Peristiwa Daerah

PCNU Sleman Dorong Santri Ikut Aktif Kembangkan Bisnis Kreatif

Kamis, 14 Oktober 2021 - 09:37 | 32.40k
Webinar bertema bertajuk Santri Berbisnis Kreatif Why Not. (Grafis. PCNU Sleman)
Webinar bertema bertajuk Santri Berbisnis Kreatif Why Not. (Grafis. PCNU Sleman)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Perkembangan teknologi informasi membuat industri kreatif kian menggeliat terutama di kalangan anak muda. Sebagai bagian dari organisasi keagamaan dan kemasyarakat NU, PCNU Sleman ikut andil meramaikan industri kreatif. Salah satunya menggelar weninar series bertajuk Santri Berbisnis Kreatif Why Not?Tujuannya mendorong kalangan santri ikut ambil bagian dalam industri kreatif tersebut.

Pada webinar yang disiarkan langsung FB dan Yuoyube TVNU tersebut menghadirkan sejumlah nara sumber berkompeten dibidangnya yaitu Kang Anas Syahrul Alimi yang merupakan Faounder Rajawali Indonesia, CEO Prambanan Jazz Festival, dan Founder/Owner iKonser Channel Indihome. Juga ada Kalis Mardiasih seorang Social Media Influencer, Penulis Buku Muslimah yang Diperdebatkan, Founder Kelas Kalis, dan Penulis di Berbagai Media.

Ketua PCNU Sleman, KH Sidik Pramono mengatakan, selama ini kepercayaan diri para santri berkurang ketika berkiprah di dunia non keagamaan. Padahal, dari aspek sejarah perjuangan para santri memiliki kiprah yang tidak bisa diremehkan dalam banyak hal. Saat ini, para santri harus ikut aktif berkiprah dalam bidang industri dan bisnis kreatif.

“Webinar tersebut bagian dari membangkitkan kepercayaan diri para santri agar mau berkiprah dalam dunia bisnis kreatif,” kata Sidik.

Faounder Rajawali Indonesia, Anas Syahrul Alimi menceritakan latar belakang dirinya aktif dibidang musik dan industri kreatif. Hal itu bermula dari menjadi seorang sopir saat di pesantren. Kala itu, ia sangat gandrung terhadap musik. Bahkan, demi hobinya tersebut ia membeli kaset dan buku kemudian ia bermimpi untuk menjadi aktif di dunia musik.

“Sejak itu saya aktif selalu nonton ketika ada konser musik dan memiliki keinginan untuk mengadakan konser musik sendiri,” terang Anas.

Kang Anas menceritakan pengalaman pertemuannya dengan Grand fredly dan kisah lika-likunya dalam dunia bisnis kreatif. Satu hal yang menarik yang disampaikan, bahwa Rajawali Indonesia yang didirikannya itu bukan diambil dari nama burung tetapi terinspirasi dari Syekh Abdul Qodir al-Jailani yang mempunyai julukan Sulthonul Awliya, peminpin/raja para wali. Anas menjelaskan bahwa dalam bisnis kreatif, seseorang harus selalu berpikir kreatif, adaptif, kolaboratif dan tidak mudah menyerah. Ini semua adalah sikap-sikap yang sudah ditanamkan sejak menjadi santri.

Pemateri lain, Kalis Mardiasih mengaku keberatan terhadap stigma masyarakat yang mengatakan bahwa santri tidak terbiasa berbisnis. Ia menyatakan bahwa bisnis bagi santri adalah sebuah keniscayaan. Ia memcontohkan salah satu pondok pesantren yakni pesantren Khozinatul Ulum di Blora yang kaya raya berkat bisnis dan masih banyak contoh-contoh lain yang semisal.

Kalis menjelaskan bahwa Indonesia juga memiliki banyak tokoh dan contoh santri yang bisa aktif dalam dunia kreatif. Di Dunia literasi pun, kata Kalis, santri juga memiliki tokoh-tokoh panutan seperti Gusdur yang menulis banyak hal; Gusmus sebagai penyair sufi dan lain sebagainya. Hubungan santri dengan literasi ibarat hubungan orang tua dengan anak kandung. Literasi itu adalah anak kandung pesantren, begitu ungkap Kalis.

Kalis juga memaparkan bahwa kalau mau terjun ke dunia kreatif, seseorang harus berfikir bahwa dunia kreatif itu berbeda dengan dunia PNS/ASN yang gajinya sudah dipatok dan konstan. Seorang pebisnis kreatif harus selalu berpikir dan bertindak kreatif. Salah satunya adalah dengan selalu berusaha menjadi relevan bagi audiens atau masyarakat. Menjadi relevan adalah ketika seseorang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Kalau dalam dunia penulisan, ungkap Kalis, seseorang harus mengikuti dunia bergerak kemana? Dunia sedang membicarakan apa? Maka menulis dan mengambil tema-tema yang sedang up date adalah satu bagian dari menjadi relevan.

“Contohya, salah satu yang menjadi kebutuhan masyarakat era sekarang adalah kesehatan mental. Maka menulis tema-tema tentang kesehatan mental berupa pendampingan pemulihan atau tawaran solusi bagi masyarakat yang sedang membutuhkan akan menjadi karya yang dicari banyak orang,” jelasnya dalam webinar bertajuk Santri Berbisnis Kreatif Why Not yang diselenggarakan oleh PCNU Sleman. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES