Kopi TIMES

Musda KAHMI Banyuwangi Mau Dibawa Kemana?

Selasa, 19 Oktober 2021 - 13:30 | 78.20k
Sumarsono, Anggota Bidang Hukum MD KAHMI Banyuwangi.
Sumarsono, Anggota Bidang Hukum MD KAHMI Banyuwangi.

TIMESINDONESIA, BANYUWANGIKAHMI Banyuwangi akan menggelar musyawarah daerah pada minggu, 24 oktober 2021 di Hotel Luminor. Musyawarah daerah merupakan forum tertinggi dalam organisasi untuk mengambil keputusan dan kebijakan organisasi serta untuk memilih pengurus yakni sebanyak lima.

Presidum KAHMI  yang akan menakhodai dan menjalankan roda organisasi selama lima tahun ke depan. Terselenggaranya musyawarah daerah sebagai bukti bahwa kaderisasi, regenerasi dan konsolidasi serta demokratisasi dalam organisasi berjalan secara berkesinambungan. Tidak dapat dipungkiri hampir beberapa alumni dan eksponen HMI Banyuwangi dari berbagai kalangan seperti birokrat, penyelenggara pemilu, politisi, agamawan, pengusaha, advokat, guru, akademisi, wartawan, kepala desa dan lainnya diperkirakan akan turut meramaikan perebutan kursi presidium KAHMI Banyuwangi. Eksistensi mereka adalah bukti nyata bahwa organisasi ini tetap hadir dan memiliki peran terhadap kemajuan bangsa Indonesia pada umumnya dan khususnya Banyuwangi dari waktu ke waktu. 

KAHMI bukan hanya sekedar organisasi himpunan saja, tapi memiliki tugas dan tanggungjawab besar sebagai penguat gerakan bagi kadernya dengan terus memberikan pembinaan serta penguatan kepemimpinan sehingga organisasi ini memiliki mental kepemimpinan yang kuat, yang bertujuan untuk melanjutkan misi perjuangan HMI dalam mewujudkan insan akademis dan pengabdi bangsa yang bernafaskan Islam. Idealnya potensi yang dimiliki keluarga besar KAHMI Banyuwangi apabila mampu dikonsolisadasikan dengan baik, dikelola secara tersistematis maka bisa menjadi enegi yang besar. Dengan potensi yang dimilikinya, KAHMI sebagai sebuah organisasi dapat berkolaborasi dengan pemerintah, stakeholders, ormas, dan masyarakat sipil dalam ikut mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

Sayangnya, selama ini yang nampak dalam perjalanan KAHMI adalah baru sebatas forum silaturahmi. Sementara konsolidasi dan kolaborasinya belum nampak dan nyaris tidak ada.

Dari setiap perayaan dan pelaksanaan Musda KAHMI di seluruh Indonesia, biasanya diwarnai oleh adu strategi dan taktik untuk memenangkan kandidat calon  Presidium. Bahwa terpilih menjadi Presidium KAHMI, memiliki akumulasi profit dan proyek strategis, baik di dalam dan luar pemerintahan akan dengan sendirinya berdatangan. Terlepas apakah itu legal atau non-legal, itu soal lain.

Pertanyaannya, seberapa penting dan strategiskah posisi KAHMI di Banyuwangi? Apakah dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten Banyuwangi, KAHMI punya peluang untuk berkontribusi? ataukah KAHMI Banyuwangi, hanya semacam stempel/labeling pemerintah daerah untuk mendukung program-programnya yang sejatinya tidak pro terhadap kepentingan masyarakat kecil? Secara sederhana, pertanyaan ini bisa dijawab dengan dua pendekatan utama, yakni pendekatan politik dan kultural.

Pendekatan pertama, politik; hampir seluruh sektor-sektor strategis di negeri ini nyaris diisi oleh alumni-alumni HMI, meskipun tidak semuanya bergabung secara struktural dalam wadah organisasi KAHMI. Tapi, kekutan ideologis dan emosional bagi alumni basic training (bastra/LK-1) sudah mandarah-daging, apalagi bagi sebagian aktivis HMI, yang memang mengaku darahnya bukan lagi darah merah, tapi darah Hijau Hitam.

Etos perjuangan yang melekat dalam tafsir asaz, tujuan, dan independesi sebagai insan cita yang ada dalam Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI, yang diikat dengan semboyan Yakin Usaha Sampai (Yakusa) adalah kitab suci yang menyatukan seluruh nafas kader dan alumni HMI. Problemnya, ada pengurus KAHMI yang tidak tuntas ke HMI-annya, paling memilukan adalah mengaku diri sebagai alumni HMI, tapi tidak pernah ikut Bastra/LK atau jejang perkaderan di HMI. Akhirnya cita-cita politik nilai dan moral HMI, sebagai pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur, menjadi hambar dan kehilangan orientasi. Untuk alumni HMI yang Professional di bidangnya masing-masing sebisa mungkin menyisihkan sedikit hartanya untuk kepentingan membantu perkaderan yunior-yunior di komisariat dan cabang.

Lalu, di mana posisi strategis politik KAHMI di Banyuwangi? Posisi strategisnya adalah KAHMI harus menjadi wadah bagi alumni HMI Banyuwangi yang punya kecenderungan di wilayah politik electoral untuk menghubungkan dengan pemangku kepentingan (eksekutif, yudikatif, legislatif) untuk bisa berkontribusi, baik di dalam birokrasi pemerintahan maupun di luar pemerintahan. KAHMI harus menjadi penghubung, menjadi komunikan kreatif dan efektif, bagi partai-partai politik untuk kepentingan strategis alumni HMI Banyuwangi yang punya kecenderungan menjadi politisi di masa depan. Dengan demikian KAHMI betul-betul menjadi mediator dan rumah besar bagi Alumni HMI, bukan hanya sekedar tempat kongkow-kongkow, tanpa orientasi yang jelas, apalagi hanya dinikmati oleh presidium dan pengurus harian MD-KAHMI Banyuwangi nantinya. 

Pendekatan kedua, secara kultural; KAHMI harus tetap membangun solidaritas Insan Cita, kepada kader-kader HMI yang masih berproses di perguruan tinggi masing-masing. Sebab, masa depan KAHMI dan tentu masa depan Indonesia ada di pundak kader-kader HMI yang saat ini berjibaku di Komisariat, Cabang dan Pengurus Besar. Para Presidium KAHMI harus memikirkan dan membuat formula yang tepat agar kader-kader di Kampus bisa dengan leluasa merekrut calon kader, agar mata air dan nafas insan akademis pencipta, pengabdi tetap mengalir.

Selama ini, menurut amatan penulis, kader-kader hanya dimanfaatkan untuk kepentingan sesaat, misalnya menjadi tim sukses kanda/yundanya sekali lima tahunan. Proses dengan model seperti ini juga baik, tapi yakinlah ini bukan cita-cita ayahnda Prof. Lafran Pane, Pendiri HMI. Kader dan Alumni HMI harus menjadi pemimpin, harus menjadi manusia pencipta, mencipta tentu membutuhkan nalar kritis, kreatif dan inovatif. Hal ini tentu dibutuhkan kemampuan dan kesadaran literasi tingkat tinggi, ini butuh proses, yah itulah sejatinya perkaderan di HMI.

Tidak ada sesuatu yang instan, semua butuh usaha. Maka harus ada rasa optimisme dan penuh keyakinan, bahwa apa pun yang di usahakan, insya Allah akan sampai pada tujuan. Kedepan, siapapun yang terpilih menjadi pengurus KAHMI Kabupaten Banyuwangi masa bhakti 2021 – 2026 harus mampu mewujudkan dan meneguhkan KAHMI sebagai sarana silaturaHMI, konsolidasi dan kolaborasi serta ikut memberikan warna perubahan di Bumi Blambangan. Selamat bermusda…!!!

***

*)Oleh : Sumarsono (Anggota Bidang Hukum MD KAHMI Banyuwangi)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES