih, dengan adanya museum dapat mengangkat perekonomian masyarakat sekitar.

Demi menegaskan Indonesia sebagai jalur rempah dunia, perlu adanya pembangunan ladang rempah di Indonesia. Kementerian Pertanian dapat berkerja sama dengan pemerintah daerah untuk mencanangkan gerakan menanam rempah. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa komoditas rempah yang diperdagangkan di pasar internasional yang berasal dari Indonesia, seperti lada, pala, vanila, kayu manis, cengkeh, kapulaga, dan jahe.

Khusus untuk lada dan pala merupakan  utama dalam dalam perdagangan rempah dunia, sekaligus merupakan produk ekspor unggulan Indonesia dibandingkan dengan komoditas lainnya. Oleh karena itu, perlu memperbanyak ladang rempah untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia, sekaligus menegaskan bahwa Indonesia adalah sebagai 'Mother of Spices' (ibu rempah).

Jika rempah Indonesia ingin dikukuhkan menjadi penghasil rempah dunia, maka masyarakat dunia harus dengan mudah mendapatkan rempah-rempah Indonesia di supermarket-supermarket negaranya. Untuk itu, di dalam negeri perlu adanya pengolahan rempah-rempah yang tahan lama tanpa mengurangi kualitas rempah itu sendiri. Perlu adanya pembangunan pengolahan rempah yang siap diekspor dengan standar internasional. Jika itu tercapai, Indonesia akan semakin didaulat sebagai negara penghasil rempah dunia. 

***

*) Oleh: Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES