Peristiwa Daerah

Waketum MUI Menolak Tokoh Kemal Ataturk Dijadikan Nama Jalan di Jakarta 

Senin, 18 Oktober 2021 - 17:41 | 21.55k
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas (foto: Dokumen/Anwar Abbas)
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas (foto: Dokumen/Anwar Abbas)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas menolak wacana nama tokoh Turki, Mustafa Kemal Ataturk dijadikan nama salah satu jalan di DKI Jakarta. 

Menurut Anwar Abbas, Kemal Ataturk adalah seorang tokoh yang sudah mengacak-acak ajaran Islam. Dia juga menyebut banyak perbuatan Ataturk yang bertentangan dengan ajaran Al-Qur'an dan Assunnah.

Dia menambahkan Kemal Ataturk merupakan seorang tokoh, yang kalau dilihat dari fatwa MUI adalah orang yang pemikirannya sesat dan menyesatkan. Sebelum banyak umat muslim menolak, kemudian menjadi konflik berkepanjangan sebaiknya rencana itu dibatalkan.

Oleh karena itu, menruutnya jika pemerintah Indonesia akan tetap menghormatinya dengan mengabadikan namanya menjadi nama salah satu jalan di Ibu Kota Jakarta, hal demikian jelas akan sangat-sangat menyakiti hati umat Islam.

"Karena bagaimana mungkin sebuah negara yang bernama Indonesia, yang berdasarkan Pancasila, dimana sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, lalu pemerintahnya akan menghormati seorang tokoh yang sangat sekuler dan melecehkan agama Islam," kata Anwar Abbas di Jakarta, Senin (18/10/2021).

Selanjutnya, Anwar Abbas meminta kepada pemerintah tidak melanjutkan niatnya tersebut. Mereka dianjurkan melakukan kajian mendalam apa urgensi dan manfaatnya jika nama jalan tersebut dilakukan.

"Kalau pemerintah tetap akan mengabadikan namanya menjadi salah satu nama jalan di Ibu Kota Jakarta, hal itu jelas merupakan sebuah tindakan yang tidak baik dan tidak arif, serta jelas-jelas akan menyakiti dan mengundang keresahan di kalangan umat Islam, yang itu jelas tidak kita harapkan," tandas Anwar Abbas.

Sebagai infomasi, sejarah singkat Musthofa Kemal Ataturk. Ataturk terlahir dengan nama Mustafa pada tahun 1881 di kota Salonica yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman (kerajaan Islam terbesar yang berkuasa antara abad ke-13 hingga awal abad ke-20).

Mustafa kecil dikirim orangtuanya ke sekolah militer saat berusia 12 tahun, hingga akhirya lulus dari perguruan tinggi di Istanbul pada 1905. Mustafa mendapat nama Kemal, yang berarti kesempurnaan, dari salah seorang pengajarnya karena dianggap cerdas.

Setelah lulus, Mustafa bergabung dengan militer kekaisaran dan ditempatkan di Suriah, serta Palestina. Setelah itu, ia kembali ke kampung halamannya di Salonica. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES