Peristiwa Nasional

Masuk Era Revolusi Industri 4.0, Wapres RI Minta Pesantren Mampu Beradaptasi

Rabu, 20 Oktober 2021 - 18:34 | 29.88k
Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam Webinar Internasional Peringatan Hari Santri 2021 yang diselenggarakan oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI-PBNU) pada Rabu (20/10/2021). (FOTO: RMI for TIMES Indonesia)
Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam Webinar Internasional Peringatan Hari Santri 2021 yang diselenggarakan oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI-PBNU) pada Rabu (20/10/2021). (FOTO: RMI for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Wakil Presiden RI (Wapres RI) KH Ma'ruf Amin mengingatkan memasuki era revolusi industri 4.0, lembaga pondok pesantren harus mampu beradaptasi.

Hal ini penting karena persepsi masyarakat jaman dahulu dengan sekarang terkait dengan pesantren telah berubah. Kini, pesantren tidak sekadar sebagai pusat pendidikan keagamaan namun juga bertransformasi menjadi lebih berdaya.

“Tidak hanya mendalami agama, pesantren juga mampu menggerakkan perekonomian di lingkungan pesantren itu sendiri dan sekitarnya,” kata Wakil Presiden Ma'ruf Amin saat menjadi Keynote Speaker dalam Webinar Internasional dalam rangka Peringatan Hari Santri 2021 yang diadakan oleh Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI-PBNU), Rabu (20/10/2021).

Ma’ruf menerangkan, transformasi peran pesantren telah melalui UU Nomor 18 Tahun 2019. Ada tiga fungsi utama pesantren yaitu sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia, dan lembaga yang melakukan pemberdayaan masyarakat.

Nah, pemerintah telah sendiri merangkul pesantren melalui program unggulannya. Yakni, Santripreneur dan Petani Muda yang digalakkan guna membentuk wirausaha baru, termasuk regenerasi petani dan mengembangkan potensi lahan non-produktif di pesantren. Upaya ini dibarengi dengan pengembangan usaha yang dilakukan pesantren di bidang keuangan, perikanan, pertanian, hingga pariwisata.

Nah, untuk mendukung perekonomian pesantren pemerintah telah membantu berupa Kredit Usaha Rakyat Syariah dan membentuk Bank Wakaf Mikro untuk meningkatkan akses permodalan usaha di lingkungan pesantren.

“Pemerintah telah membangun lebih dari 1.000 Balai Latihan Kerja untuk mengembangkan keterampilan para santri,” jelas Ma’ruf.

Dalam kesempatan itu, Wapres RI menceritakan kembali sejarah penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri. Hal ini bermula dari peran ulama dan santri melawan penjajahan sejak awal abad ke-19 yang disebut sebagai religious revival atau kebangkitan agama oleh sejarawan Prof. Sartono Kartodirdjo. Kebangkitan santri dan ulama dari pesantren turut menginspirasi kebangkitan nasional, ditandai dengan turut berperangnya mereka melawan tentara NICA.

“Pada saat itulah, hadratussyekh Kiai Haji Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa jihad yang ditindaklanjuti PBNU dengan mengeluarkan resolusi jihad pada 22 Oktober 1945 di Surabaya,” lanjut Ma’ruf.

Kala itu, santri dan ulama tergerak mengusir tentara NICA dalam pertempuran 10 November di Surabaya. Sejak itulah, 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Setelah kemerdekaan, pesantren tumbuh pesat. Sehingga, kini berjumlah lebih dari 34 ribu yang tersebar di Indonesia. Namun demikian, pesantren tak boleh jumawa. Pesantren harus bisa beradaptasi dengan perkembangan jaman.

“Perubahan pola kehidupan sosial masyarakat, revolusi pendidikan, dan era disrupsi menuntut pesantren melakukan penyesuaian dan perubahan dengan tetap menjaga citra eksistensinya. Santri perlu meningkatkan peran dalam berinovasi dan bersaing secara global,” terang Ma’ruf.

Karena itu, lanjut Ma’ruf, Hari Santri Nasional menjadi momentum bagi santri, ulama, dan para pemimpin bangsa. Yakni, agar kembali memupuk semangat cinta tanah air dan persatuan yang akan meminimalisir tumbuhnya eksklusivisme, intoleransi, dan radikalisme di Indonesia.

Wapres RI KH Ma'ruf Amin Santri meminta kalangan nadhliyyin tidak hanya memiliki semangat menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik. Namun, santri yang ada di pesantren juga perlu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik secara terus menerus dan berkelanjutan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES