Kopi TIMES

Bermodal Simbolik dalam Perebutan Kekuasaan Antar Elite Politik

Kamis, 28 Oktober 2021 - 09:57 | 74.67k
Bustamin Wahid, Mahasiswa progam Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Bustamin Wahid, Mahasiswa progam Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Dunia demokrasi terutama di level lokal memberikan warna tersendiri, tentu dinamika dan aktor lokal yang mengambil peranan dalam ruang politik praktis, itu semua tidak terlepas dari juba dan semangat kedaerahan. Kontestasi menjadi momentum bagi elite/aktor politik untuk meraih kekuasaan dengan mekanisme ke-pemilua-an. Ide, gagasan, model dan bahkan strategi alternatif  termasuk panggung para elite adat/tokoh adat menjadi satu legitimasi tatanan sosial orang Tidore juga punya peran penting dalam dunia demokrasi di Tidore. 

Bustamin Wahid yang merupakan salah satu mahasiswa progam Doktor Sosiologi Program Doktor Sosiologi Pascasarjana UMM Malang (Universitas Muhammadiyah Malang) melihat adanya fenomena strategi kapitalisme modal simbolik dari para elit politik yang ada di Tidore akhirnya mengangkat fenomena tersebut menjadi sebuah penelitian yang berjudul: Perebutan Kekuasaan Antar Elite Politik Berbasis Modal Simbolik (Studi Pemilihan Kepala Daerah Di Kota Tidore Kepulauan 2020).

Mahasiswa asal Tidore yang menetap di Sorong Papua barat ini mengungkapkan bahwa dirinya menggunakan perspektif dari Pierre Bourdieu untuk mendalami fenomena perebutan kekuasaan dengan ruh ethnography. 

“Basis-basis teori Pierre Bourdieu inilah yang menjadi menjadi domain penting dalam analisis dan pendalaman penelitian saya ini,” ujarnya. 

Bustamin menambahkan setelah mengetahui secara mendalam hasil dari penelitiannya dengan teori Pierre Bourdieu, maka ia membuat suatu sekam untuk menggambarkan temuan tersebut. Pemilih punya ide politik dan setiap subjek punya pengalaman mental yang berbeda, dari proses pengalaman mental dan subjektivitas yang dimiliki setiap pemilih itu kemudian relasi dengan habitus politik masyarakat, lahirnya suatu disposisi yang mengantar orang/subjek punya keputusan untuk menentukan pilihan politiknya. 
 
Modal simbolik yang di sadari atas nilai-nilai adat dan tarekat digambarkan dalam sistem sosial budaya orang Tidore, sehingga dalam temuan penelitiannya, Bustamin melihat bahwa sistem sosial budaya punya peran penting dalam kemenangan di arena perebutan kekuasaan di pilkada Tidore.  Kapitalisasi Modal simbolik, proses produksi dan reproduksi nilai-nilai sistem sosial budaya juga menjadi indikator penting dalam menentukan satu kemenangan di pilkada, dan yang perlu diketahui bahwa doxa yang sesuai nilai-nilai yang diperjuangkan ini bukan saja di pemilih semata, tapi doxa yang dimiliki elite politik juga punya kesesuaian, yang dibatinkan dari sistem sosial budaya yang dimiliki oleh masyarakat.  

Kapitalisasi Modal Simbolik pada Pilkada Tidore

Bustamin melihat pada momentum pilkada di Tidore senantiasa berakar pada pendekatan rasional-modern serta pendekatan adat dan budaya. Pendekatan rasional modern ini bersandar pada ide dan gagasan tentang visi-misi serta program strategis yang dikombinasikan dengan kearifan lokal. Pendekatan adat dan budaya lebih kearah mistis/gaib yang masih diyakini oleh masyarakat tidore dapat menggerakkan dan mempengatuhi perilaku pemilih.

Beberapa bentuk kapitalisme symbol dan relasi yang diterangkan bustami pada disertasinya ini seperti simnol Sowohi yang dapat memobilisasi dukungan politik masyarakat Tidore dengan mendekati para sowohi (tokoh adat). simbol sowohi digunakan sebagi kekuataan mobiliasi dukungan untuk kandidat tertentu, dan bahkan fatwa-fatwa sowohi bahkan menjadi sumber keputusan oleh marganya.

Tidak hanya tokoh adat yang digunakan sebagai model kapitalisme, terdapat juga praktik kapitalisasi dengan simbol sultan. Dalam dunia politik Sultan secara kelembagaan tidak mendeklarasikan diri secara kelembagaan mendukung kandidat tertentu bahkan dalam doa yang dipanjatkan berlaku untuk masyarakat umum. Partisipasi kesultanan menjadi kekuatan untuk mendorong partisipasi dan pendidikan politik sultan sebagai lembaga adat yang berkedudukan di kesultanan Tidore.

Terdapat juga symbol Toma Loa se Banari yang digunakan sebagai salah satu model kapitalisasi politik dengan konsep ajakan ideologi dalam membanguan satu proses demokrasi. Dalam hal ini Bustami menjelaskan Toma loa se barani sendiri menegaskan tentang kebanaran dan kejujuran dalam kehidupan. simbol ini sesungguhnya merupakan bagian dari falsafah suba jou yang telah ditegasakan dalam konstitusi kie se kolano dalam kesultanan Tidore. Dalam dunia politik modern, simbol tersebut digunakan sebagai legitimasi untuk meraih kepercayaan publik.

Selain beberapa simbol diatas masih ada praktik kapitalisme lainnya seperti melalui marga keturunan kesultanan, symbol Jogoru (Relasi Dzikrulah atau umum disebut kelompok pengajian), dll.

Penelitian yang telah dipertahankan pada Ujian Promosi Doktor pada  Oktober 2021 ini berhasil menemukan suatu proposisi yang digambarkan dalam 2  poin penting dalam struktur proposisi tersebut dimana yang pertama Perebutan kekuasaan antar elit politik dilakukan melalui kapitalisasi modal simbolik yang tertanam dalam sistem sosial budaya masyarakat, dan yang kedua bahwa kesuksesan kapitalisasi modal simbolik dipengaruhi olehk kemampuan elite politik dalam menjustifikasi relevansi modal simbolik dengan pengalaman mental dan subjektivitas para calon pemilih, sehingga menjadi sistem disposisi (habitus) di kalangan calon pemilih untuk memilih elite politik tersebut.

Terpeliharanya proses produksi dan reproduksi, sikap pemujaan atau kekaguman (doxa) di kalangan para calon pemilih atas serangkaian substansi dan esensi dari modal simbolik yang bertautan dengan kekuasaan yang dikehendaki oleh elite politik tersebut.

Keberhasilan dan capaian ini menjadi satu nilai komitmen atas pengembangan SDM di tanah Papua, Bustamin berharap kedepan ilmu pengetahuan benar-benar membumi dan memiliki motif efek dalam kemajuan Papua dan Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES