Kopi TIMES

Tumpah Darah Pemuda

Jumat, 29 Oktober 2021 - 05:33 | 56.21k
Abdurrahman Addakhil, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Abdurrahman Addakhil, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – 'Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan'

Kata-kata mutiara tersebut acap kali kita dengar sebagai jargon dalam setiap kegiatan yang melibatkan pemuda secara langsung di dalamnya. Namun, yang masih menjadi pertanyaan besar, apakah masih relevan semangat pemuda masa kini untuk  menerima mandat sebagai pemimpin masa depan?    

Pada momentum bersejarah dan amat luar biasa yang terjadi 93 tahun silam, bangsa ini mengalami perdebatan produktif dari kalangan para pemuda (kaum terpelajar) yang peduli akan nasib keberlangsungan masa depan bangsa. Meski usia momentum itu kini sudah tidak muda lagi, tapi peringatan tersebut akan tetap menjadi peringatan Sumpah Pemuda.

Sejak pemerintah mengeluarkan Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda semakin menumbuhkan atensi masyarakat saat ini akan jasa besar pengorbanan pendahulunya. Ini merupakan upaya meremajakan kembali ingatan bangsa agar mendorong semangat produktifitas masyarakatnya, khususnya pemuda.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda Indonesia selalu erat hubungannya dengan refleksi peran dan kontribusi pemuda bagi bangsa. Momentum yang menjadi peringatan dan kesadaran elemen masyarakat negara dalam membangun peradaban di dalamnya dibangun atas dasar persatuan dan kesatuan. Segala aktifitas yang berpotensi memecah persatuan dibuang sejauh mungkin.

Pemuda dan Duta Segalanya

Bentuk perjuangan pemuda masa lalu dan masa kini tentu memiliki perbedaan yang mencolok. Hampir tidak mungkin kita memaksakan pemuda masa kini untuk melakukan perjuangan membela keutuhan Negara sama persis seperti perjuangan pemuda (kaum terpelajar) masa lalu, seperti melalui kongres.

Dewasa ini, kita menjumpai banyak sekali pihak yang peduli akan nasib bangsa dengan memanfaatkan peran strategis pemuda di pusaran masyarakat. Pasalnya pemuda memiliki marwah untuk menarik perhatian masyarakat, serta inovasi yang luar biasa. Di antara inovasi berkemajuan tersebuat adalah munculnya duta-duta yang mana pemuda memainkan peran sebagai agen promotor sekaligus subjek penggeraknya. 

Fenomena munculnya pemilihan duta-duta yang tersebar di hampir setiap daerah, bahkan sampai tingkat sekolah dan  universitas memiliki tujuan mulia, yang tidak jauh dari aktualisasi peran pemuda dalam kontribusi nyata terhadap kepedulian lingkungan sekitar. Kemudian yang menjadi pertanyan adalah apakah kegiatan tersebut akan selalu efektif?

Ada yang menarik dari penelitian yang dilakukan oleh Maya Andani (2018) terhadap duta lingkungan di SMPN 10 Palembang. Ia menyebutkan hasil berupa perubahan cukup signifikan antara sebelum adanya kegiatan duta lingkungan dan setelahnya. Banyak kegiatan sekolah yang ikut terbantu pasca munculnya duta lingkungan di sekolah tersebut. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa pemilihan duta akan memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar.

Tidak hanya duta pilihan yang memainkan peran dalam masyarakat, bahkan pemuda biasa yang bergerak berdampak sekaligus menjadi promotor kebajikan berhak mendapat gelar duta, tentu secara informal. Efektifitas duta ini akan terasa apabila sungguh-sungguh dalam menjalankan amanat sesuai bidangnya, dan pengawasan yang berkala terhadap kinerjanya di dalam masyarakat.

Tantangan Global

Pemuda yang berkarakter adalah dia yang tidak hanya berperan sebagai objek kehidupan, tapi ikut serta sebagai subjeknya. Hal ini karena pemuda memainkan posisi sebagai setir yang akan mengarahkan kemudi suatu negeri di masa depan. Beban yang dipikul juga tidak sembarangan.

Saat peristiwa Kongres Pemuda kedua pada tahun 1928, para pemuda memiliki bekal intelektual dan moral yang mumpuni, sehingga ketika prosesi kongres tersebut tidak menimbulkan pecah golongan dan meledaknya amarah. Mereka semua mewakili satu entitas, yakni bangsa Indonesia. 

Berbeda dengan perwujudan saat ini. Para pemuda masa kini banyak yang lebih bangga terhadap sensasi ketimbang prestasi. Mereka yang tidak belajar dari perilaku positif pendahulunya banyak menciptakan huru-hara di masyarakat. Aksi anarkis dan gaya borjuis seolah menjadi gaya hidup yang harus ditonjolkan.

Selanjutnya, kapasitas intelektual dan kualitas moral yang makin merosot membuat identitas pemuda masa kini jauh dari harapan masa depan. Hampir sejarah kebangkitan bangsa ditinggal begitu saja tersimpan dalam museum. Memang sulit menemukan pemuda masa kini yang berkualitas bak permata. Sukar dicari mahal harganya.

Catatan ke depan bagi kita semua adalah bagaimana regenerasi kaum yang unggul untuk menopang dan mewujudkan cita-cita bangsa, baik dari sektor ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, dan lain-lain. Tugas kita selanjutnya tidak berat, karena hanya melanjutkan perjuangan mereka, bukan sebagai pelopor.

Tugas pemuda saat ini tentu lebih besar daripada pemuda masa lalu. Namun perjuangan dan pengorbanan pemuda masa kini tidak sebanding dengan jerih payah mereka saat berusaha membangun negeri ini dari titik nol. Segala tumpah darah bersatu. Segala jenis suku, ras, dan agama bermusyawarah untuk mencapai kata mufakat.

Tumpah darah pemuda saat ini harus lebih bergelora. Modal berani saja tidak cukup untuk menyatukan negeri ini. Sebagaimana tema peringatan Hari Sumpah Pemuda 2021, Bersatu, Bangkit, dan Tumbuh, maka itulah yang menjadi batu loncatan kualitas kepemudaan kita masa kini. Dengan begitu jargon pemuda sebagai pemimpin masa depan akan dapat terwujud.

***

*)Oleh: Abdurrahman Addakhil, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES