Kopi TIMES

Adaptasi dari Pembelajaran Daring ke Sekolah Tatap Muka Terbatas

Senin, 18 Oktober 2021 - 12:11 | 149.71k
Claresta Fredela Nuraeni, Siswa SMPN Satu Atap Pesanggrahan 2 Kota Batu / Anggota Jurnalistik SMPN Satu Atap Pesanggrahan 2 Kota Batu.
Claresta Fredela Nuraeni, Siswa SMPN Satu Atap Pesanggrahan 2 Kota Batu / Anggota Jurnalistik SMPN Satu Atap Pesanggrahan 2 Kota Batu.

TIMESINDONESIA, BATU – Selama lebih dari satu setengah tahun saya dan seluruh siswa di Indonesia mengikuti kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ. Pertama yang saya rasakan saat PJJ adalah tidak fokus pada saat pembelajaran karena menggunakan gawai. Kedua saya belum terbiasa menggunakan aplikasi pembelajaran seperti google classroom dan google meet yang digunakan di sekolh saya.

Memang PJJ tidak bisa semenyenangkan pada saat pembelajaran tatap muka di sekolah.  Jika saat pembelajaran tatap muka disekolah kita bisa bercanda dengan teman,saling bertukar cerita,dan memakan bekal bersama, maka ketika PJJ itu tidak pernah terjadi. Meskipun sebenarnya pada saat awal PJJ kita senang karena bisa libur selama 2 Minggu 

Pada awalnya memang  senang saat mendengarkan guru menjelaskan di google meet, tapi lama-lama jadi bosan juga. Tak jarang saya sedikit nakal sehingga memilih untuk meninggalkan google meet dengan membuka aplikasi lain. Ada juga teman yang cerita jika “disambi” bermain game juga. Hal ini mungkin juga salah satu penyebab banyak siswa menjadi tidak mengerti dalam pembelajaran sehingga pada saat penilaian harian atau sejenisnya tidak akan bisa mengerjakannya. 

Ada juga hal lain yang sangat dan sering mengganggu pelaksanaan pembelajaran daring yaitu saat putusnya koneksi internet yang menyebabkan suara terputus-putus, kamera yang tiba tiba tidak bisa menyala serta microphone  yang sering eror. 

Waktu pembelajaran daring bisa dibilang begitu singkat sekitar 3 jam (tetapi setiap sekolah pasti bisa berbeda beda), sehingga saya merasa jika kurang begitu mksimal dalam menerima materi pembelajaran.  Dalam pembelajaran daring juga pasti tidak mudah bagi para guru, apalagi biasanya banyak siswa yang terkadang tidak masuk dan tidak mendengarkan guru saat menjelaskan pelajaran atau lebih tepatnya banyak yang lebih mementingkan gamenya/aplikasi lain dari pada belajar.

Pada saat pembelajaran daring saya masih banyak melihat teman-teman yang tidak menjawab saat dipanggil bapak/ibu guru yang mengajar padahal akunnya dalam keadaan hidup, biasanya siswa tersebut saat belajar daring dengan keadaan tidur-tiduran (terkadang juga tertidur) ,makan atau ngemil ,bermain game atau ditinggal ke kamar mandi. Sehingga ini juga menjadi menghambat saat pelaksanaan pembelajaran daring.

Adaptasi Sekolah Tatap Muka Terbatas

Akhirnya pada tanggal (7/9/2021) sekolah kami  sudah bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) dengan izin dan rekomendasi satgas covid-19.  Sekolah kami sudah memenuhi kriteria agar bisa masuk (PTM). Tentu hal merupakan kabar yang sangat menyenangkan bagi saya.

Oleh karena itu  saya dan para siswa yang lain harus mempersiapkan diri untuk beradaptasi  dengan lingkungan sekolah yang sudah banyak berubah. PTM ini juga dilakukan dengan terbatas dan hanya diperbolehkan tak lebih dari separuh jumlah siswa di kelas.

Saat pertama kali masuk kita juga harus mematuhi protokol kesehatan dengan  menerapkan 5M yaitu:memakai masker,menjaga jarak,menjauhi kerumunan,mencuci tangan dan memakai/membawa hand sanitizer.  Dalam pembelajaran tatap muka terbatas ini tempat duduk para siswa juga di beri jarak satu meja antar siswa agar tidak berdekatan. Kegiatan wajib seperti itu merupakan sesuatu yang baru bagi saya dan para siswa yang lain. Sehingga saya dan siswa yang lain juga harus menyesuaikan lagi dengan kegiatan pembelajaran yang jauh berbeda dengan PTM sebelum pandemi covid 19.

Memakai masker selama pembelajaran di dalam kelas tentu bukanlah hal yang mudah bagi saya dan termasuk para siswa yang lain. Selain karena sulit saat bernafas, juga menyebabkan saya kurang bisa konsentrasi mengikuti pembelajaran. Belum lagi karena terbiasa belajar di rumah, saat belajar di sekolah godaan terbesar adalah ketika menahan “ngantuk”.

Dalam pembelajaran tatap muka terbatas ini yang sngat menyenangkan bagi saya adalah bisa bertemu dengan teman-teman lagi, bertukar cerita dan bermain bersama meskipun secara terbatas (dengn tetap harus menjaga jarak). Terpenting bagi saya adalah ketika PTM, saya menjadi lebih mudah berinteraksi dengan guru-guru yang sebelumnya tidak akrab,  dan lebih mudah memahami materi pembelajaran yang di jelaskannya.

***

*) Oleh: Claresta Fredela Nuraeni, Siswa SMPN Satu Atap Pesanggrahan 2 Kota Batu / Anggota Jurnalistik SMPN Satu Atap Pesanggrahan 2 Kota Batu.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES