Peristiwa Nasional MPR Rumah Kebangsaan

Hidayat Nur Wahid Ingin Santri dan Pemuda Lebih Berkontribusi untuk NKRI

Senin, 25 Oktober 2021 - 20:58 | 40.89k
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. (FOTO: dok MPR RI)
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. (FOTO: dok MPR RI)
FOKUS

MPR Rumah Kebangsaan

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (NHW), mengatakan santri dan pemuda harus bisa mengambil hikmah dari tiga hari penting, secara berdekatan, yakni Maulid Nabi, Hari Santri dan Sumpah Pemuda.

NHW mengatakan,  santri dan pemuda Islam harus dapat melanjutkan peran historis para bapak dan  pahlawan bangsa, dengan memahami kiprah mereka, supaya dapat terus berkontribusi bagi kejayaan bangsa dan negara. Meneruskan kiprah Pemuda, Santri, Ulama dan Habaib, pendiri bangsa dan Negara Indonesia.  

“Maulid Nabi jatuh pada 19 Oktober, Hari Santri diperingati pada 22 Oktober, dan Sumpah Pemuda tanggal  28 Oktober. Ada korelasi  yang perlu diambil dari peringatan-peringatan tersebut. Yakni, agar peran pemuda, santri, ulama, habaib, dan ummat Islam sejak sebelum Indonesia Merdeka dan saat diperjuangkan menjadi negara merdeka, dapat diteruskan oleh para santri dan pemuda Islam di era reformasi. Karena keteladanan mereka sebagai Pahlawan Bangsa tetap relevan, bahkan untuk Santri dan Pemuda di era disrupsi dan pasca pandemi sekalipun,” ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Minggu (24/10/2021). 

Pandangan ini disampaikan HNW pada Webinar Hari Santri yang diselenggarakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Minggu (24/10/2021). 

Para ulama dan santri Indonesia yang ikut mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kata Hidayat  telah menunjukkan  keteladanan Rasulullah SAW dalam berjuang melawan kezaliman (para penjajah). Dan untuk itu siap bekerjasama dengan para pejuang dari latar belakang apapun, sekaligus memberikan keteladanan menghadirkan kenegarawanan dengan menjaga persatuan dan kesatuan umat dan bangsa.

Para ulama, habaib dan santri dari berbagai Ormas Islam dan Partai Islam (seperti Syarikat Islam, PII, Masyumi), aktif dan produktif menjadi  anggota BPUPK, Panitia Sembilan hingga PPKI. Mereka bahu membahu berjuang bersama tokoh-tokoh bangsa dari berbagai latar organisasi, suku dan agama yang berbeda sehingga mereka bisa kompromi dan menyepakati dasar negara Pancasila, UUD 1945, bentuk negara NKRI termasuk memperjuangkan dan menerima disahkannya Departemen Agama pada 3-1-1946. 

“Beliau-beliau itu  memberikan keteladanan, dan sukses menghadirkan sejarah yang gemilang. Bukan menunjukkan egosime pribadi maupun kelompok, tetapi menunjukan kenegarawanan, agar bangsa dan negara ini tetap merdeka, bersatu dan berdaulat,” ujarnya.

Selain rapat-rapat pendirian NKRI, kata Hidayat para ulama, santri dan pemuda juga berjuang secara fisik  memperjuangkan dan mempertahankan Indonesia merdeka. Itu nampak sangat jelas dalam peristiwa heroik “Resolusi Jihad” yang dikumandangkan oleh KH.  Hasyim Asy’ari dan  disambut dengan sangat antusias oleh para kiyai, santri dan pemuda. Peristiwa 22 Oktober 1945 itu kemudian diperingati sebagai Hari Santri. 

“Jadi, peringatan Hari Pahlawan  10 November, itu sesungguhnya ada korelasinya dengan peristiwa sebelumnya, yakni Resolusi Jihad 22 Oktober. Sehingga pemuda Bung Tomo pada 10 November dengan heroik meneriakan Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, Merdeka! Karena tersemangati oleh Fatwa dan Resolusi Jihadnya KH Hasyim Asyari,” ujarnya. 

Begitu pula dengan peristiwa mensejarah sebelumnya yaitu Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Selain organisasi pemuda bercorak kedaerahan dan kesukuan, ada pula pemuda yang  menunjukan paham ke-Agamaan, yakni Jong Islamieten Bond (Perhimpunan Pemuda Islam). “Para aktivis muda Islam itu bahu membahu dengan pemuda berlatar belakang beragam. Mereka aktif dan produktif ikut menyelenggarakan dan menyepakati materi Sumpah Pemuda, yang menjadi tonggak penting berdirinya Negara Indonesia,” tuturnya. 

Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS),  peristiwa-peristiwa penting tersebut hanya sebagian dari banyak kejadian  bagaimana santri, pemuda, ulama, habaib dan umat Islam berkontribusi positif untuk Bangsa dan kemerdekaan Negara Indonesia. Oleh karena itu, kontribusi ini perlu diteruskan oleh para santri dan pemuda Islam.  Mencintai Bangsa dan Negara dengan mengenal sejarah santri dan pemuda, agar selalu bersatu, bisa bekerja sama dengan  elemen-elemen bangsa lainnya. Untuk merealisasikan tujuan Indonesia merdeka. Dan menyelamatkannya dari berbagai bentuk neo kolonialisme yang mengancam eksistensi Bangsa dan Negara. 

“Sahabat Rasulullah SAW, bernama Ibnu Abbas RA pernah menyampaikan mengapa dalam Al Quran banyak diungkap sejarah dan cerita-cerita sejarah. Karena kisah-kisah itu sesungguhnya adalah sarana untuk menjadi ibrah (pelajaran) dan menunjukan bahwa memperjuangkan kebenaran dan kemaslahatan itu juga sudah dilakukan generasi sebelumnya dengan berbagai nilai yang diwariskan untuk jadi pembelajaran. Kisah-kisah tersebut tetap relevan bisa menjadi pegangan, dan inspirasi bagi para santri dan pemuda di masa kini dan masa yang akan datang menuju peringatan 1 Abad Indonesia Merdeka,” ucap Hidayat Nur Wahid. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES