Olahraga

Modal Kocek Pribadi, Atlet Disabilitas Banyuwangi Raih Prestasi Tanpa Dukungan Pemerintah

Selasa, 12 Oktober 2021 - 20:24 | 62.09k
Peni Munawaroh, sekretaris National Paralympic Committee Indonesia (NPIC) cabang Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Peni Munawaroh, sekretaris National Paralympic Committee Indonesia (NPIC) cabang Banyuwangi. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Dian Gusti Pangayom, seorang atlet disabilitas asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, ini sukses menorehkan ragam prestasi bagi daerahnya. Ironisnya, prestasi gemilang tersebut diraihnya tanpa adanya dukungan yang layak dari pemerintah setempat.

Pada gelaran Pekan Paralympic Provinsi (Peparprov) Jawa Timur tahun 2021 ini, Dian bersama rekan atlet disabilitas lainnya berhasil mengharumkan nama Banyuwangi dengan meraih sejumlah medali emas dan perak.

“Dian Gusti Pangayom, atlet kita ini kemarin dapat emas di Peparprov dan sekarang sedang Puslatda (pemusatan latihan daerah) untuk persiapan mengikuti Peparnas (Pekan Paralympic Nasional) di Papua,” kata Peni Munawaroh, selaku sekretaris National Paralympic Committee Indonesia cabang Banyuwangi, Selasa (12/10/2021).

Dibalik gemilang prestasi ini, masih membekas kesedihan diingatan Peni. Betapa tidak, para atlet disabilitas ini harus berlaga mewakili Banyuwangi tanpa kepedulian Pemerintah setempat. Mereka harus berjuang sendiri untuk kepentingan olahraga Kabupaten Banyuwangi.

“Kami berjuang sendiri dengan kocek sendiri. Kami hanya ingin bagaimana Banyuwangi tidak dipermalukan,” tegasnya. 

Peni bercerita, sebelum Peparprov tahun 2021 dimulai, pihaknya sempat meminta perhatian dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi.

Saat itu, hanya secuil perhatian saja yang dicurahkan dari pemerintah setempat. Cuman dibekali 1,5 juta saja, 9 atlet disabilitas beserta seorang official dipaksa agar bisa bertahan hidup di medan laga. 

Meski berlaga dengan secuil restu dari pemerintah setempat, para atlet disabilitas ini tidak kemudian patah asa. Mental juara mereka terbukti nyata. Mampu mengharumkan olahraga Kabupaten Banyuwangi dengan membawa pulang medali. Emas lagi!

“Kami ini malu sebenarnya dengan orang tua atlet kami, padahal mereka sudah berjuang demi nama Kabupaten Banyuwangi,” tegas Peni dengan nada emosi yang disusul airmatanya. 

Rasa malu Peni semakin menebal ketika mengetahui atlet-atlet disabilitas dari Kabupaten/Kota lain yang mendapatkan dukungan penuh dari pemerintahnya.

Berbanding terbalik, dirinya dan anak didiknya harus berjuang demi nama Banyuwangi namun tanpa perhatian yang layak. Bahkan selama ini mereka tidak mendapatkan bentuk pembinaan apapun dari Dispora Banyuwangi. 

“Sekarang ini atlet disabilitas kita dari Banyuwangi terpilih mewakili Jatim untuk bertanding di Papua. Kami tidak ada pembinaan dari sini (Banyuwangi). Kami hanya sekedar diberi informasi mau ada kompetisi dan dimohon untuk berlatih, udah sekedar itu saja,” ungkap Peni. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES