Kopi TIMES

Simalakama Corona, Antara Makan dan Pendidikan

Jumat, 15 Oktober 2021 - 00:17 | 59.06k
 Priyoto adalah mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Salatiga
Priyoto adalah mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Salatiga

TIMESINDONESIA, MAGELANG – Datangnya virus covid-19 di Indonesia dimulai sejak awal tahun 2020. Kemunculannya pun menimbulkan banyak masalah baru seperti dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

Disamping itu, kebiasaan-kebiasaan lama mulai mengalami perubahan. Tak seperti yang dikira, perubahan yang terjadi tidak menciptakan kemajuan malah seolah-olah mengalami kemunduran. Dampak dari kemunduran akibat wabah ini juga dialami oleh salah satu sektor penting negara yaitu pendidikan. 

Pandemi yang terjadi memaksa pemerintah mengambil kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan daring. Dengan sistem baru tersebut, akibatnya banyak orang tua yang kaget dan merasa bingung. Dimana kegiatan pendidikan harus tunduk dan selaras dengan aturan protokol kesehatan.

Orang tua, khususnya yang berada di wilayah perdesaan mulai kewalahan. Hal ini diakibatkan karena tidak memadainya teknologi. Ditambah, merasa tidak mampunya mereka untuk memberikan bimbingan kepada anaknya. Itu dapat diambil maklum, karena berbedanya isi materi pendidikan masanya dengan saat ini. Akibatnya, keluhan-keluhan pun terjadi dari mereka terhadap anaknya yang tidak medapatkan hak pendidikan yang seharusnya. 

Kemunduran pendidikan akibat pandemi pun mulai nampak. Seperti, terhambatnya pengusaan materi oleh anak-anak. Dimana, seorang anak yang seharusnya sudah mampu menguasai materi malah belum mampu menguasai sama sekali. Apalagi, diperparah dengan anak zaman sekarang yang cenderung kecanduan bermain game online. 

Saat ini, orang tua mulai berlomba-lomba mencari guru dadakan yang dianggap mampu memberikan pengetahuan. Mulai dari bimbel yang dari rumah ke rumah, hingga yang berbondong-bondong ketempat. Ini menjadi salah satu usaha orang tua dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang dialami anaknya. 

Tanggung jawab pendidikan benar-benar seperti berada dipundak orang tua. Seberapa besar tantanganya, orang tua harus bisa menjamin anaknya untuk tetap bisa melanjutkan belajarnya. Walaupun peran orang tua dalam pendidikan di era saat ini sangatlah penting. Namun, pada dasarnya orang tua dihadapkan dua pilihan yang amat berat, yaitu mencari nafkah atau mengurus pendidikan anak untuk kepentingan masa depan. Dua hal mendasar inilah yang secara tidak sengaja memunculkan masalah-masalah berantai pada kehidupan di era pandemic, yakni manusia butuh makan dan anak-anak butuh masa depan. 

Masalah yang terjadi menciptakan kebingungan tersendiri bagi orang tua. Terlebih, orang perdesaan yang sebagian besar bekerja mengandalkan hasil Bumi. Tidak menanam itu artinya tidak akan panen. Begitupun ketika menanam namun tak sesuai harapan juga tak akan panen. Kalaupun panen, harga jualpun belum tentu stabil. 

Meraka yang punya cukup uang bisa saja menitipkan anaknya di lembaga pendidikan khusus. Lantas bagaimana dengan mereka yang hidupnya serba pas-pasan?. Bukankah setiap anak itu memiliki hak pendidikan yang sama?. 

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan hakikatnya adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. Agar, mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ibarat petani dan buah, pendidikan adalah petani yang akan merawat bibit dengan cara menyiangi gulma, memberi air dan memberi pupuk agar kelak berbuah lebih baik dan lebih banyak. 

Sekolah formal itu adalah salah satu tempat tumbuh kembang anak. Tempat bermain, melatih mental dan adaptasi sang buah hati yang akan berdampak di masa yang akan mendatang. Namun perlu diingat, pendidikan juga dapat diperoleh dimana dan dengan siapa saja. Seperti kata pepatah, “Setiap orang adalah guru dan setiap tempat adalah sekolah ”.

Pendidikan tak mengenal waktu, tak mengenal tempat dan pendidikan tak pernah membeda-bedakan dengan siapa harus belajar. Semua manusia adalah sama, yaitu seorang pendidik bagi manusia yang lain. Dari semua hal di atas, maka para orang tua tidak bisa memihak hanya pada satu pilihan saja. Kebutuhan hidup dan pendidikan adalah aspek yang tidak bisa dipisah-pisahkan, keduanya sama-sama penting dan keduanya haruslah terpenuhi. 

***

*) Oleh: Priyoto adalah mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES