Wisata

Mereinkarnasi Bali Bangkit dengan Vaksin dan Protokol Kesehatan Ketat

Kamis, 14 Oktober 2021 - 17:19 | 101.64k
Prosesi upacara Pelebon (Ngaben) dari mendiang Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung disaksikan ratusan warga. (FOTO: Ammar Ramzi/Times Indonesia)
Prosesi upacara Pelebon (Ngaben) dari mendiang Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung disaksikan ratusan warga. (FOTO: Ammar Ramzi/Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Optimisme Bali Bangkit di tengah melandainya kasus Covid-19 menyeruak ke seantero Indonesia, bahkan dunia. Bagaimana tidak, bebarengan dengan agenda kunjungan Presiden Joko Widodo ke Bali meninjau persiapan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun 2022, sebuah upacara adat berskala besar digelar di kawasan Sanur.

Pada Jumat (8/10/2021) upacara Pelebon (Ngaben) mendiang Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung menjadi magnet ratusan orang untuk datang menyaksikan proses kremasi yang telah tertunda selama tujuh bulan itu.

Tokoh di Balik Suksesnya Pariwisata Bali

Ida-Pedanda-Nabe.jpgPotret Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung semasa hidup. (FOTO: Ammar Ramzi/Times Indonesia)

Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung, nama yang tidak asing bagi masyarakat Bali. Beliau merupakan salah satu tokoh penting bagi kesuksesan pariwisata Bali yang mendunia.

Tutup usia pada 23 Maret 2021 di umur yang ke-87 tahun. Berbagai pencapaian di bidang pariwisata telah diraihnya selama hidup, di antaranya:

- Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali 1985-1995

- Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bali

- Pacific Asia Travel Association (PATA) Bali

- Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Bali

- Lions Club International

Oleh karena jasa-jasanya, rakyat Bali sungguh mencintainya. Ratusan warga dan wisatawan mengiringi arak-arakan bade atau menara usungan jenazah Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung menuju Pantai Matahari Terbit, Sanur.

Bagi penganut agama Hindu khususnya di Bali, upacara Pelebon (Ngaben) atau pembakaran jenazah merupakan ritual adat untuk mengembalikan jasad ke asalnya, dari alam kembali ke alam.

"Disebut upacara Pelebon karena beliau bukan hanya tokoh tapi juga seorang pendeta. Level bahasanya lebih halus dari Ngaben. Pengembalian jenazah lewat pembakaran yang paling terbaik untuk mengembalikan badan kasar," ungkap Ida Bagus Agung Partha Adnyana anak ketiga Ida Pedanda Nabe.

"Nanti ada lagi upacara pengembalian arwah. Satu atau dua tahun mendatang. Upacaranya disebut Memukur," imbuhnya.

Pria yang juga Chairman of Bali Tourism Board (BTB) atau Ketua GIPI Bali ini menyebut, ayahandanya sempat menuturkan pesan soal kondisi pandemi Covid-19 dan merosotnya ekonomi wisata Bali.

"Kata beliau, ini namanya seperti air laut, bisa pasang dan surut. Dulu kita sudah menikmati, setelah surut gini ya kita harus sabar, tabah," ujarnya.

Pagebluk ini dalam kehidupan adalah hal yang biasa, sebagaimana pasang surut, siang malam, atau matahari bulan. Semua ada lawan katanya. Ada saatnya senang dan ada kalanya harus bersabar.

"Apalagi bisnis pariwisata di Bali ini kan sudah kita nikmatin puluhan tahun. Tapi kena pandemi 2 tahun aja kamu nggak bisa tabah," katanya menirukan ucapan Sang Ayah.

Sikap yang optimis, suka memberi, berbagi, dan menyiapkan lapangan kerja seluas-luasnya adalah potret yang lekat dari sosok Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung.

"Kalau bisnis cuan tapi nggak menciptakan lapangan kerja percuma. Beliau seperti ini mengupayakan semua orang Sanur kerja. Tidak sedikit juga bahkan yang disekolahkan. Hotel kami mencontohkan 80% tenaganya dari desa setempat," paparnya.

Upacara Pelebon atau Ngaben dari Ida Pedanda Nabe Gede Dwija Ngenjung ini baru bisa digelar secara besar-besaran setelah Bali sukses turun level PPKM dari level 4 menjadi level 3.

Setelah pemerintah secara bertahap mulai melakukan beberapa penyesuaian aturan pembatasan kegiatan masyarakat, seiring dengan membaiknya situasi Covid-19.

Masyarakat mulai bisa beradaptasi melakukan berbagai aktivitas termasuk aktivitas adat dan keagamaan tertentu yang dihadiri oleh khalayak ramai dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) secara ketat.

Ida Bagus Agung yang juga merupakan Satgas Covid-19 ingin memberi contoh bahwa upacara adat bisa dilakukan, setelah semua pihak yang terlibat menjalani vaksinasi, mengikuti tes usap, dan mengenakan masker.

"Artinya ini juga optimisme untuk Bali Bangkit. Tapi saya juga nggak mau orang Bali awur-awuran (euforia). Terbukti kemarin panas-panasan tetap pada pakai masker. Kecuali para penari," tuturnya.

Guna memastikan status vaksinasi tersebut, panitia upacara mengharuskan pengunjung melakukan scan QR Code Peduli Lindungi di pintu masuk. Panitia juga menyediakan sarana penunjang seperti tempat cuci tangan dan hand sanitizer di lokasi pelaksanaan. 

Selain itu, warga yang belum mendapatkan vaksinasi tidak diperbolehkan hadir. Pasca acara juga dilakukan pengambilan peserta secara acak untuk memastikan apakah ada yang terpapar seusai acara.

Kabar baiknya, 23 orang yang mengikuti tes setelah acara dinyatakan negatif Covid-19. Sebagaimana diketahui, capaian vaksinasi di Bali adalah salah satu tertinggi secara nasional.

"Kesuksesan acara ini karena awareness (kesadaran diri) yang tinggi dari warga untuk menjaga dirinya masing-masing," ucap Ida Ayu Darmiati, Humas RS Bali Mandara usai tes acak.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada laman https://vaksin.kemkes.go.id/ per 9 Oktober 2021 capaian vaksinasi di Pulau Seribu Pura ini juga menggembirakan. Sudah lebih dari 98% sasaran vaksinasi di Bali mendapatkan suntikan dosis pertama.

Kepatuhan yang tinggi dalam penerapan prokes, kesadaran masyarakat untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru, serta cakupan vaksinasi yang baik, mencerminkan semangat bahwa Bali siap kembali lahir.

Penerbangan Internasional Dibuka Besok

Tari-Jauk-Manis.jpgTari tradisional Jauk Manis melambangkan seorang raja raksasa yang memiliki sifat lembut. Topeng putih sebagai simbol kewibaaan. (FOTO: Ammar Ramzi/Times Indonesia)

Di Pulau Dewata, upacara adat seperti Ngaben tidak hanya merupakan bagian dari warisan budaya dan prosesi keagamaan yang diagungkan, melainkan juga telah menjadi salah satu ikon peristiwa yang diincar oleh wisatawan lokal dan mancanegara.

Oleh karena sasaran vaksin yang sudah memenuhi target serta kepatuhan masyarakat Bali dalam menerapkan prokes yang ada, maka pariwisata Bali diharapkan bisa berangsur pulih kembali.

Tidak hanya manis di bibir, pemerintah pusat memberi 'hadiah besar' bagi masyarakat Bali. Besok, 14 Oktober 2021 penerbangan internasional langsung menuju Bali kembali dibuka. Pemerintah memutuskan untuk membuka penerbangan langsung ke Bali dari 19 negara sekaligus, yakni Saudi Arabia, UEA, Selandia Baru, Kuwait, Bahrain, Qatar, Cina, India, Jepang, Liechtenstein, Italia, Prancis, Portugal, Spanyol, Swedia, Polandia, Hungaria, Norwegia, dan Korea Selatan.

Menyambut kabar ini, masyarakat Bali tidak bisa menyembunyikan antusiasmenya. Di antaranya seperti yang disampaikan Wayan Korek penyedia jasa penyeberangan dari Sanur menuju Nusa Penida.

"Acara kemarin menjadi bukti kita bisa. Bali bisa. Kami sudah divaksin dan siap disiplin melaksanakan prokes. Sudah hampir dua tahun kami kesulitan karena sektor ini satu-satunya pengharapan," katanya.

Hal yang sama juga disampaikan Kadek seorang juru parkir di daerah wisata Sanur. Ia mengaku, prokes tidak memberatkan dirinya dan rekan-rekan untuk tetap bekerja dan menghidupi keluarga.

"Semoga cepat kembali pulih ekonomi wisata Bali," harapnya.

Tri Hita Karana

Keharmonisan masyarakat Bali berdamai dengan Covid-19 menggunakan vaksin dan prokes mengingatkan penulis pada falsafah hidup Tri Hita Karana, yang berarti "Tiga Penyebab Teciptanya Kebahagiaan".

Konsep fosmologi Tri Hita Karana mengajarkan keseimbangan dan keselarasan hidup akan tercapai bila manusia menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

Upacara Pelebon atau Ngaben yang mewakili proses kepercayaan agama, menyatukan tubuh almarhum dengan alam semesta, melambangkan perjalanan tubuh manusia dari abu kembali ke abu dan dalam proses selanjutnya jiwa akan kembali ke Sang Pencipta.

Di mana dalam proses pelaksanaannya melibatkan banyak orang yang secara padu nan harmonis menciptakan upacara dengan segala detail seni. Pandemi Covid-19 mengajarkan bagaimana masyarakat Bali menyerahkan diri kepada alam dan Penciptanya.

Pada tradisi lain, pemakaian topeng dalam beberapa tarian tradisional Bali melambangkan cara mereka untuk mengusir energi jahat. Topeng itu kini dianalogikan seperti masker yang ampuh mencegah seseorang dari risiko terpapar Covid-19.

Maka dari itu bersamaan dengan pembukaan wisata internasional ini, slogan Bali Bangkit digaungkan. Bertujuan untuk menunjukkan ke pada dunia bahwa Bali kini hadir kembali dengan normal-normal baru yang lebih bersih, sehat, aman, dan ramah lingkungan (Clean, Healthy, Safe, and Environmentally Friendly). (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES