Kopi TIMES

Memahami Tarian Tradisional “Jubata” dari Suku Dayak Kanayatn

Kamis, 28 Oktober 2021 - 13:43 | 261.56k
Lisa Isa, Mahasiswa Universitas Pamulang (UNPAM).
Lisa Isa, Mahasiswa Universitas Pamulang (UNPAM).

TIMESINDONESIA, PAMULANG – Tari Jubata merupakan tarian ucapan syukur kepada Tuhan (Jubata) yang digunakan pada upacara pernikahan, upacara syukuran atas keberhasian panen padi, upacara peresmian, syukuran tepung tawar dan upacara penyambutan tamu. Dalam perkembangannya tarian Jubata juga dikemas sebagai tarian hiburan rakyat dalam bentuk acara-acara pementasan seni tari baik sebagai hiburan maupaun ajang kompetisi seni tari dan budaya.

Tari Jubata ditarikan oleh satu penari laki-laki dan lima penari perempuan, dimana gerakannya dimulai dengan hentakan kaki kanan kemudian kiri sambil bejalan ke arah depan sambil membentuk lingkaran, dengan posisi kedua tangan memegang properti yang berupa piring, gelas dan mangkuk yang berisi seseajian. 

Adapun ritual sebelum menarikan tarian Tari Jubata tersebut, dukun (Ketua Adat) melakukan ritual bapadah atau meminta ijin kepada Jubata dengan tujuan untuk tolak bala agar acara dapat berjalan dengan lancar. Ritual ini dilakukan dengan menaburkan beras kuning, memercikan angir minyak (gelas yang diberi daun selasih dan diberi minyak kelapa beserta buah angir), dan air bunga kepada para penari sambil membacakan mantra-mantra, sementara itu kobet (seperangkat sesajian yang berupa gabungan pulut yang dimasak, cucur, telur, darah ayam, darah babi, kapur sirih, daun sirih, pinang dan dibungkus pakai daun ayangk) yang diletakan di tengah para penari tujuan agar acara berjalan dengan lancer. 

Sebagian besar tari Jubata mempunyai desain atas artinya dapat dilihat dari satu arah penonton saja yaitu dari depan. Musik iringan tari Jubata menggunakan alat musik agukng (gong), tuma (ketubung), tenga (saron), soleng (Suling) dan diiringi penyair. Busana yang digunakan pada tari Jubata untuk wanita yaitu menggunakan baju atasan berbentuk rompi dengan warna dasar hitam serta pada bagian depan rompi terdapat motif pakis. Rok yang digunakan oleh wanita juga memiliki warna dasar yang sama seperti rompi yaitu hitam, pada bagian depan motif pakis dan belakang rok tidak bermotif akan tetapi bentuk dan ukurannya berbeda dengan yang ada di rompi. 

Untuk pria, busana yang digunakan menggunakan baju adat dengan warna dasar hitam dan bermotifkan pakis di bagian depan sedangkan celana menggunakan celana cawat yang pada bagian cawat terdapat motif tameng asesoris tambahan untuk wanita yaitu anting dan kalung terbuat dari manikmanik yang tidak ditentukan warnanya, daun rinyuang dan ikat kepala berwarna merah sedangkan asesoris tambahan untuk penari pria yaitu mandau, ikat kepala berwarna merah serta bulu burung. Sedangkan tata rias nya menggunakan rias cantik. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi seluruh masyarakat yang ada di desa tersebut dan masyarakat yang ada di Kabupaten Bengkayang.

Tarian Jubata merupakan salah satu tarian yang awal mulanya sebagai tarian sakral untuk pengobatan, namun Untuk sekarang ini tari jubata berperan sebagai tarian hiburan dalam masyarakat. seperti hiburan dalam acara naik dango, syukuran padi baru, pernikahan dan sunatan .

Tari jubata ditarikan oleh satu penari pria yang berperan sebagai dukun kedua (wakil dukun) dan lima wanita tidak dibatasi umur yang berperan sebagai dayangdayang. Jubata yang berarti Tuhan tarian Jubata ini Tarian ini merupakan tari tradisi yang turun-temurun diwarisi oleh nenek moyang. Pada tari Jubata ini, masyarakat suku Dayak Kanayatn sangat mempercayai paham Monotheisme yang artinya mereka sangat mempercayai bahwa Jubata (Tuhan) adalah penguasa dan pengatur alam semesta, selain mempercayai Jubata (Tuhan) masyarakat suku Dayak Kanayatn juga percaya kepada roh-roh halus.Tari Jubata merupakan tari upacara pada suku DayakKanayatn.

Gerak dalam tari dapat di kategorikan sebagai gerak murni dan gerak maknawi. Di dalam gerak tari Jubata terdapat gerak memiliki arti tertentu yang dikenal sebagai gerak maknawi. Gerak maknawi yang yang terdapat pada tari Jubata yaitu laki-laki (wakil dukun) duduk didepan sesajian memohon kepada jubata untuk memohon kesembuhan bagi sakit, memohon kepada jubata untuk hal yang baik-baik yang terjadi dikampung tempat berlangsungnya tari tersebut. Gerak murrni yang ada dalam tari jubata yaitu gerak yang dilakukan oleh wanita setelah mengantarkan sesajian kepada penari laki-laki atau wakil dukun dengan penari perempuan melakukan gerak jongan gerak ini tidak terkandung makna tujuan dari tari ini adalah untuk ungkapan kegembiraan tanpa memikirkan makna dari gerak. Pada tari jubata menggunakan dua ragam gerak yaitu gerak ngentak dan gerak jonggan gerak jubata ini dimulai dengan musik suling kemudian penari melakukan gerak awal yaitu gerak ngentak kemudian melakukan gerak jonggan selanjutnya penari laki-laki (wakil dukun) melakukan gerak menyembahan kepada Jubata.

Musik iringan pada Tari Jubata, Alat musik yang digunakan dalam Tari Jubata Suku Dayak Kanayant adalah agukng (gong), tuma (ketubung), tenga (saron), soleng (Suling) serta iringan vokal yang merupakan bentuk iringan yang dinyanyikan oleh satu 8 bagian dari pemusik yang disebut penyanyi atau penyair yang menggunakan Bahasa dayak Kanayant untuk pemusik Tari Jubata ini berjumlah empat orang yang tidak dibatasi usia dan jenis kelaminnya untuk penyairnya biasanya orang yang bisa bersyair sehingga lirik syair tidak semua orang bisa menyanyikannya bersyair dengan kata lain bahwa syair dalam tari jubata tidak sembarang orang yang dapat menyanyikannya.

Pada bagian tata rias  yang akan dibahas pada bagian kepala ada dua yang akan dibahas yang pertama rias wajah yang kedua adalah rias rambut. Pada bagian Tata rias wajah dalam Tari Jubata yaitu menggunakan rias cantik yang sederhana, rias yang menonjolkan wajah asli dari penarinya. Warna-warna yang digunakan juga menggunakan warnawarna yang soft misalnya warna coklat, cream. Warna yang digunakan juga pada bagian pipi menggunakan warna pink muda hanya untuk menunjukan tekuk tulang pipi warna lipstik yang digunakan juga menggunakan warna-warna yang tidak mencolok warna yang digunakan menggunakan warna yang sesuai dengan warna bibir penari.

Busana yang digunakan pada penari perempuan tari Jubata terdiri dari dua yaitu rompi yang merupakan atasan, rok yang berupa bawahan. Baju atasan berbentuk rompi dengan warna dasar merah serta pada bagian depan rompi terdapat motif pakis, Rok yang digunakan oleh wanita juga memiliki warna dasar yang sama seperti rompi yaitu merah, pada bagian depan motif pakis dan belakang rok tidak bermotif akan tetapi bentuk dan ukurannya berbeda dengan yang ada di rompi, sama halnya dengan Warna dasar merah pada rok merupakan ciri khas dari tari Jubata. Untuk pria, busana yang digunakan menggunakan baju adat dengan warna dasar merah dan bermotifkan pakis dibagian depan sedangkan celana menggunakan celana cawat yang pada bagian cawat terdapat motif tameng asesoris tambahan yaitu ikat.

Properti dalam Tari Jubata di Desa Setanduk Kecamatan Capkala Kabupaten Bengkayang menggunakan topong sempa (tempat sirih) yang berisikan daun sirih,pinang, kapur, daun rokong, tepayang dan piring batu (lagor) yang bersikan beras kuning da kunyit, angir minyak, mangkuk yang berisikan beraas kuning, pantaran, air bunga, beras cuci, buis bantat, tumpang daun kelapa. Properti yang dibawa oleh wakil dukun adalah buis bantat, yang dibawakan oleh penari perempuan yang pertama adalah tompang Sompa,penari perempuan kedua membawa properti panataran, penari perempuan ketiga membawa beras kuning, penari perempuan keempat membawa air bunga dan bunga serta daun rinyuang, penari kelima membawa angir minyak, sedangkan tepayang dan piring batu (lagor) yang bersikan beras kuning da kunyit diletakan ditengah pentas dan tumpang daun kelapa digantung atas panggung berjuntai.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pertunjukan tarian “jubata” ini adalah, tarian ini tidak boleh dilakukan sembarangan harus melalui latihan yang dilatih oleh pelatih yang sudah berpengalaman. Pada dasarnya pertunjukan tarian ini menurut kepercayaan masyarakat Kalimantan mengandung nilai sakral. Jadi, harus dilakukan dengan benar-benar tanpa sembarangan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan serta persembahan yang dibawakan oleh penari harus sesuai dengan yang sudah ditetapkan.

Kelemahan dari tarian jubata ini adalah gerakan kaki dalam tarian yang terbilang sangat cepat sehingga tidak jarang para penari kehilangan keseimbangan dalam tarian,kecepatan gerakan kaki dan tangan menyesuaikan iringan musik yang semangkin lama semangkin cepat jika tidak dilakukan dengaan benar maka bisa menimbulkan ketidak kompakan dalam tarian. Untuk itu sangat penting untuk melakukan latihan yang sangat serius sebelum pertunjukan dimulai agar bias berjalan dengan baik.

Kelebihan dari pertunjukan tarian ini yaitu berupa hiburan untuk masayarakat sebagai ucapan syukur atas hasil panen padi yang melimpah tiap tahunnya serta tarian ini merupakan suatu budaya yang sudah lama dilakukan dari zaman leluhur dan dikembangkan hingga kini sebagai ucapan syukur. Tarian ini dipertunjukan atau diperlombakan pada saat acara Gawai Dayak naik Dango setiap tahun diwilayah Kalimantan barat yang merupakan kegiatan tradisi suku Dayak.

***

*) Oleh: Lisa Isa, Mahasiswa Universitas Pamulang (UNPAM).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES