Kopi TIMES

Hari Santri: Merayakan Cinta (Negeri) Karena Allah

Senin, 18 Oktober 2021 - 11:34 | 47.65k
HA. Hakim Jayli MSi. Wakil Sekretaris PWNU Jatim. CEO TV9 Nusantara
HA. Hakim Jayli MSi. Wakil Sekretaris PWNU Jatim. CEO TV9 Nusantara

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Hari Santri sesungguhnya adalah momen dan bentuk nyata nasionalisme atau rasa berkebangsaan para kiai dan santri-santrinya. Berbeda dengan nasionalisme sekuler, jiwa kebangsaan jenis ini tidak semata karena alasan-alasan profan duniawi. 

Tapi intinya justru digerakkan dari kesadaran dan kedalaman beragama, berkeislaman bahwa membela tanah air adalah bagian dari keimanan kepada Allah SWT. Sebagaimana dhawuh Hadratus Syekh Hasyim Asy'ary: Hubbul Wathan Minal Iman. 

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang dikumandangkan secara berani-ksatria oleh Soekarno- Hatta atas nama Bangsa dan Rakyat Indonesia pada Jumat Legi, 9 Ramadhan, tidak lain tidak bukan semata atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Maka karena itu menpertahankan kemerdekaan dari penguasaan kenbali kokonialisne global adalah bagian dari mempertahanakan nikmat dan anugerah Allah SWT. 

Fatwa Jihad Hadratus Syekh Hasyin Asy'ary yang ditegaskan kembali dalam Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama pada 22 Oktober 1945 adalah manifestasi keyakinan berketuhanan. Tidak semata permakluman perang kota melawan musuh negara yang akan menjajah kembali. 

Resolusi Jihad adalah ruh utama dalam hidup berbangsa, bahwa Imdonesia yang merdekata sebagai Negeri Zamrut Khatulistiwa  anugerah Allah SWT kepada kita semua adalah rumah umat Islam di dunia dimana kita semua lahir, hidup, beribadah, shalat, beramal. 

Shalij dan kelak kalau mati akan dimandikan, dishalatkan dan dikubur dalam pelukan Bumi Indomlnesia. Kiai Penyair, Si Celurit Emas KH D Zawawi Imron menyebutnya "Indonesia Sajadah Kita". Membelanya adalah sebuah keniscayaan suci, tugas luhur ketuhanan. 

Karenanya, dalam Fatwa dan Resolusi Jihad, ditegaskan bahwa fardlu ain (wajib mutlak) hukumnya bagi para lelaki dan yang sehat/mampu jasmani, patriot, hizbullah, para kiai dan santri di radius masafatul qoshri atau wilayah diperbolehkannya shalat qashar (seputar Kota Bandar Surabaya) untuk keluar dari rumah berperang mengusir penjajah sekutu yang akan menguasai kembali negeri Indonesia yang sudah menyatakan merdeka. 

Maka ketika membakar semangat berperang Rakyat dan Masyarakat Surabaya dan sekitarnya, Bung Tomo melalui corong-corong radio, memekikkan lafadz Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Albar di samping salam. Perjuangan Merdeka, Merdeka, Merdeka! 

"Dan untuk kita saudara-saudara. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati! Dan kita yakin saudara-saudara. Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita, Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. 

Percayalah saudara-saudara. Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar!Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!!!"

22 Oktober 1945  adalah spirit dan generator pembangkit energi bagi pecahnya perang semesta rakyat indonesia pada 10 November 1945 yang menggemparkan dunia yang lantas dikenal sebagai Hari Pahlawan. 

22 Oktober 1945, Hari Resolusi Jihad ditetapkan sebagai Hari Santri untuk mengabadian keyakinan bahwa Indonesia adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri. Dan karenanya siapa pun kita wajib memperjuangkan dan mempertahankannya hingga titik darah penghabisan. Selamat Hari Santri! (*)

*) Penulis adalah HA. Hakim Jayli MSi. Wakil sekretaris PWNU Jatim. CEO TV9 Nusantara

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES