Ekonomi Indonesia Bangkit

Bambang-Pipit, Bos Mukena Hijra Kota Banjar: Beri Manfaat, Produksi Libatkan Tetangga

Minggu, 17 Oktober 2021 - 13:16 | 45.11k
Pasutri pemilik Mukena Hijra yang sempat melalui proses tak mudah untuk menjadi sukses seperti sekarang (foto: Istimewa)
Pasutri pemilik Mukena Hijra yang sempat melalui proses tak mudah untuk menjadi sukses seperti sekarang (foto: Istimewa)
FOKUS

Indonesia Bangkit

TIMESINDONESIA, BANJAR – Menjadi seorang pelaku usaha yang sukses tentunya tidak instan. Selain membutuhkan proses, mental pelaku UMKM juga harus teruji karena untuk sampai ke tujuan, pastinya membutuhkan kerja keras. Itu disampaikan Pipit Chandra Prihastuti, pelaku UMKM Juara asal Kota Banjar, Jawa Barat yang kini produknya dikenal seantero nusantara, Mukena Hijra

Dalam perjalanan usahanya, Pipit mengisahkan bagaimana sulitnya keadaan ekonomi keluarga pada awal-awal dirinya bersama suami, H. Bambang Sobarnas, memulai usaha. 

Mukena Hijra 2Libatkan tetangga untuk memproduksi mukena agar memberi manfaat pada lingkungan sekita (foto: Istimewa)

"Kebetulan pada Tahun 2008, kami baru saja pindah ke Kota Banjar, setelah dua kali pindah kota. Bisa dibilang saat itu dalam kondisi pas-pasan, hanya semangat dan pengalaman saya sebelumnya dan suami saja yang mendorong ke arah mana kami hendak berjalan," kenang Pipit kepada TIMES Indonesia.

Baginya, satu hal yang pasti mereka jadikan pegangan, di manapun mereka berada harus bisa memberi manfaat bagi sekitar. 

Pipit mengatakan,bahwa di setiap tempat yang ditinggalinya, langkah awal adalah pengenalan lingkungan, menjalin kedekatan dengan masyarakat dan membaca potensi yang bisa mereka berdayakan. 

"Kebetulan di lingkungan sekitar kami bahkan seputar Kota Banjar ternyata banyak yang menggeluti dunia jahit menjahit dan rata-rata pernah bekerja di garmen. Bahkan ada beberapa usaha merk terkenal yang memanfaatkan potensi ini dengan membuka jaringan produksi di sini," ungkapnya. 

"Dari situlah kami meyakinkan diri untuk kembali terjun di dunia konveksi, walau dengan keterbatasan yang ada," paparnya.

Setelah menjalin komunikasi dengan perajin, hal terakhir yang jadi pertimbangan mereka adalah produk apa yang mau dibuat? Keduanya sepakat produknya harus yang pasti dibutuhkan, tidak banyak risiko produksi, dan pangsa pasarnya perempuan. Kenapa perempuan? Karena menurut Pipit, perempuan biasanya lebih konsumtif dibanding laki-laki. 

"Dengan beberapa alasan itulah kami memilih untuk memproduksi mukena. Hal ini karena menurut kami dari sisi risiko biaya produksi terhitung tidak besar, mukena dibuat hanya satu ukuran dewasa dan sisa bahan dijadikan variasi pemanis dan tas sehingga tidak banyak bahan terbuang," jelasnya.

Mukena Hijra 3Salah satu tas mukena yang diproduksi Hijra Mukena (foto: Istimewa)

Dalam prosesnya, seluruhnya melibatkan tenaga di sekitar tempat tinggalnya mulai dari penjahit hingga tenaga finishing. Sebagian besar malah ada yang dikerjakan di rumah masing-masing. 

"Alhamdulillah hingga saat ini hampir 80 persen tenaga kerja kami masih tetangga sendiri," katanya. 

Untuk produk, hingga kini Mukena Hijra telah menciptakan puluhan model dengan ukuran mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. 

Dikatakannya, Mukena Hijra dominan dengan permainan aplikasi, tapi ada juga variasi bordir manual khas Hijra, bordirnya sedikit tapi cantik dan dikerjakan dengan hati-hati hingga kualitas  memuaskan. 

"Kami hingga kini belum menggunakan mesin bordir komputer, biar banyak yang terlibat dan banyak yang doain," tambahnya. 

Pipit yang mengurusi pemasaran Mukena Hijra Kota Banjar mengatakan, bagi yang berminat untuk menjadi reseller maupun membeli produknya, bisa mengunjungi instagram Hijra_Mukena dan sejumlah marketplace. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES