Peristiwa Daerah

Danpusterad Letjen TNI Teguh Arief: Media Massa Dukung Kemanunggalan TNI dan Rakyat

Rabu, 13 Oktober 2021 - 16:43 | 46.62k
Danpusterad Letjen TNI Teguh Arief Indratmoko membuka giat sarasehan di Hotel Horison Bekasi, Rabu (13/10/2021). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Danpusterad Letjen TNI Teguh Arief Indratmoko membuka giat sarasehan di Hotel Horison Bekasi, Rabu (13/10/2021). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat (Danpusterad) Letjen TNI Teguh Arief Indratmoko membuka giat Sarasehan Pusterad dengan Media Massa di Hotel Horison Bekasi, Rabu (13/10/2021). 

Turut hadir para pemateri, Ketua Dewan Pers Prof M Nuh dan Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Kominfo, Usman Kansong.

Sedangkan peserta yang mengikuti sarasehan bertema Refleksivitas Peran Media Massa Dalam Kegiatan Teritorial TNI AD ini antara lain dari Dinas Penerangan Kodam Jaya, Kodam Siliwangi, Kodam Diponegoro, dan Kodam Brawijaya, dengan perwakilan media massa yang menjadi mitra Kodam.

Dalam sambutannya, Danpusterad Letjen TNI Teguh Arief Indratmoko menjelaskan, untuk memberdayakan pembinaan teritorial yang diselenggarakan komando satuan wilayah tidak bisa lepas dari peran media massa.

Sebab dengan peran media massa tujuan membuat masyarakat lebih cerdas dengan mendapat kecepatan informasi. 

"Peran kecepatan media massa sangat dibutuhkan untuk mendukung kemanunggalan TNI dan rakyat," ujar Teguh.

Sementara itu, Usman Kansong berharap agar hasil pertemuan ini dapat memompa penyebaran informasi dengan kolaborasi yang baik antara TNI AD dan media massa.

"Media massa merupakan pilar keempat dalam demokrasi sehingga perannya sangat penting dalam memajukan kehidupan bangsa dalam segala aspek. Dan ini perpaduan yang kuat," ujar Usman.

Begitu juga dengan teknologi yang mengalami kemajuan pesat di mana membuat informasi tersebut mudah disebarkan. Meski diakui Usman bila di beberapa daerah di Indonesia belum maksimal.

"Ada beberapa daerah yang belum terjangkau maksimal dalam era digital ini namun pemerintah akan berupaya agar penyebaran teknologi ini menyebar rata," lanjut Usman.

Ditegaskan Usman bila media massa yang menyajikan berita harus bisa dipertanggungjawabkan, dan itulah yang membedakan dengan media sosial. "Berita adalah informasi yang terkonfirmasi, sehingga jangan sekadar katanya-katanya. Sehingga tidak ada yang merasa dirugikan," lanjut Usman.

Ia kembalikan menjelaskan bahwa per April 2021 pengguna internet di Indonesia mencapai 197 juta orang atau 74 persen dari total seluruh penduduk.  "Kita ingin 100 persen orang Indonesia bisa mengakses internet oleh karena itu pemerintah memperluas internet agar tidak ada kesenjangan digital," ungkapnya. 

Namun ia mengutip data Google, etika bermedsos warga Indonesia sangat memprihatinkan dan tidak lagi mencerminkan nilai-nilai Bangsa. 

Seringkali dalam mengekspresikan pendapat di media sosial mengabaikan nilai-nilai tersebut. Salah satu dampak negatif teknologi dan informatika adalah hoaks yang hampir merata di seluruh platform sosial media. 

Oleh sebab itu, pemerintah berkewajiban mencegah antara lain melakukan take down, melakukan penegakan hukum dan berwenang memutuskan akses. Misal pada tahun 2017 Menkominfo (Rudy Antara) sempat memutuskan Telegram karena menyampaikan informasi yang mengandung radikalisme dan terorisme. 

Namun demikian, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap jurnalisme meningkat. Ada penelitian yang dilakukan oleh dua universitas di Indonesia bahwa kepercayaan masyarakat terhadap media arus utama sangat tinggi jika dibandingkan dengan tingkat kepercayaan pada media sosial. 

Meski menurut survey masyarakat lebih  banyak mendapatkan info dari media sosial.  Tingkat kemerdekaan pers di Indonesia juga dinilai semakin baik menurut survey Dewan Pers. Nilai kebebasan pers cukup tinggi mencapai 75,27 tertinggi selama lima tahun terakhir.  "Kemerdekaan pers Indonesia ini tertinggi di Asean," ujar Usman. 

Sedangkan Ketua Dewan Pers M Nuh dalam sarasehan ini menjelaskan bila peran jurnalistik dalam menggali informasi untuk disajikan kepada masyarakat harus aktual, faktual, dan berimbang. Yang tidak kalah penting yakni menguasai bahasa sehingga tidak terjadi miss komunikasi.

"Bahasa yang digunakan menunjukkan derajat orang tersebut. Jangan sampai dampak dari berita tersebut tidak membuat masyarakat semakin pintar," kata M Nuh.

Masih menurut M Nuh bila dulu untuk mendapatkan informasi sangatlah sulit, namun untuk zaman sekarang seorang jurnalis harus pandai menyaring informasi, sebab begitu mudah sumber informasi tersebut bermunculan.

"Kini ketika kita menerima informasi, filternya ada di kepala kita, sehingga media massa harus bisa menjadi dokter yang bagus. Sehingga ketika masyarakat mendapat informasi dari media sosial mereka bisa melakukan cek di media massa, bila tidak ada berita tersebut berarti kemungkinan besar hoax," ujar M Nuh. 

Prof M Nuh juga memaparkan pentingnya loyalitas kepada bangsa dan negara. Antara lain melalui kredibilitas informasi yang bermanfaat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.  Prof Nuh memberikan apresiasi kepada Pusterad TNI karena telah menjalankan fungsi menunaikan janji kemerdekaan. 

Media massa dan para jurnalis harus terus memperkenalkan apa yang dilakukan TNI. Khususnya TNI-AD. Menuju kejayaan Indonesia 2045 (100 tahun Indonesia), media bisa membangun narasi optimisme dan kebersamaan (Power of We).

Tiga modal menuju kejayaan Indonesia adalah demographic divident, digital divident dan nilai-nilai ke-Indonesiaan.  Tugas kita melakukan transformasi dari intangible asset, tangible, real asset dan menjadi real power. 

"Karena kalau kita itu bertengkar kira rugi tiga sekaligus kehilangan energi, opprtunity dan keberkahan," ucapnya dalam acara bersama Danpusterad Letjen TNI Teguh Arief Indratmoko. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES