Ekonomi

Keluh Kesah Pengrajin Kuningan di Bondowoso, Nyaris Kehilangan Pasar

Senin, 11 Oktober 2021 - 15:54 | 42.24k
Salah seorang pengrajin kuningan di Kabupaten Bondowoso tetap berproduksi meskipun di tengah Pandemi Covid-19 (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).
Salah seorang pengrajin kuningan di Kabupaten Bondowoso tetap berproduksi meskipun di tengah Pandemi Covid-19 (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia).

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Wilayah timur Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, dikenal sebagai pengrajin berbahan dasar kuningan. Mulai patung hewan, vas bunga dan berbagai bentuk seni lainnya.

Tampak sepanjang Jalan Raya Bondowoso-Situbondo, terdapat sejumlah toko yang menyediakan hasil kerajinan tersebut.

Salah satunya di Desa Cindogo, Kecamatan Tapen, Kabupaten Bondowoso, yang juga dikenal daerah pengrajin kuningan.

Tampak berjejer hasil kreasi berbahan kuningan. Mulai dari kinangan, guci, asbak, aneka binatang, vas bunga, alat musik tradisional dan lain sebagainya.

Salah satu pengrajin kuningan di Bondowoso, Kalina (49) mengatakan, dulu jumlah pengrajin banyak. Tetapi beberapa sudah gulung tikar karena penjualan melemah.

Menurutnya, dulu peminat kerajinan kuningan juga tinggi. Dirinya sempat mengirim pesanan barang ke Italia pada Tahun 2003. 

"Di Indonesia pesanan barang juga menyebar ke Papua, Kalimantan, Jakarta dan beberapa kota lainnya. Sebelum bom Bali I ngirim ke Italia dan Malaysia," jelasnya.

Namun belakangan kata dia, peminat kerajinan Kuningan turun drastis. Belum lagi dihantam badai pandemi Covid-19.

"Kini turun lebih 70 persen dari hari biasanya. Bahkan pernah dalam sebulan tidak satupun barangnya terjual. Bukan hanya sepi. Tapi pernah nggak laku sama sekali dalam sebulan," jelasnya.

Selain itu, ia juga mengeluhkan bahan baku yang semakin mahal. Bahan baku yang dari tukang rongsokan saat ini sulit didapatkan. 

"Tak jarang kami harus membeli ke Kabupaten Situbondo dengan jumlah banyak," paparnya.

Menurutnya, usaha kuningan tersebut sudah turun temurun sejak 1999 lalu itu. Pihaknya mengaku tengah kesulitan permodalan. 

Pemerintah melalui Diskoperindag pernah memberikan bantuan peralatan. Namun sejak pandemi, tidak ada bantuan apapun yang diterima.

"Ya akibatnya produktifitas usahanya pun turun drastis," jelasnya saat dikonfirmasi.

Menurutnya, sebelum pandemi pihaknya mampu mengerjakan satu kuintal kuningan dalam sebulan.

Namun kini jumlah itu dikerjakan dalam 3 bulan. Bahkan penurunan produksi juga berimbas pada berkurangnya jumlah pekerja.

"Sekarang prosesnya lebih panjang. Kendalanya juga ada di SDM. Teman-teman pengrajin kuningan di sekitar sini juga banyak yang sudah tutup," jelasnya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES