Ekonomi

Ubah Kampung Kuno jadi Kampung Sayur, Hasil Panen Diminati Pasar Modern

Selasa, 26 Oktober 2021 - 19:47 | 46.70k
Warga Kebalen Kulon I Surabaya bersama Kepala DKPP melaksanakan panen perdana hasil urban farming. (FOTO: Belinda Velia/TIMES Indonesia)
Warga Kebalen Kulon I Surabaya bersama Kepala DKPP melaksanakan panen perdana hasil urban farming. (FOTO: Belinda Velia/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Di Surabaya, program urban farming lebih dikenal dengan sebutan Kampung Sayur dan telah dijalankan oleh 13 kampung yang tersebar di seluruh kota. Kebalen Kulon I, yang mulanya merupakan kampung kuno, hari ini Selasa (26/10/2021) berhasil menggelar panen perdananya.

Dalam acara tersebut hadir Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Yuniarto Herlambang. Menurutnya program Kampung Sayur ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam penanggulangan Covid-19 dengan bentuk pemberdayaan pangan yang melibatkan masyarakat secara aktif.

Program ini diawali dengan sosialisasi, pemberian bibit, sarana, serta pelatihan bagi masyarakat kampung yang akan menjalankan urban farming. Setelah diberi pelatihan, masyarakat akan langsung melakukan proses bercocok tanam hingga masa panen tiba.

urban farming b

Selain pemberian sarana dan pelatihan, Herlambang juga menuturkan bahwa, komitmen dan dukungan masyarakat menjadi faktor utama dalam berjalannya program ini.

“Intinya komitmen warga yang paling penting meskipun dengan lahan tanam yang sangat terbatas,” katanya.

Pihaknya juga berharap bahwa program Kampung Sayur ini dapat terus berlanjut, tidak hanya dalam sekali panen. Tetapi terus berlanjut hingga masa panen berikutnya, selama proses bercocok tanam, pemerintah juga akan terus memberi pendampingan.

"Seperti kampung Kebalen Kulon I ini, yang mendapat pembinaan pada bulan September lalu dan sekarang berhasil panen dengan hasil yang cukup memuaskan," ungkap Herlambang.

Dengan menggunakan media tanam hidroponik, kampung ini berhasil membudidayakan sawi dan selada. Semua itu dikembangkan sendiri oleh warga sekitar yang turut serta ikut dalam kegiatan pelatihan.

Proses budidaya selada dan sawi memerlukan waktu cukup lama, kurang lebih 14 hari untuk semai bibit awal. Kemudian dikeluarkan agar terkena sinar matahari.

Selama proses semai harus terus dipantau agar bibit dapat tumbuh dengan baik. Saat dirasa sudah cukup, tanaman baru akan dipindahkan ke media hidroponik.

Hebatnya, hasil dari budidaya ini telah dilirik oleh beberapa pasar modern di Surabaya.

urban farming c

Selain selada dan sawi, Ketua Pembina Kampung Sayur Kebalen Kulon I, Ratna menjelaskan ke depan kampungnya akan membudidayakan tanaman samhong dan pakcoy.

Ratna juga memastikan bahwa hasil panen dari Kampung Sayur ini nantinya akan dibagikan kepada warga sekitar dan didistribusikan ke pasar modern.

Keuntungan yang didapatkan dari penjualan akan digunakan untuk balik modal, pembelian nutrisi tanaman, serta pengembangan lahan pertanian agar lebih baik lagi.

Selain itu ia berharap dengan adanya program Kampung Sayur, dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi kampung kuno Kebalen Kulon I sebagaimana lahan tani seperti di Malang. “Supaya masyarakat tidak perlu jauh-jauh pergi ke Malang untuk menikmati petik dan membeli sayuran,” tutupnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES