Peristiwa Internasional

Umat Hindu Bali di Sydney Gelar Upacara Pecolongan untuk Bersihkan Bayi

Minggu, 31 Oktober 2021 - 07:27 | 95.80k
Upacara pecolongan digelar umat Hindu Bali di Sydney Australia untuk membersihkan bayi di usia 42 hari (Foto: Pondok Godfrey/Ngurah for TIMES Indonesia)
Upacara pecolongan digelar umat Hindu Bali di Sydney Australia untuk membersihkan bayi di usia 42 hari (Foto: Pondok Godfrey/Ngurah for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, AUSTRALIA – Menggelar upacara tradisional, seperti upacara pecolongan, di negara orang tidaklah mudah. Tetapi hal itu bagi Mangku Nyoman Budi sangat penting untuk dilaksanakan. Apalagi si jabang bayi adalah cucunya sendiri yang lahir di Australia

Upacara Pecolongan adalah sebuah upacara ritual yang dilakukan 42 hari setelah kelahiran bayi. Cucu kedua Mangku Nyoman tersebut diberi nama I Made Prince Arjuna Budi, lahir pada 18 September dari pasangan Putu Denny Budi dan Ni Wayan Ayu Puspawati, sehingga upacara digelar Jumat 29 Oktober 2021, tepat 42 hari usianya. 

"Pelaksanaan upacara Pecolongan ini untuk cucu saya kedua Arjuna lahir di Sydney. Cucu pertama Aura kebetulan lahir di Bali. Untuk menggelar upacara ini cukup mengalami kesulitan dalam memenuhi Banten atau sesaji karena sulit  ditemukan. Misalkan harus ada ayam jantan dan betina yang masih hidup. Tapi syukur terpenuhi," ujar Mangku Nyoman Budi usai upacara. 

Di Australia, tidak dengan mudah memelihara unggas atau hewan lainya di pekarangan rumah. Memelihara hewan sendiri ditata dengan undangan-undang. Selain ayam, untuk memenuhi persyaratan Banten diperlukan beberapa hewan lainya, seperti katak dan belalang. Meski  susah payah, akhirnya semua terpenuhi. 

Pecolongan-02.jpg

Upacara Pecolongan ini digelar di Pondok atau tempat sembahyang di 37 Godfrey Street, Penshurst, Sydney NSW. Ritual dilaksanakan secara sederhana dan hanya diikuti anggota keluarga serta sahabat keluarga. Meski sederhana persyaratan banten dilakukan secara maksimal. Beberapa perlengkapan bahkan didatangkan dari Bali. 

"Untuk persiapan upacara cucu saya ini, Banten atau sesaji memerlukan waktu satu minggu. Inilah adat Hindu Bali yang harus dilakukan," tambah si nenek Kartini, yang akrab dipanggil Bu Mangku. 

Mereka juga bersyukur karena pada masa pandemi Covid-19 ini, pemerintah Australia telah membuka lockdown dan mengizinkan  menerima tamu dan melakukan kegiatan. 

Upacara Pecolongan, atau disebut juga Pekambuhan, merupakan prosesi penyucian tahap kedua terhadap bayi setelah Upacara Penelahan atau cuplak puser di adat Jawa. Setelah Upacara Pecolongan, ibu dan bayi boleh melakukan aktivitas seperti biasa. Sebelumnya, selama 42 hari ibu dan bayi tidak boleh keluar rumah, termasuk tidak boleh ke dapur.

Pecolongan-03.jpg

"Pekambuhan atau Pecolongan artinya bangkit kembali atau reinkarnasi, yaitu kelahiran sang roh kembali ke dunia. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pada dasarnya suci karena berasal dari Hyang Maha Suci," tutur Mangku Nyoman Budi. 

Dia memaparkan, kesucian yang dibawa lahir ini, lambat laun akan dipengaruhi oleh kekuatan maya Sang Hyang Widhi sehingga menjadi kotor. Dan kotoran tersebut akan diikat dalam karma wasana. 

Oleh karena itu kesucian dirinya harus tetap dipertahankan selama hidupnya dengan upacara penyucian sesuai ajaran Catur Yoga, di mana tujuan akhir dari kehidupan adalah mencapai kesucian. Yaitu kembali kehadapan Yang Maha Suci. 

Upacara mecolongan ini biasanya tidak berdiri sendiri, tapi  merupakan rangkaian upacara yang bertujuan untuk membersihankan si bayi dan ibunya,  juga bapaknya, dari segala leteh sebel kendal / cuntaka papa petaka yang diakibatkan oleh adanya kelahiran si bayi. Pembersihan ini juga dilakukan di dapur, dengan istilah 'Melukat di Brahma'. 

Pecolongan-044cf36cf2a161bb14.jpg

Diawali upacara mebakala, prayascita, natab, mebakti, metirta, yang mengandung makna pembersihan secara sekala – niskala, dan mohon keselamatan agar bayi dan orang tuanya terhindar dari berbagai gangguan sekala – niskala. Juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang numadi, khusunya Ida Sanghyang Widi Wasa, agar senantiasa memberi keselamatan kepada umatnya.

Dan sebagai simbol para 'nyama bajang' ini tidak lagi menunggui si bayi, maka setelah Upacara Pecolongan ini, sanggah cucuk, kelangsah dan segala atribut yang ada di tempat menanam ari-ari boleh dibongkar dan dibersihkan. "Saya sudah boleh keluar rumah. Sekarang kepingin shopping ke Mall," canda Ayu, ibunda bayi Arjuna. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Dhian Mega

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES