Kopi TIMES

Masa Sulit Kok Daftar Haji?

Sabtu, 16 Oktober 2021 - 12:02 | 50.42k
H Soenarwoto, Pemimpin Ladima Tour & Travel Madiun.
H Soenarwoto, Pemimpin Ladima Tour & Travel Madiun.

TIMESINDONESIA, MADIUN – PADA suatu siang di puncak pandemi Covid-19. Ketika itu kami kedatangan tamu pasangan suami istri, warga desa asal Ponorogo. Pasutri itu saat bertamu terlihat tertib mematuhi protokol kesehatan (prokes); mengenakan masker dan selalu menjaga jarak. Ketika hendak masuk rumah kami pun mereka terlebih dahulu mencuci tangan. 

Sebagai tuan rumah, kami tak punya alasan untuk menolak kedatangannya. Walaupun sebenarnya, kami sangat takut menerima tamu. Mengingat, pada puncak pandemi itu tercatat ribuan bahkan puluhan ribu jiwa meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Pagi, siang, sore, malam atau hampir setiap waktu selalu terdengar kabar duka. 

Karenanya, kami takut menerima tamu. Khawatir tamu yang tampak sehat ternyata orang tanpa gejala (OTG) terpapar Covid-19. Jika tamu OTG, tentu, sangat rentan menulari kami. Apalagi, pemerintah melalui program Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) juga menyerukan kepada segenap warganya untuk tetap tinggal di rumah (stay at home). Tidak boleh keluar rumah jika tak sangat penting. Maka, kami pun takut menerima tamu. 

Tapi, ketika melihat ada tamu yang datang mematuhi protokol kesehatan yakni memakai masker, selalu jaga jarak, dan mencuci tangan dengan hand sanitizer, kami tak perlu takut menerimanya. Apalagi, tamu pasutri itu datang ke rumah bersama H. Suroto, alumni jamaah haji kami yang sangat saya kenal. 

"Maaf, Cak. Jika saya nekad bertamu ke rumah jenengan pada musim pandemi Covid ini. Saya nekad karena digrejeki terus oleh Pak Suparlan, minta tolong untuk diantarkan ke rumah jenengan," kata Pak Suroto mengawali pembicaraan setelah uluk salam untuk masuk rumah kami. 

"Saya tidak tahu Cak, ini Pak Parlan dan istrinya kok ingin cepat diantar ke sini untuk daftar haji. Niatannya mulia, ingin cepat pergi haji, jadi saya pun tidak bisa menolaknya.
Kalau saya menolak malah berdosa. Nanti malah bisa disatru Pak Parlan," sambung Pak Suroto dengan bercanda. 

Kini, kami tahu maksud kedatangan tamu tersebut. Mereka ingin daftar haji. Masya Allah. Dalam hati kami tercekat kagum. Di masa ekonomi sulit akibat pamdemi Covid-19 ini,  ketika banyak orang mementingkan kebutuhan hidupnya, Pak Suparlan dan istrinya malah pilih daftar haji. Padahal dia hanyalah petani, bukan terbilang orang yang kaya raya. 

"Niki masa sulit akibat pandemi Covid-19, kok jenengan malah milih daftar haji. Kadospundi niki critane. Kadospundi nek artonipun didamel kebutuhan lain mawon (Ini masa sulit akibat pandemi Covid-19, kok kamu malah pilih daftar haji. Bagaimana ini ceritanya. Bagaimana jika uangnya dibuat untuk kebutuhan lain saja," pinta kami untuk menguji kesungguhan niat Pak Parlan. 

Permintaan kami pun bukan tanpa alasan. Belakangan ini, animo muslim daftar haji memang sangat minim. Minim sekali. Jangankan petani, kalangan orang kaya atau pengusaha pun kini lebih mementingkan kelangsungan hidupnya atau usahanya daripada untuk daftar haji atau umrah. Ibaratnya, dunia dulu akhirat belakangan. 

Lha ini ada seorang petani, malah ingin daftar haji. Lebih mementingkan ibadahnya dahulu. Daftarnya pun ingin haji khusus (plus). Bukan haji reguler, yang antrenya mengular hingga likuran tahun. Haji khusus pun yang dipilihnya visa haji furodah. Daftar haji yang bisa langsung berangkat - sesuai kemauan dan keuangannya -  tanpa antre. Ini yang bikin kami tambah kagum. Masya Allah. 

"Sejatosipun niat kula haji niku sampun dangu, sak derenge wonten pagebluk Covid. Nanging nembe saget ngumpulaken arto, ngiih pas pandemi Covid-19 niki (Sebetulnya saya niat haji itu sudah lama, sebelum ada Covid-19. Tapi baru bisa mengumpulkan uang, ya pas pandemi Covid ini)," jawab Pak Parlan. 

Justru dengan Covid-19 pula, menurutnya, yang menguatkan dirinya untuk cepat daftar haji. Jika nuruti keinginan hidup, orang tidak akan ada habisnya. Sedangkan kematian itu keniscayaan. Cepat atau lambat ajal pasti datang. Karenanya Pak Parlan bersikeras cepat daftar haji. Haji yang cepat berangkat tanpa antre lama. 

"Alhamdulillah, saya sudah daftar haji. Dengan sudah daftar haji itu, Insya Allah kewajiban saya haji sudah gugur jika sewaktu-waktu meninggal dunia. Entah itu meninggal karena Covid-19 atau lain. Untuk itulah kami wajib  menyegerakan haji," jelas petani itu dengan bernas.

***

*) Oleh: H Soenarwoto, Pemimpin Ladima Tour & Travel Madiun.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES