Peristiwa Daerah Muktamar NU 2021

Jelang Muktamar ke-34 NU Lampung, Gus Fahrur: NU Harus Kembali ke Pesantren

Selasa, 26 Oktober 2021 - 18:22 | 59.10k
Ketua IGGI Gus Fahrur (paling kanan) pada suatu acara di Ponpes An Nur 1 Bululawang (Foto: Gus Fahrur for TIMES Indonesia)
Ketua IGGI Gus Fahrur (paling kanan) pada suatu acara di Ponpes An Nur 1 Bululawang (Foto: Gus Fahrur for TIMES Indonesia)
FOKUS

Muktamar NU 2021

TIMESINDONESIA, MALANG – Wakil Ketua PWNU Jatim, KH Dr H Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur menegaskan keberadaan NU harus dikembalikan pada dunia Pesantren. Ini diutarakannya jelang Muktamar ke-34 NU Lampung.

"Kembalikan NU ke Pesantren. Karena Marwah NU adalah pesantren," ujar Gus Fahrur, melalui rilis tertulisnya, Selasa (26/10/2021).

Gus Fahrur mengatakan, dirinya memperoleh pesan yang disampaikan oleh almukarram RKH. Nurul Huda Jazuli kepada Gus Yahya Staquf saat sowan di kediaman beliau di Pondok Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri.

Dimana Kyai sepuh berusia 90 tahun itu wanti wanti, agar pengurus PBNU mendatang di isi oleh para kader alumni Pesantren Diniyah tradisional “Salafiyyah”  berhaluan Ahlussunnah sebagaimana era KH Hasyim Asy’ari. 

IGGI bWakil Ketua PWNU Jatim, KH Dr H Ahmad Fahrur Rozi. (Dok TIMES Indonesia)

"Pesan kyai Huda ini mengingatkan kita  bahwa Ulama dan Pondok Pesantren adalah pendiri dan cikal bakal lahirnya jam’iyah NU, Nahdlatul Ulama didirikan oleh para ulama pesantren yang memiliki kesamaan  wawasan keagamaan dan kebangsaan di Indonesia," sebutnya.

Dia menyebutkan, Kesamaan itu meliputi  tata cara pemahaman, pandangan dan sikap perilaku dalam pengamalan ajaran Islam Ahlussunnah wal jamaah menghadapi berbagai macam aliran sempalan yang timbul saat itu.

Karena kesamaan tersebut, lanjut Gus Fahrur yang juga menjabat Wakil Sekjend MUI Pusat ini, mereka menggabungkan diri menjadi satu dalam sebuah wadah untuk memperjuangkan tegaknya akidah aswaja.

Yakni dengan memperjuangkan kemajuan bangsa dan ketinggian harkat martabat manusia di bidang dakwah, agama, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan umat. Sejak awal mulanya memang terdapat kaitan erat antara Nahdlatul Ulama dengan pondok pesantren.

"Bahkan sangat dekat menyatu ibarat ikan dengan air. Dimana keduanya tidak mungkin untuk dapat dipisahkan. NU dan pesantren merupakan rumah besar bagi segenap warga masyarakat nahdliyyin," kata Pengasuh Pondok Pesantren An Nur 1 Bululawang tersebut.

Masih kata Gus Fahrur, pengaruh yang dimiliki oleh para Kyai pengasuh pondok pesantren di lingkungan masyarakat menjadi kekuatan pendukung bagi Nahdlatul Ulama.  

"Hubungan antara Nahdlatul Ulama dengan pondok pesantren, terlihat dalam struktur  masyarakat santri yang selama ini tampil sebagai pendukung dan penyangga kekuatan Nahdlatul Ulama," sebutnya.

Di menyebutkan, para profesional ini lebih utama berlatarbelakang santri pondok pesantren NU perlu di akomodir di dalam lembaga dan banom strategis NU. Termasuk dalam Muktamar PBNU.

Menurutnya, untuk menjadi pengurus harian PBNU, diperlukan jenjang meritokrasi atau sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang memimpin berdasarkan kemampuan, prestasi dan rekam jejak pengabdian di NU.

"Bukan sekadar aktivis dan makelar yang karena masuk kepengurusan PBNU mendadak bergelar kyai," tutur Gus Fahrur menyikapi kondisi jelang Muktamar ke-34 NU Lampung pada Desember mendatang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES