Wisata

Wisata Sekaligus Belajar di Hutan Mangrove Guraping

Rabu, 20 Oktober 2021 - 12:35 | 88.41k
Mengenai jenis mangrove di Wisata Hutan Mangrove Guraping. (Foto: Wahyudi Yahya/TIMES Indonesia)
Mengenai jenis mangrove di Wisata Hutan Mangrove Guraping. (Foto: Wahyudi Yahya/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SOFIFI – Wisata Hutan Mangrove Guraping menjadi destinasi favorit selama berlangsungnya Seleksi Tilawatil Qur'an atau STQ Nasional XXVI di Sofifi, Maluku Utara. 

Tidak hanya para kafilah dari berbagai provinsi di Indonesia, wisatawan lokal dari Tidore, Ternate dan sekitarnya juga tampak menikmati keindahan alam hutan mangrove. 

Berdasarkan Setio et al. (2003), hutan mangrove Guraping memiliki luas 151,3 hektar, tumbuh di sepanjang pantai dari Tanjung Sora hingga perbukitan Gosale, sejauh 6,7 km. Ketebalan tegakan sekitar 1 meter hingga 740,7 meter.

Keseluruhan areal hutan mangrove termasuk areal pemukiman yang telah ditinggalkan, kuburan, dan Pulau Sibu, memiliki luas 370,9 hektar. Pada sisi bagian depan areal mangrove terjadi penyempitan semacam leher dengan lebar hanya 116,4 m, sehingga membentuk laguna dan menyerupai telaga.

Hutan Mangrove Guraping 2Kadis Kehutanan Malut, Sukur Lila dan rombongan meninjau infrastruktur Wisata Hutan Mangrove Guraping. (Foto: Wahyudi Yahya/TIMES Indonesia)

Sementara, luas perairan laguna 34,9 hektar dengan lebar 412 meter pada bagian terlebar dan panjang 1,2 km. Laguna ini memiliki keliling 3,4 km. Pada bagian belakang hutan mangrove terdapat tanah kering yang datar dan sempit berbatasan langsung dengan daerah perbukitan.

Kepala Dinas Kehutanan, Sukur Lila mengungkapkan data dari Dinas Kehutanan Malut dalam Peta Rencana Pengembangan Mangrove Guraping, total luas wilayah pengembangan mangrove Guraping sekitar 300,67 hektar yang terdiri dari areal tegakan mangrove seluas 160,14 hektar dan wilayah laut/tubuh air seluas 140,53 hektar.  

Kawasan hutan Mangrove Guraping merupakan salah satu potensi sumber daya alam yang menjadi perhatian dinas Kehutanan untuk dikelola dan dikembangkan menjadi ekowisata.

"Sejak tahun 2015, Dishut Malut telah melaksanakan kegiatan pembangunan sarana prasarana untuk dijadikan salah satu potensi ekowisata," kata Sukur Lila, Rabu (20/10/2021).

Adapun sarana prasarana hutan Mangrove Guraping yang telah dibangun berupa Gapura, Jalan titian, Gazebo, Menara Pantau, dan Halte, yang menelan biaya mencapai Rp.3,4 miliar. 

Data Dinas Kehutanan menyebut, terdapat 9 jenis flora mangrove di Wisata Hutan Mangrove Guraping, yaitu: 
1. Rhizophora mucronata Lmk. (Famili Rhizophoraceae, nama lokal Soki-Soki).
2. Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk. (Famili
Rhizophoraceae, nama lokal : Dau).
3. Rhizophora apiculata Bl. (Famili Rhizophoraceae,
nama lokal Soki-Soki).
4. Sonneratia sp. (Sonneratia caseolaris dan Sonneratia alba J.E. Smith.) (Famili
5. Sonneratiaceae, bahasa lokal : Posi-Posi).
Xylocarpus granatum Koen. (Famili Meliaceae,
bahasa lokal : Kira-Kira).
6. Ceriops decandra (Griff.) D. Hou. (Famili
Rhizophoraceae, nama lokal : Ting).
7. Aegiceras floridum Rhoem & Schult. (Famili
Myrsinaceae, nama lokal Bido-Bido).
8. Acanthus ilicifolius L.
(Famili Acanthaceae).
9. Avicennia alba BI. (Famili vicenniaceae). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES