Peristiwa Internasional

Berkirim Surat ke Perdana Menteri Belanda, Pelajar Ini Minta Stop Ekspor Sampah Plastik

Rabu, 27 Oktober 2021 - 13:49 | 81.80k
Aeshnina Azzahra (kanan) saat berkirim surat Kepada Perdana Menteri Belanda. (Foto: Nina untuk TIMES Indonesia)
Aeshnina Azzahra (kanan) saat berkirim surat Kepada Perdana Menteri Belanda. (Foto: Nina untuk TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Gadis kecil itu bernama Aeshnina Azzahra Aqilani atau yang akrab disapa Nina. Dia mengirimkan Surat Kepada Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte dan Menteri Infrastruktur dan pengelolaan Sumberdaya air Belanda, Barbara Visser. Isi surat tersebut adalah meminta Stop Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia.

Surat tersebut Ninda serahkan dalam event Plastic Health Summit di Amsterdam Theather 21 Oktober 2021, Senin sore (25/10/2021) di Rijnstraat 8 Den Haag. Siswa SMPN Gresik ini, diterima langsung oleh Penasehat Internasional Strategis dalam Sirkular Ekonomi, Arnoud Passenier Pejabat Senior di Kementerian Infrastruktur dan pengelolaan Sumberdaya air Belanda.

Aeshnina Azzahra 2

Kepada Arnoud, Nina menyampaikan  agar negara-negara Eropa Khususnya Belanda tidak mengirim sampah plastik ke Indonesia dan menambah beban Indonesia dalam menangani sampah plastik.

"Indonesia bukan tempat pembuangan global dan tidak memiliki kapasitas untuk menyelesaikan masalah limbah kami dan untuk menangani limbah domestik kami dengan benar. Hanya 30 persen penduduk yang memiliki akses ke sistem pengumpulan sampah dan fasilitas pengolahan sampah yang layak," ungkap Nina.

Lebih lanjut menjelaskan bahwa sampah plastik dari negara maju seperti Belanda sudah mencemari lingkungan. merusak ekosistem sungai brantas dan mengancam kesehatan masyarakat di Jawa Timur serta berpotensi membahayakan lingkungan masa depan anak-anak di Jawa Timur.

"Tolong hentikan ekspor sampah plastik Anda ke Indonesia dan ambil kembali sampah Anda dari Indonesia.

Tolong bantu saya untuk hidup di lingkungan yang bersih dan sehat dan dunia bebas plastik" ujar NIna kepada Arnoud Passenier.

Sementara Arnoud Passenier mengatakan bahwa Surat Nina akan disampaikan kepada Perdana Menteri dan Menteri Infrastruktur dan pengelolaan sumberdaya air.

Aeshnina Azzahra 3

"Kami telah mengendalikan impor sampah plastik dengan melakukan pengawasan yang ketat di pelabuhan Rotterdam agar tidak ada lagi sampah plastik yang diekspor ke Indonesia," Ungkap Arnoud Passenier.

Berikut adalah isi surat Nina untuk Pemerintah Belanda,

Amsterdam, 25 October 2021

Dear Mr. Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda dan Ms. Barbara Visser, Menteri Infrastruktur di Waterstaat

Perihal: Permintaan Penghentian Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Nama saya Aeshnina Azzahra Aqilani, anda bisa memanggil saya Nina. Saya mengunjungi Belanda untuk menghadiri Plastic Health Summit minggu lalu, yang diselenggarakan oleh The Plastic Soup Foundation.

Saya tinggal di Gresik, Jawa Timur Indonesia tidak jauh dari desa yang menjadi tempat pembuangan sampah plastik impor dari negara maju. Namanya Desa Bangun. Saya menemukan sampah plastik dari Belanda di tempat pembuangan sampah di Desa Bangun. Sampah plastik tersebut diselundupkan ke dalam bal kertas yang diimpor oleh pabrik kertas di Indonesia.

Di desa Bangun banyak sekali tumpukan plastik asing, warga desa memilah sampah plastik daur ulang dan menjualnya ke pabrik daur ulang plastik, sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang dijual ke pabrik tahu sebagai bahan bakar. Pembakaran plastik dapat melepaskan gas rumah kaca dan racun dioksin, serta menciptakan abu beracun yang mencemari telur ayam di desa.

Sebelum didaur ulang, sampah plastik harus dicuci dengan banyak air tanah dan kemudian air limbah yang tidak diolah dibuang ke sungai. Daur ulang kertas di pabrik kertas juga mencemari Sungai Brantas yang menyediakan air minum bagi 6 juta orang.

Proses pencucian dan daur ulang plastik akan melepaskan mikroplastik dan menyerap racun di sungai. Mikroplastik memiliki ukuran yang sama dengan plankton. Jika ikan memakan mikroplastik maka racun yang menempel pada mikroplastik akan terakumulasi di organ dan daging ikan. Negara-negara maju menyelundupkan sampah plastiknya dalam kiriman paper bales, yang diimpor oleh pabrik kertas Indonesia. Seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Belanda, Italia, dan negara maju lainnya.

Saya yakin Belanda memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyediakan fasilitas yang layak untuk mendaur ulang sampah plastik dibandingkan Indonesia. Jika Anda mengirim sampah plastik ke Indonesia, itu tidak akan diperlakukan dengan baik, karena akan dibuang atau dibakar secara terbuka di desa dekat pabrik kertas. Tolong jangan menambah beban kami, Indonesia bukan tempat pembuangan global dan tidak memiliki kapasitas untuk menyelesaikan masalah limbah kami dan untuk menangani limbah domestik kami dengan benar. Hanya 30% penduduk yang memiliki akses ke sistem pengumpulan sampah dan fasilitas pengolahan sampah yang layak.

Sampah plastik Anda sudah mencemari lingkungan saya dan mengancam kesehatan kita dan membahayakan lingkungan masa depan kita.

Tolong hentikan ekspor sampah plastik Anda ke Indonesia dan ambil kembali sampah Anda dari Indonesia.

Tolong bantu saya untuk hidup di lingkungan yang bersih dan sehat dan dunia bebas plastik.

Salam Hormat,

Aeshnina Azzahra Aqilani.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES