Gaya Hidup

Cerdas Memilih Tayangan Kartun untuk Buah Hati

Minggu, 17 Oktober 2021 - 05:29 | 54.57k
ILUSTRASI - Anak Menonton Televisi (FOTO: Hello Sehat)
ILUSTRASI - Anak Menonton Televisi (FOTO: Hello Sehat)

TIMESINDONESIA, JAKARTAKartun adalah tontonan favorit sebagian besar anak-anak. Namun, Anda sebagai orangtua harus tetap memperhatikan apa yang anak-anak lihat. Tidak semua kartun bermanfaat dan cocok ditonton oleh anak Anda. Tayangan kartun seperti apa yang baik ditonton anak-anak?

Dilansir dari Hello Sehat, berikut tips cerdas memilih tayangan kartun anak.

1. Pilih sesuai usianya

Anda umumnya sudah boleh mulai mengenalkan film kartun buat si kecil sejak usia 16 bulan sampai di atas satu tahun. Pada rentang usia ini, anak kecil sudah menunjukkan ketertarikan mereka terhadap gerak, warna, suara, dan macam-macam gambar yang terlihat di depan matanya meski belum sepenuhnya jelas.

Pastikan pilih film kartun anak dengan rating SU (Semua Umur) buat produksi lokal atau G (General Audience) jika ingin mempertontonkan film internasional. Selain itu, perhatikan rating khusus anak seperti SU (semua kalangan di atas usia 2 tahun), P (anak usia prasekolah usia 2-6 tahun), dan A (anak usia 7-12 tahun)

Rata-rata tayangan televisi yang memiliki rating ini termasuk ramah anak. Anda bisa lihat kategori siaran TV tersebut di sudut kanan atau kiri atas layar kaca Anda.

2. Pilih yang temanya bermain sambil belajar

Memilih kartun anak boleh yang menghibur, tapi jangan tinggalkan aspek belajarnya. Secara umum, Anda juga sudah boleh mengenalkan tayangan kartun yang bermuatan moral untuk mengajarkan anak cara bersosialisasi dengan sesama teman sepantaran dan bersikap kepada orang yang lebih tua. Maka sambil bermain dan menonton TV, anak juga akan mendapatkan pelajaran berharga untuk ke depannya

3. Hindari tayangan kartun dengan konten kekerasan

Jangan berikan anak izin menonton kartun yang menampilkan aksi kekerasan, pertengkaran, atau pertikaian. Baik secara verbal yang lewat kata-kata kasar, atau non-verbal seperti aksi memukul, menampar, menendang, atau menonjok sekali pun sudah dikemas secara hiperbolik dan tidak realistis. Misalnya memukul karakter A sampai gepeng dengan palu gada ukuran jumbo.

Meski tayang tersebut berupa animasi dan kita tahu itu mustahil, anak-anak belum punya pemikiran kritis untuk membedakan mana fantasi dan kenyataan sehingga masih menganggap segala yang mereka lihat di TV sebagai sebuah kebenaran.

4. Hindari kartun yang menampilkan konten SARA

Jangan berikan anak izin menonton tayangan kartun berisi isu SARA yang menyerang, merendahkan, mencemooh, dan memojokkan suku, agama, ras (dilihat dari warna kulit dan ciri wajah), serta golongan tertentu. Jangan pula menayangkan kartun anak yang kerap membeda-bedakan gender.

Menampilkan konten kartun seperti ini akan membuat anak sulit untuk berempati yang bisa berdampak buruk pada kehidupan sosialnya di masa mendatang.

5. Hindari konten dewasa

Tidak sedikit kartun anak yang disempilkan hal-hal berbau dewasa atau tidak seronok. Selain sangat tidak sesuai dengan usia anak, tayangan tersebut juga tidak baik buat perkembangan otaknya yang masih sangat muda.

Anak kecil belum bisa membedakan mana yang benar dan salah. Anak-anak juga punya rasa ingin tahu dan daya imajinasi yang tinggi sehingga mereka cenderung akan menirunya.

Sebaiknya orang tua selalu mendampingi dan memperhatikan anak saat melihat tayangan kartun. Berikan pengertian kepada anak mana kartun yang baik untuk dilihat dan tidak. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES