Entertainment

Mengenal Gaslighting, Istilah Populer Setelah Skandal Kim Seon Ho Mencuat

Kamis, 21 Oktober 2021 - 17:15 | 153.70k
Foto: Twitter/IDLC
Foto: Twitter/IDLC

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Akhir-akhir ini kita sering mendengar istilah gaslighting pada berita skandal aktor Korea Kim Seon Ho

Apa itu gaslighting? Gaslighting adalah bentuk manipulasi yang biasanya terjadi dalam hubungan yang tidak sehat. 

Bentuk manipulasi ini dilakukan oleh seseorang untuk terlihat berkuasa dan dapat mengontrol orang lain dengan cara membuat korbannya tidak yakin dengan dirinya sendiri.

Gaslighting dapat terjadi dalam hubungan dengan pasangan, pertemanan, keluarga termasuk juga hubungan kerja.  

Gaslighting sendiri dipopulerkan oleh sebuah drama panggung tahun 1940-an berjudul Gas Light. 

Drama tersebut berkisah tentang suami yang licik yang memanipulasi istrinya dengan cara membuat istrinya percaya bahwa dia gila dengan membuat perubahan disekitar lingkungan istrinya. 

Tak itu saja, si suami juga melecehkan dan mengendalikan istrinya sekaligus memisahkan dari keluarga dan teman-temannya. 

Karena itu, istrinya (korban) merasa tidak percaya diri dan mempertanyakan dirinya sendiri, bagaimana tentang perasaannya, persepsinya dan ingatannya. Bahkan korban juga menjadi hipersensitif dan tak dapat dikendalikan. Itulah tujuan akhir dari perlakuan gaslighting. 

Dampak lainnya dari gaslighting adalah korban merasa tergantung pada si pelaku dalam mencerna pikirannya maupun perasaannya sendiri. Tak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. 

Siapa yang berpotensi menjadi pelaku gaslighting?

Semua orang berpotensi menjadi pelaku gaslighting. Namun, orang yang melakukan gaslighting kemungkinan adalah mereka yang memiliki kelainan psikologis yang disebut gangguan kepribadian narsistik. 

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik merasa bahwa dirinya adalah yang paling penting. Mereka tidak peduli dengan orang lain, kecuali orang tersebut dapat bermanfaat bagi diri mereka.

Orang yang pandai berbohong juga sangat berpotensi menjadi pelaku gaslighting. Sebab mereka dapat bersikap manipulatif dengan membuat seolah-olah dirinya tidak bersalah.

Beberapa psikolog percaya bahwa gaslighting lebih sering terjadi pada orang-orang dengan harga diri yang rendah atau orang yang sangat empati, tetapi mereka juga percaya bahwa bentuk manipulasi ini bisa terjadi pada siapa saja. 

Orang-orang yang memiliki rasa percaya diri yang kuat dan pandai membangun batasan mungkin akan lebih jarang mengalami gaslighting. Sedangkan mereka yang merasa kasihan dengan dirinya sendiri akan lebih berisiko mengalami perilaku tidak menyenangkan tersebut.

Jika ada korban gaslighting, sebaiknya segera dibawa ke psikeater, sikolog ataupun terapis untuk melakukan konsultasi.

Nantinya korban gaslighting akan diajak untuk belajar mengelola pikiran, kecemasan, keraguan juga keterampilannya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES