Kopi TIMES

Kapan Pandemi Berakhir

Sabtu, 23 Oktober 2021 - 17:33 | 67.27k
Faishol Amir, S.Si, ME.
Faishol Amir, S.Si, ME.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Mulut saya tak henti mencucu merasakan pedasnya mie goreng level 4 yang saya pesan lewat ojol. Sesekali saya menoleh ke TV untuk melihat perkembangan terbaru tentang PPKM, apakah dihentikan atau lanjut lagi? Sudah sebulan lebih saya menjalani WFH sejal awal Juli. Rasa bosan berujung frustasi kerap menghampiri. Tak lama informasi yang saya nanti sudah tayang. Pemerintah melalui Menko Marinves, Luhut BP, mengumumkan melanjutkan PPKM level 4, 3, dan 2 di Jawa-Bali sampai tanggal 23 Agustus 2021 (detik.com, 16/8). 

Saya hanya bisa menghela nafas. Lagi-lagi ruang lingkup pergerakan saya hanya di seputar rumah saja demi terhindar dari paparan Covid-19. Berdasarkan data dari Google Mobility Index (GMI), rata-rata pergerakan masyarakat di Pulau Jawa dan Bali selama 1 Juli-6 Agustus 2021 dibandingkan baseline days (3 Jan–6 Feb 2020, sebelum pandemi melanda Indonesia) pada area pemukiman  meningkat 15,48 persen. Secara naluri, masyarakat berusaha menghindari diri dari keramaian dan memilih lebih banyak diam di rumah demi mencegah terpapar virus corona varian delta dengan tingkat penularan yang lebih cepat.

CSI, GMI dan Lonjakan Kasus Harian

Berbagai upaya pemerintah melalui kebijakan pengetatan dan pembatasan mobilitas masyarakat mulai PSBB, physical distancing, WFH, pelarangan mudik, PPKM, PPKM mikro, PPKM darurat hingga PPKM level 4 dilakukan guna memutus rantai penyebaran Covid-19. Tingkat keketatan kebijakan pembatasan pergerakan di berbagai negara diukur dalam sebuah indeks yang bernilai antara 0 dan 100.  Indeks ini diteliti oleh Oxford Coronavirus Government Response Tracker (OxCGRT) dan dikenal dengan nama COVID stringency index (CSI).  Nilai yang lebih tinggi menunjukkan respon yang lebih ketat.

Pada kuartal kedua tahun 2020, rata-rata nilai CSI Indonesia sebesar 70,36 persen. Pelaksanaan PSBB yang ketat menyebabkan mobilitas masyarakat turun. Terlihat dari nilai GMI secara umum di Indonesia pada tempat-tempat di luar area permukiman mengalami penurunan 3-33% dibanding baseline days. Bahkan di Pulau Jawa dan Bali, nilai GMI  di luar area permukiman mengalami penurunan 17-59% dibanding baseline days. 

Turunnya mobilitas masyarakat menyebabkan aktivitas ekonomi terganggu, khususnya pada sektor-sektor ekonomi yang membutuhkan interaksi langsung antara pelaku ekonomi dan masyarakat. Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Indonesia triwulan 2-2020 mengalami kontraksi terdalam sebesar 5,32 persen (y-on-y) sejak krisis moneter 1998. Namun dari sisi kesehatan, pelaksanaan PSBB cukup manjur menekan penularan Covid-19. Rata-rata kasus harian penularan Covid-19 sebesar 603 kasus dengan rata-rata kematian mencapai 30 orang per hari pada kuartal ini. 

Pada era new normal terjadi pelonggaran pengetatan yang terlihat dari rata-rata nilai CSI Indonesia turun secara bertahap pada kuartal tiga dan empat sebesar 62,99 persen dan 59,77 persen. Nilai GMI Indonesia mengalami kenaikan meski lebih rendah nilainya dari baseline days. Menggeliatnya aktivitas masyarakat hingga akhir tahun 2020 menyebabkan LPE Indonesia mulai membaik meski tetap kontraksi. Nilai LPE Indonesia berturut-turut pada triwulan tiga dan empat terkontraksi sebesar 3,49 persen dan 2,19 persen (y-on-y). Imbas dari mobilitas masyarakat yang kembali mendekati normal membuat kasus penularan covid-19 melonjak tajam. Rata-rata jumlah kasus dan kematian harian pada Desember 2020 mencapai 6.591 kasus dan 168 kematian perhari.

Tingginya kasus penularan Covid-19 membuat pemerintah kembali menerapkan PSBB di Jawa-Bali mulai 11 Januari 2021 dan terus dimodifikasi menjadi PPKM mikro, PPKM darurat hingga PPKM level 4 yang berlaku hingga  23 Agustus 2021 ini. Peningkatan pengetatan mobilitas terlihat dari nilai CSI sepanjang 2021 berkisar antara 68 persen. Rata-rata mobilitas masyarakat di Pulau Jawa-Bali pada kuartal satu 2021 mengalami tren penurunan mobilitas di luar area permukiman sebesar 9-42 persen lebih rendah dibandingkan baseline days. Meski masyarakat mulai membatasi mobilitas, kasus harian covid justru semakin menggila akibat munculnya varian delta yang menular lebih cepat dan terbentuknya klaster keluarga. Tercatat selama kuartal satu 2021, rata-rata kasus harian penularan Covid mencapai 8.531 kasus. Namun uniknya, LPE Indonesia pada kuartal satu 2021 justru membaik meski tetap terkontraksi sebesar 0,71 persen (y-on-y).

Pada kuartal kedua 2021, mobilitas masyarakat kembali naik. Tren mobilitas pada pusat tempat belanja bahan makanan (pasar tradisional, toko, supermarket) dan apotek; transportasi umum; retail dan tempat hiburan/wisata; serta taman tercatat sebagai mobilitas tertinggi sejak pandemi melanda Indonesia. Program vaksin yang digencarkan sejak pertengahan Januari 2021 memberikan perasaan aman pada masyarakat untuk kembali beraktivitas keluar rumah. Alhasil LPE Indonesia triwulan 2 tahun 2021 tumbuh positif 7,07 persen (y-on-y) sekaligus menandakan Indonesia bebas dari resesi.

Prestasi ini seharusnya disikapi dengan waspada. Pasalnya lonjakan penularan Covid-19 di Indonesia masih sangat tinggi. Pada periode 1 Juli-16 Agustus 2021, kasus penularan harian mencapai 36 ribu per hari. Sedangkan kasus kematian harian karena Covid-19 mencapai 1.284 kematian per hari. Bukan tidak mungkin LPE Indonesia kembali terkontraksi pada triwulan 3 mengingat PPKM level 4 masih berlangsung. 

Jangan Abai pada Protokol Kesehatan.

Kapan pandemi covid akan berakhir?. Menurut Menkes RI, Budi Gunadi, pandemi covid bisa segera berakhir jika masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan sehingga penyebaran virus cepat turun (26/7/2021). Berdasarkan hasil survei BPS (13-20 Juli 2021) terhadap 212.762 responden secara nasional tentang perilaku masyarakat pada masa PPKM darurat, tercatat bahwa kesadaran responden untuk menjaga diri dari Covid-19 secara umum sudah cukup baik. Lebih dari 70 persen responden  memiliki kesadaran dalam menjaga diri dengan cara mengurangi mobilitas, menjaga sirkulasi udara, menjaga etika batuk, dan meningkatkan imunitas. Namun, beberapa perilaku responden dalam melaksanakan protokol kesehatan masih perlu mendapatkan perhatian, seperti kurang patuh dalam: menghindari kerumunan (22%), cuci tangan dengan sabun/hand sanitizer (25%), dan menjaga jarak minimal 2 meter (33%). 

Kesadaran masyarakat dalam mengikuti program vaksinasi sudah cukup baik. Sekitar 72 persen responden mengaku telah divaksin. Mayoritas responden menyadari bahwa vaksin penting untuk pencegahan diri dari penularan COVID-19 (65,3%). Tetapi masih terdapat sebagian orang yang khawatir dengan efek samping dan tidak percaya efektivitas vaksin (20% dari responden yang belum divaksin). 
Akhirnya mari kita tetap patuhi protokol kesehatan. Kita dukung program vaksinasi agar tercipta kekebalan tubuh dalam melawan Covid-19 ini. Kita semua mungkin sudah bosan berlama-lama di rumah. Tapi jika kita abai prokes, pembatasan mobilitas seperti PPKM juga akan berlanjut selama kasus penularan Covid-19 masih tinggi. 

***

*)Oleh: Faishol Amir, S.Si, ME

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES