Peristiwa Daerah

Musim Kemarau, Bentangan Lahan Padi di Ngawi Terancam Gagal Panen

Rabu, 13 Oktober 2021 - 20:53 | 68.17k
Tanaman padi berumur kurang dari satu bulan tampak layu dan kering. (FOTO: M.Miftakul/TIMES Indonesia)
Tanaman padi berumur kurang dari satu bulan tampak layu dan kering. (FOTO: M.Miftakul/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, NGAWI – Bentangan lahan pertanian padi di Dusun Ingasrejo, Desa Beran, Ngawi terancam gagal panen. Itu akibat kurangnya suplai air selama musim kemarau yang juga bertepatan dengan masa tanam ketiga.

Ketua kelompok tani Ingasrejo 2, Priyono mengungkapkan, setiap tahun kejadian serupa selalu terjadi. Namun, untuk tahun ini diperparah dengan perbaikan saluran irigasi yang menghambat suplai air ke sawah.

“Petani biasanya mengandalkan giliran air untuk mengairi padi. Tapi saat ini sedang ada perbaikan saluran irigasi,” katanya kepada TIMES Indonesia, Rabu (13/10/2021).

Kekeringan-melanda-bentangan-lahan-padi-di-Ngawi.jpgKekeringan melanda bentangan lahan padi di Ngawi. (FOTO: M.Miftakul/TIMES Indonesia)

Tanaman padi yang baru berumur kurang dari sebulan itu diperkirakan akan mati jika hujan tak kunjung turun. “Kalau seminggu tidak hujan, sudah, pasti mati padinya, gagal panen,” katanya.

Satu-satunya harapan agar tanaman padi bisa bertahan hanya pada sumur pompa. Namun, sumur pompa yang ada saat ini hanya mampu mengeluarkan debit air yang kecil, mengingat tinggi muka air tanah yang juga semakin dalam seiring musim kemarau ini.

Selain itu, disebut Priyono, pasokan bahan bakar solar untuk mesin pompa diesel saat ini juga cukup terbatas. “Saat ini sulit dapat solar, kita juga dibatasi untuk beli, maksimal Rp300 ribu,” ucapnya.

Lebih lanjut, dikatakan Priyono, penggunaan sumur pompa juga akan menambah beban biaya produksi padi petani. Padahal, saat pasokan air normal, petani hanya membutuhkan biaya berkisar Rp8 jutaan per hektar untuk satu musim. “Kalau pakai sumur pompa jadi Rp10an juta, bahkan bisa lebih,” ujarnya.

Sementara itu, Sukamto, pengurus kelompok tani Ingasrejo 1 mengatakan, jumlah total lahan pertanian yang terdampak kekurangan air di Ingasrejo mencapai 250 hektar. “Dari luasan lahan itu, mayoritas bukan pemilik sawah. Tapi penggarap dan buruh tani,” ujarnya.

“Kalau submersible pump bisa masuk, mungkin kejadian kekeringan seperti ini tidak berulang setiap tahun. Tapi masalahnya belum ada jaringan listrik di area sawah, kita berharap nantinya bisa difasilitasi Pemkab Ngawi,” tambahnya.

Terlepas dari masalah kekeringan karena musim kemarau, dikatakan Sukamto, sejauh ini Dinas Pertanian Ngawi melalui PPL setempat juga sudah cukup aktif membantu para petani. Disebutkan seperti masalah hama tikus ataupun penyakit tanaman padi. "Kalau kekeringan memang karena faktor alam," pungkasnya. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES